Senin, 27 Januari 2025

KEKUATAN TASAWUF, PEJUANG SUFI DAN ORANG-ORANG THORIQAH..

 BANGGA DGN RIDHO ALLAH MENJADI AHLI THORIQOH.


KEKUATAN TASAWUF, 

PEJUANG SUFI 

DAN ORANG-ORANG THORIQAH..


Pernah dengar roket al-Qassam milik pejuang hamas?

Nama itu diambil dari pejuang Palestina Syaikh Izzuddin al-Qassam, mursyid Thariqah Syadziliyah.

Pernah baca atau nonton Lion of The Desert? Itu kisah asy-Syahid Syaikh Umar al-Mukhtar di Libya. Pejuang rakyat Libya ini ditakuti penjajah eropa sehingga beliau ditangkap dan menemui kesyahidan di tiang gantungan. Beliau syaikh dalam barisan Thariqah Sanusiyyah.

Pernah membaca bagaimana kehebatan Sulthan Muhammad al-Fatih bersama pasukannya menaklukkan konstantinopel? Sulthan Muhammad II adalah pengikut Thareqah Naqsyabandiyah, dibawah bimbingan Syaikh Aq Syamsuddin al-Naqsyabandi, seorang mursyid thariqah. 

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah mengabarkan bahwa pemimpin dan pasukan terbaik adalah mereka.

Anggota pasukan Sulthan berasal dari kesatuan tarekat2 yang berkembang waktu itu.

Kagum dengan keberanian Shalahuddin al-Ayyubi pahlawan perang salib? Beliau adalah orang yang bertasawuf. Sebelumnya ada Sulthan Nuruddin Mahmud Zankiy yang juga pengikut dan pencinta Tasawuf.

Pernah dengar keberanian pasukan muslim pegunungan Kaukasus melawan gempuran tentara Tsar Rusia? Imam Syamil al-Daghestani adalah pemimpin utama muslim dalam perlawanan tersebut. Beliau yang merupakan mursyid Thariqah Naqsyabandiyah bersama murid2 tarekatnya super merepotkan tentara rusia dalam menduduki wilayah kaukasus.

Perang jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro adalah perang paling melelahkan bagi penjajah Belanda di nusantara. Pangeran Diponegoro atau Pangeran Goa Selarong yang bersorban itu adalah mursyid Thariqah Qodiriyah.

Syaikh Yusuf al-Makassari diasingkan oleh belanda ke Srilanka karena kegigihannya melawan penjajah. Terakhir dibuang ke Afrika Selatan pun masih berjuang melawan penjajahan. Indonesia dan Afrika Selatan menganugerahkan gelar pahlawan kepada beliau. Jangan lupa bahwa beliau ulama Tarekat.

Di Somalia ada Syaikh Muhammad Abdullah Hasan, atau penjajah eropa menyebutnya "Mad Mullah". Pasang surut perjuangannya tidak akan dilupakan rakyat Somalia. Beliau adalah penganut Thariqah Shalahiyyah.

Di al-Jazair ada Syaikh Abdul Qadir al-Jazairiy, ulama Thariqah Qodiriyah dan pemimpin perjuangan rakyat al-Jazair melawan penjajah.

Dibanyak tempat dan daerah pada masa penjajahan, para penjajah selalu berhadapan dengan Syaikh, Mursyid, Guru dan ulama tarekat beserta murid-muridnya.

Pahamkah Anda kenapa begitu massifnya propaganda bahwa tasawuf itu sesat? Bahwa orang tarekat kerjanya hanya dzikir dan ibadah saja? Bahwa ngaji tarekat itu hanya orang-orang tertentu saja yang sudah tua? Karena musuh Islam takut melawan orang tarekat. 

Pengalaman sudah mengajarkan mereka bahwa garda terdepan perlawanan ummat Islam terhadap penjajahan adalah lebih banyak dilakoni oleh kaum tarekat. Jadi salah satu inti kekuatan Islam harus dipadamkan dulu. Tidak bisa dari luar maka dari dalam digerogoti dengan tuduhan miring terhadap tasawuf dan thariqah.

Laku tasawuf memang tak jauh dari berdzikir, berurai air mata di malam hari, menuntaskan wirid dan hizb yang diijazahkan guru. Tak perlu dibicarakan dan diberitakan berapa ribu kalimah Laa ilaha illallah, istighfar, ya Rahman, ya Rahim, ya Qawwiy, ya 'Aziiz yang diamanahkan oleh mursyid untuk dibaca di malam2 hari.

Ingat!! Mereka para kaum tarekat itu sedang mengasah senjata di malam hari! Kalau saja ada musuh datang menghadang entah dari mana datangnya nanti, murid-murid insya Allah sudah mafhum cara menebaskan pedangnya.

Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada guru-guru kami, mursyid-mursyid kami, kecintaan terhadap ilmu tasawuf dan tarekat, menjadi penanda cinta kami padaMu dan pada rasulMu. Ammiin.. 

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺒﺪﻙ ﻭﻧﺒﻴﻚ ﻭﺭﺳﻮﻟﻚ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺍﻻﻣﻲ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﺑﻘﺪﺭ ﻋﻈﻤﺔ ﺫﺍﺗﻚ ﻓﻰ ﻛﻞ ﻭﻗﺖ 

ﻭﺣﻴﻦ...

Memahami Hakikat Ketuhanan Lewat Filosofi Buah Kelapa Oleh: Abah Al-Faqir Hendri Kusnadi

Memahami Hakikat Ketuhanan Lewat Filosofi Buah Kelapa 

Oleh: Abah Al-Faqir Hendri Kusnadi 

=================

Tulisan ini diadaptasi dari berbagai sumber dan dijelaskan di paparkan dengan lebih rinci dlm tulisan paragrap terakhir

Tulisan Abah Hendri Kusnadi ini lumayan panjang, hasil jawaban dari kolom komentar di fb, jika pertanyaan sahabat di fb abah nilai sharing abah dg senang hati akan menjawabnya tapi jika isinya itu menjajaki dan mengetes abah tahu kok, cukup abah jawab saja yg bertanya lebih tahu dari yg ditanya atau jika sdh kurang adab mau jajal ngetes maka sangat sorry lah abah tdk mau merespon apalgi menjawab seharusnya jika itu mengetes cukup di kolom Messenger atau kalo di wa di japri pribadi karena itu sama saja dengan menjatuhkan martabat orang tpi jka sharing diskusi atau pertanyaan tsb ingin menambah wawasan atau sharing atau betul-betul tidak tahu mka dg senang hati dijawab oleh Abah. 

Nah pertannya dari saudara kita ini hanya ingin sharing dan itu abah sangat suka. 

Pertanyaan beliau 

Sbb:

Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Pak ust. 

Saya  pernah mendengar sesepuh orang tua, katanya Carilah Pohon Yang Tak Ada Anak dan Tak diperanakan sedangkan Buah lain ada anaknya semua kecuali Kelapa Ilmu ikhlas dalam kajian Ilmu ikhlas ada pada filosofi kelapa dan juga termasuk ilmu KeEsaan Tuhan juga.

Yang ku tanyakan bagaimana ustadz menyikapi dalam hal Ilmu Filosofi Buah Kelapa?


Terima kasih,Syukron Katsiron 🙏

=================

Jawaban:

 Buah kelapa memiliki beberapa makna filosofi, yaitu:

Ketahanan dan keteguhan, 

Buah kelapa yang tahan lama dapat diartikan sebagai ketahanan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup. 

Berjuang dalam kondisi berat, 

Buah kelapa mengikuti arus sampai menemukan tempat yang baik untuk tumbuh, mengajarkan manusia untuk tetap bertahan dan berjuang meski dalam kondisi yang berat. 

Beradaptasi

Pohon kelapa dapat tumbuh di mana saja, seperti di pantai atau daerah berbatu, karena mampu beradaptasi dengan memanfaatkan cadangan makanannya. 

Memberikan manfaat

Semua bagian pohon kelapa memiliki manfaat, seperti daun yang dapat dianyam menjadi atap, kayunya untuk bangunan, hingga daging buah yang bisa dijadikan santan. 

Mandiri

Pohon kelapa menjulang tinggi dan berdiri kokoh di atas akarnya yang menancap kuat ke tanah, merupakan simbol kemandirian. 

Tidak rakus

Pohon kelapa tidak merusak habitat sekitar, justru banyak tanaman bernaung di bawahnya. 

Tidak mudah goyah

Pohon kelapa tidak akan goyah walaupun ditiup angin kencang maupun digoyangkan banyak orang.

 Pohon kelapa mengajarkan kita untuk menjadi orang yang bermanfaat 

Jika dilihat sekilas, pohon kelapa sebagaimana tanaman pada umumnya. Tidak ada yang unik dan juga spesial. Padahal dari sebatang pohon kelapa kita bisa memperoleh banyak keuntungan. Mulai dari buah, batang, maupun daunnya.Pohon kelapa turut mengajarkan kita tentang arti manfaat. Setiap komponen pohon kelapa bisa membawa keuntungan bagi orang-orang sekitar. Maka dari itu, sudah seharusnya kita bisa mencontoh. Jadilah manusia yang senantiasa menebar manfaat bagi sesama.

 Buah kelapa memiliki beberapa makna filosofi, yaitu:

Ketahanan dan keteguhan

Buah kelapa yang tahan lama dapat diartikan sebagai ketahanan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup. 

Berjuang dalam kondisi berat

Buah kelapa mengikuti arus sampai menemukan tempat yang baik untuk tumbuh, mengajarkan manusia untuk tetap bertahan dan berjuang meski dalam kondisi yang berat. 

Beradaptasi

Pohon kelapa dapat tumbuh di mana saja, seperti di pantai atau daerah berbatu, karena mampu beradaptasi dengan memanfaatkan cadangan makanannya. 

Memberikan manfaat

Semua bagian pohon kelapa memiliki manfaat, seperti daun yang dapat dianyam menjadi atap, kayunya untuk bangunan, hingga daging buah yang bisa dijadikan santan. 

Mandiri

Pohon kelapa menjulang tinggi dan berdiri kokoh di atas akarnya yang menancap kuat ke tanah, merupakan simbol kemandirian. 

Tidak rakus

Pohon kelapa tidak merusak habitat sekitar, justru banyak tanaman bernaung di bawahnya. 

Tidak mudah goyah

Pohon kelapa tidak akan goyah walaupun ditiup angin kencang maupun digoyangkan banyak orang.

 Pohon kelapa mengajarkan kita untuk menjadi orang yang bermanfaat 

 Batangnya yang tinggi kokoh mengajarkan kita tentang ketegaran 


 Pelajaran Hidup dari Pohon Kelapa yg lain Yuk Diresapi!".


 Jika dilihat sekilas, pohon kelapa sebagaimana tanaman pada umumnya. Tidak ada yang unik dan juga spesial. Padahal dari sebatang pohon kelapa kita bisa memperoleh banyak keuntungan. Mulai dari buah, batang, maupun daunnya.Pohon kelapa turut mengajarkan kita tentang arti manfaat. Setiap komponen pohon kelapa bisa membawa keuntungan bagi orang-orang sekitar. Maka dari itu, sudah seharusnya kita bisa mencontoh. Jadilah manusia yang senantiasa menebar manfaat bagi sesama.

 Sebenarnya tidak ada bahasa yang bisa mengungkapkan misteri tentang Tuhan dan tidak ada pula pembahasan yang bisa dengan sempurna menggambarkan hakikat Tuhan. Tuhan, dalam sepanjang sejarah peradaban manusia akan menjadi misteri dan akan terus misteri kalau proses pencariannya hanya dengan menggunakan ilmu akal semata. Untuk memudahkan manusia memahami hakikat Tuhan, maka di dalam kitab suci Tuhan memberikan perumpamaan-perumpamaan agar manusia lebih akrab mengenal-Nya.

 Salah satu ungkapan hakikat Tuhan dalam al-Qur’an ada di dalam surat An-Nur, 35 :

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.

Ayat ini kalau kita perhatikan dengan seksama menjelaskan kepada kita tentang hakikat cahaya Allah dalam bentuk perumpamaan, sesuatu yang dikenal oleh umat di zaman itu yaitu pohon zaitun. Tentu yang dimaksud poho zaitun bukanlah pohon zaitun dalam makna harfiah, tapi itu hanyalah symbol atau perumpamaan. “Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki”, Guru Sufi menjelaskan bahwa cahaya di atas cahaya itu tidak lain adalah para Rasul dan Para Wali, mereka berada di dalam cahaya dan mereka tidak lain terbit dari cahaya Allah SWT. Allah dengan Pengasih dan Penyayang membimbing manusia kepada cahaya-Nya, membimbing manusia untuk meng-imani Rasul-Nya, mengambil semua pelajaran dari Rasul dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Ulama di tanah air menceritakan tentang hakikat seperti dalam surat An-Nur, 35 bukan dalam bentuk pohon zaitun karena masyarakat di tanah air tidak mengenal sama sekali pohon zaitun, para ulama member perumpamaan tentang hakikat dengan bentuk Buah Kelapa.

 Buah kelapa sebagaimana kita ketahui mempunyai lapisan, mulai dari kulit terluar, sabut kelapa, batoknya yang keras sampai kepada daging yang berisi santan. Santan secara alamiah mudah membusuk, harus diproses terlebih dulu agar bisa menjadi minyak. Setelah menjadi minyak barulah kelapa tadi menjadi “Abadi”, tahan lama, ikan dalam kondisi setengah busuk pun kalau di goring dengan minyak yang telah di proses akan menjadi harum dan enak dimakan.

 Struktur buah kelapa yang berlapis dijadikan oleh ulama zaman dulu untuk menjelaskan tentang agama yang juga mempunyai lapisan-lapisan. Kulit terluar kelapa bisa di gambarkan sebagai syariat. Kulit kelapa berfungsi untuk melindungi lapisan dalam, melindungi terhadap benturan. Kulit dan sabut kelapa juga berfungsi untuk penyebaran buah kelapa, ketika buah kelapa jatuh ke air atau ke laut dia akan mengapung. Itulah sebabnya kelapa bisa dijumpai di pulau yang tidak berpenghuni di tengah laut, proses penyebarannya karena buah kelapa mengapung di bawa arus dan terdampar di pulau terasing kemudian tumbuh. Kulit dan sabut kelapa ini sangat penting kedudukannya karena berfungsi sebagai penyebar kelapa, sama halnya dengan syariat yang berfungsi untuk menyebarkan agama keseluruh muka bumi.

 Batok atau tempurung kelapa yang keras berada di dalam kulit dan sabut kelapa bisa di ibaratkan dengan Tarekat, keras dan juga tidak ada santan di dalamnya, fungsinya melindungi secara langsung daging buah kelapa dari gangguan-gangguan dari luar. Batok kelapa ini sebagai tempat melekat dari daging kelapa dan juga sebagai penghubung antara daging kelapa dengan kulit terluar. Untuk bisa menembus batok kelapa yang keras diperlukan kesungguhan, usaha yang istiqamah. Berbeda dengan kulit terluar kelapa dan sabut kelapa yang lebih mudah di tembus dan lebih mudah dijumpai karena memang terlihat. Karena di batok kelapa tidak ada daging apalagi santan, maka seorang yang hanya menempel di tarekat tanpa mau melaksanakan zikir, melaksanakan perintah Guru dan istiqamah beramal maka sama seperti dia berada di kulit luar, sama dengan syariat, tidak mendapatkan apa-apa. Maka mustahil orang yang mala mini menekuni tarekat besok langsung ke tahap makrifat, itu tidak mungkin. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tarekat itu adalah perbuatanku”, atau bisa disebut Hakikat itu metodeku, caraku untuk berhubungan dengan Allah di Terakat pula tersimpan amalan dzikir dan ubudiah untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk menembus sampai kepada daging kelapa. Itulah sebabnya di dalam tarekat terdapa suluk, intensif beramal dalam sekian hari, ada adab-adab yang harus dipatuhi dengan ketat, aturan yang keras

 begitulah yang harus dilakukan agar bisa melewati tempurung kelapa yang keras.

Daging kelapa itu ibarat Hakikat, disana tersimpan rahasia keabadian rohani dari manusia. Rasulullah mengatakan “Hakikat itu Kediamanku”, Beliau selama 24 jam berada dalam alam hakikat karena memang dalam diri Beliau telah ada Nur Allah SWT. Apa yang Beliau kerjakan sepenuhnya adalah “gerak” Allah yang bersemayam dalam diri Beliau. Di dalam santan itulah tersimpan minyak yang bersifat abadi. Rasulullah mengatakan, “Makrifat itu adalah Rahasiaku”, kenapa menjadi rahasia karena memang makrifat itu berada di dalam hakikat. Ibarat minyak tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa diproses terlebih dulu.

 Perdebatan-perdebatan tentang Tuhan hanya terjadi pada tahap syariat dan tarekat, disana memang keras, kering dan tidak ada santan apalagi minyak. Memperdebatkan sesuatu yang tidak ada akan membuang energi, tapi manusia memang senang melakukannya. Ketika telah sampai ke alam hakikat dan Makrifat maka disana tidak ada lagi perdebatan, disana tidak ada lagi mempelihatkan kehebatan dan kelebihan karena orang-orang yang telah sampai disana sedang sibuk menikmati apa yang didapat, sibuk menikmati keindahan pemandangan yang belum pernah di dapat seumur hidup. Karena semua telah memandang maka tidak aka nada lagi perdebatan, semua telah menjadi NYATA.

 Perdebatan tentang Gajah hanya ada pada orang buta yang belum pernah melihat Gajah, tapi bagi pawang gajah atau orang-orang yang kesehariannya selalu bersama gajah, mereka tidak lagi berdebat tentang gajah, mereka sudah sibuk dengan melihat gajah yang ada di depan matanya.

Syariat ibarat orang yang mempelajari tentang cara melakukan perjalanan, menghapal rambu-rambu jalan, belajar cara mengendarai kenderaan dan semua aturan yang ada di dalamnya, namun tidak pernah melakukan perjalanan, hanya mempelajari saja. Tarekat yang bermakna jalan dan perjalanan adalah orang yang sedang berjalan menuju ke suatu tempat. Orang yang hanya menghapal cara berkendaraan dan rambu-rambu jalan dan belum pernah berjalan pada umumnya bersifat sok tahu dan merasa pandai. Perdebatan antara orang yang sudah berjalan dengan orang yang hanya menghapal tentang perjalanan sering kali terjadi, berselisih dari zaman Rasul sampai akhir zaman.

 Ketika musafir yang telah mempelajari tentang perjalanan dan kemudian berjalan sampai mencapai tujuan maka inilah orang yang telah sampai ke tahap hakikat dan makrifat. Karena terlalu lelah dalam perjalanan dan terlena dengan pemandangan yang menakjubkan maka biasanya tidak lagi berselera untuk berdebat, bagi dia semua sudah jelas dan terang benderang.

Bagi yang masih senang mencari kesalahan orang lain, merasa benar sendiri, silahkan meneruskan perjalanan atau silahkan memulai perjalanan, bisa jadi belum pernah melangkahkan kaki tapi merasa sudah sampai, ini penyakit kebanyakan manusia. Tapi ada hal yang sangat penting yang harus anda ingat, Jangan pernah berjalan sendiri karena akan tersesat di jalan. Carilah seorang pemandu yang ahli yang sudah pernah bolak balik ke tempat tujuan, yang hapal luar kepala seluk beluk jalan, tikungan tajam, lembah yang terjal, pendakian yang membahakan semua sudah diketahui oleh pemandu, itulah cara teraman untuk selamat sampai ke tempat tujuan. Ketika sampai ke tempat tujuan, maka nikmatilah pemandangan yang indah, minumlah di telaga keabadian, disana hanya ada senyuman. Jangan banyak bersuara, karena orang-orang yang berada disana sedang menikmati kesunyian dan kesendiriannya bersama SANG PEMILIK TEMPAT.

 mudah-mudahan tulisan tentang Kelapa ini bisa menjadi renungan untuk kita semua. Selamat menunaikan shalat Jum’at, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

==================================

 Update

SYARIAT, TAREKAT, HAKEKAT, MAKRIFAT, 

SUFI ( SYARIAT DAN HAKIKAT ADALAH SAMA PENTINGNYA). 

Oleh: Al-Faqir Abah Hendri Kusnadi 

*

===================

Dinul Islam itu adalah satu ajaran yang mencakup seluruh ruang hidup manusia dalam berbagai aspeknya lahir, dan batin, dunia dan Akhirat. 

Mengkaji ilmu Islam yang sangat luas ini tidaklah cukup kalau dibuat  beberapa jam saja dalam satu minggu sebagaimana berlaku di sekolah-sekolah sekuler sekarang ini. Sebab itulah hari ini, ramai umat Islam yang tidak tahu betul tentang agama anutannya sendiri sekalipun mereka beranggapan mereka lebih tahu dan faham serta punya otoritas dan kapasitas karena mereka lulusan dari Perguruan tinggi atau universitas Islam. Walhal hakikat sebenarnya, mereka belum mengetahuinya secara mendalam hanya baru kulit ibarat buah kelapa baru sabut kelapa belum ke isi atau saripati santan apalagi sudah menjadi minyak kelapa atau dengan kata lain baru makrifat dalil teori belum ke praktik

Ajaran Islam itu selain daripada ilmu ushuluddin (ilmu yang mengkaji tentang ketuhanan) yang menjadi asas kepada ajaran Islam, terdapat juga ilmu syariat dan ilmu hakikat. 

Disebut juga keduanya sebagai ilmu fiqih dan ilmu tasawwuf. Kedua-duanya termasuk perkara yang penting yang satu sama lain ibarat dua sisi mata uang koin turut dituntut oleh Al Quran dan Hadits.

 Bidang kajian ilmu syariat ialah tentang kehidupan lahiriah manusia.

1.  Ilmu Syariat Definisi ilmu syariat itu ialah: Ahkamusyariah ( hukum-hukum Syariat) yang datang daripada Allah swt, yang disampaikan kepada Sayyiduna Nabi Muhammad SAW terdiri daripada lima hukum yaitu wajib, sunat, haram, makruh dan  mubah. Dengan hukum-hukum ini, syariat menentukan seluruh kehidupan ini ada yang mesti dibuat, yakni perkara-perkara yang wajib. Ada yang elok dan layak dibuat yakni perkara sunat. Ada pula yang mesti ditinggalkan yaitu perkara haram. Manakala yang makruh elok ditinggalkan. Terdapat juga sebahagian daripada kehidupan ini yang bisa dikerjakan dan boleh ditinggalkan, yakni perkara- perkara yang dikategorikan sebagai  (mubah) hukumnya. Dengan kata lain, setiap apa saja bidang yang kita dalami di seluruh aspek kehidupan seperti dalam sistem pendidikan, ekonomi, pertanian, kebudayaan, teknologi dan lain-lain sistem hidup, tidak akan terlepas dari lima hukum ini.

2. Ilmu Hakikat Ilmu hakikat itu bidang kajiannya ialah tentang alam rohani atau hati nurani manusia atau mengkaji tentang sifat-sifat nafsu. Sifat-sifat nafsu yang terdiri daripada nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhamah, nafsu mutmainnah, nafsu radhiah, nafsu mardhiah dan nafsu kamilah. Termasuk juga di dalamnya perihal sifat-sifat gerakan serta dorongan hati. Definisi ilmu hakikat ialah rasa-rasa hati (Dzauk) atau syu’ur ) rasa yang ada di dalam hati atau jiwa manusia yang sifatnya berubah-ubah dari satu bentuk rasa kepada rasa yang lain. Bergantung kepada bentuk-bentuk rangsangan-rangsangan lahir yang mendatangi manusia itu. Ada yang mahmudah dan ada yang mazmumah.

Di antara rasa-rasa hati yang mahmudah (sifat positif) itu ialah ikhlas, cinta Allah, rasa kehebatan Allah, rasa takut dengan Neraka, rasa berdosa, malu, rasa diawasi, kasih sayang, simpati, merendah diri, yakin, tawakal dan sebagainya. Sementara rasa- rasa hati yang mazmumah (sifat negatif) itu pula di antaranya riya', ujub, sombong, pemarah, hasad, dendam, tamak, bakhil, penakut, jahat sangka dan lain-lain lagi. Rasa-rasa hati yang telah disebutkan di atas senantiasa silih berganti menguasai hati atau roh. Oleh kerana itu, hati senantiasa berbolak-balik. Sebab itulah di dalam kitab, hati berbolak-balik itu dikatakan qalbun . Tidak dinamakan hati itu melainkan karena berbolak-baliknya. Hati juga wajib bersyariat yaitu menyuburkan sifat-sifat mahmudah. Inilah yang dikatakan syariat bathin.

Jelaslah bahwa syariat dan hakikat sama pentingnya dan tidak boleh dipisahkan satu sama  lain atau menolak dan menerima satu sama lain. 

mengambil salah satunya saja Kedua-duanya mesti diamalkan serentak atau berjalan seiring.

Ibarat kata pepatah: Ibarat menyelam sambil minum air karena yang kembali kepada Allah swt itu ruh nyawa bathin kita maka itu harus tahu alamatnya jika jasad tanah ini kembali ke tanah karena ajal maut tidak ada yg tahu dan merupakan rahasia Allah swt kita sambil membenahi mensucikan jasad dengan syariat zohiriah dengan Istinjak dsb kita benahi pula syariat bathin ruhani kita dengan wudhu hakikat dari najis bathin iri, dengki dsb.Itulah pentingnya Islam/Tauhid, Islam/Fiqih syariat, dan Ihsan/ Tasawwuf artinya tertib, tersusun. 

 Oleh karena itulah dalam  tertib untuk mengamalkan ajaran Islam bolehlah disusun begini:

1.  Syariat

2.  Tareqat

3.   Hakikat

4.   Makrifat

Artinya kita mulakan dengan bersyariat, kemudian bertareqat, seterusnya berhakikat dan akhirnya bermakrifat. Semuanya saling berhubungan. Hubungan antara satu dengan yang lain seolah-olah anak tangga pertama dengan berikutnya, hinggalah selesai di anak tangga tertinggi sekali. Maksudnya, mula-mula kita memahami syariat yaitu peraturan-Nya, yakni mengetahui hukum-hukum syariat. 

Mana yang halal, mana yang haram, yang sunat, makruh dan mubah. Juga sah dan batal sama ada mengenai sembahyang, puasa, jihad, dakwah, ekonomi, pendidikan dan lain-lain lagi. Kemudian apabila kita mengamalkannya bersungguh-sungguh dan istiqamah, Artinya kita telah menempuh jalan-Nya yaitu yang dikatakan tareqat. Yakni mengamalkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang secara serius.

Jadi tidaklah salah kalau syariat itu disebut jalan. Cuma belum ditempuhi jalan itu hanya sekadar mengetahuinya terlebih dahulu. Bila jalan tadi telah ditempuh atau digunakan, barulah dinamakan tareqat.

Syariat dan tareqat itu kalau dibuat dengan faham dan dihayati akan berlakulah nanti ahwal (perubahan jiwa) atau perubahan peringkat-peringkat nafsu. Misalnya perubahan rasa kehambaan, rasa cinta kepada Allah, rasa rendah diri kepada Tuhan, rasa tawakal, rasa penyerahan diri, rasa berani, rasa kasih sayang sesama makhluk, rasa ridho, rasa sabar, rasa ikhlas kepada Allah dan mahmudah-mahmudah yang lainnya. Atau kalau hendak dinisbahkan pada peringkat nafsu, prosesnya berlaku daripada nafsu ammarah kepada nafsu lawwamah, berperingkat-peringkat sehinggalah ke peringkat ke puncak kebersihan nafsu yaitu nafsu kamilah.

Orang yang mendapat ahwal (perubahan jiwa) secara istiqamah (tetap tidak turun naik), inilah yang dikatakan telah mendapat maqam . Yakni dia mendapat derajat mengikut sifat mahmudah yang diperolehinya. Biasanya ia berlaku bertahap-tahap. Umpamanya maqam sabar, maqam tawakal, maqam redha sehinggalah kesemua sifat-sifat mahmudah itu diperolehi secara tetap (istiqamah).dan melewati ujian iman yg pahit manisnya kehidupan. Boleh jadi ada yang mendapat secara serentak sifat-sifat mahmudah itu. Inilah juga yang dikatakan dia telah mendapat hakikat. Yaitu mendapat intipati Islam ( *lubbun ).jamaknya Ulul Al-Bab 

Arti lain maksud hakikat itu ialah batin Islam atau intipati Islam (lubbun). Bilamana hal-hal hakikat tadi dapat dialami secara kekal (istiqamah) berterusan, bahkan makin menebal dan subur, maka akan terbukalah nanti rahasia-rahsia ghaib atau rahasia Allah swt. Ini sangat sulit untuk digambarkan kecuali dirasai oleh orang-orang yang mengalami dan merasainya sendiri, yg namanya rasa ya tidak ada bentuk contoh manisnya gula, asinnya garam, pahitnya jamu, pedasnya cabe, kan tidak ada wujudnya hanya yg pernah merasakan nya yg tahu dan itu susah dijelaskan dengan redaksi kalimat. 

Sebagaimana lautan dalam yang penuh dengan pelbagai misteri, bukan semua orang dapat mengetahui rahasia di dalamnya kecuali yang ahli tentangnya saja. Itupun perlu dibantu dengan peralatan yang canggih, barulah dapat menyelami hingga ke dasarnya. Sehingga terbongkarlah pelbagai rahasia yang tidak pernah diketahui oleh manusia lain selama ini. Kebanyakan orang hanya tahu di permukaannya saja sudah saling menyalahkan seperti orang buta meraba gajah akhirnya fanatik dengan pendapatnya masing-masing,atau seperti kera makan manggis baru digigit Kulitnya langsung dibuang padahal manggis yg hitam masak tersebut ada isinya yg rasanya sangat manis menggugah selera padahal itu baru kulit atau belum ke isi sudah berteriak nyaring, karena penyakitnya orang syariat itu mudah menyalahkan, memvonis, penyakitnya orang tharekat suka perhitungan, penyakitnya orang hakikat sudah merasa paling tahu segalanya, penyakitnya orang makrifat malas mengerjakan syariat seharusnya sudah ke SUFI sdh kosong, tawadhu, rendah diri merasa tidak punya amal soleh, tidak punya ilmu, harta, lemah, papa di hadapan Allah swt hanya Allah swt YG MAHA SEGALANYA. 

Hasil berhakikat pula kita akan mendapat makrifat. Yaitu sampai ke peringkat hal-hal hakikat dapat dialami secara istiqamah. Allah akan kurniakan satu peringkat ke puncak yang mana dapat mencapai ke satu tahap keyakinan yang tertinggi. Di waktu itu, dia telah sampai ke peringkat makrifat, yakni dapat benar-benar mengenal Allah dan rahasia-rahasia-Nya. Gelaran untuk mereka ini lebih dikenali sebagai al‘arif billah. ( Orang yg sdh sampai Tauhid nya dan sudah kenal dan diperkenalkan Allah swt), sdh menjadi Mahramnya Allah swt atau Waliullah kekasihnya Gusti Allah swt. 

Bandingan adalah seperti berikut. Mula-mula kita semai sebiji benih. Kemudian ia tumbuh menjadi sebatang pohon. Pohon itu akhirnya berbuah dan buah itu bila masak memberikan kita kesedapan rasanya, yang tidak dapat kita ceritakan pada orang yang tidak memakannya.

Maka:

.   biji benih itu umpama syariat.

.   menanam pohon itu umpama tareqat.

.   buah itu umpama hakikat.

.   rasa buah itu umpama makrifat.

Sebab itu dikatakan syariat menghasilkan tareqat. Tareqat membuahkan hakikat. Hakikat buahnya adalah makrifat. Semuanya saling melengkapi, perlu-memerlukan, sandar-menyandar dan mesti berjalan seiring. Yang lahir menggambarkan yang batin. Maka kalau dipisah-pisahkan, akan cacat dan rusaklah keislaman seseorang itu.

Imam Malik r.hm. berkata:  “Barangsiapa berfiqih (syariat) tanpa tasawuf (hakikat), maka ia jadi fasik. Barangsiapa bertasawuf (hakikat) tanpa fiqih (syariat), maka ia jadi kafir zindik (kafir secara tidak sadar).”

Supaya lebih jelas lagi, mari kita lihat contoh-contoh berikut:

1. Berfiqih tanpa tasawuf Seseorang itu hanya melakukan amalan-amalan lahir. Katakanlah semua rukun Islam yang lima itu beres dilakukannya. Ditambah lagi dengan berjuang fisabilillah, berdakwah, belajar, mengajar, menziarah, berkorban dan menutup aurat. Dijaga juga dari melakukan perkara-perkara lahir yang haram dan makruh. Ditambah lagi dengan amalan-amalan sunat. Pendek kata, semua perintah atau larangan lahir ditaati, tetapi amalan batin yakni hatinya tidak diambil pusing.

Dibiarkan saja hati masih memelihara berhala dalam hatinya riya', ujub, gila nama, ingin glamour, sombong, tamak, bakhil, pemarah, dendam, dengki, cinta dunia dan lain-lain lagi sifat negatif dalam perilaku dan

 sikapnya. Inilah dia orang syariat atau orang berfiqih saja.Walaupun dia seorang ust, kyai, hafiz quran dsb. Karena Allah swt tidak butuh itu semuanya walaupun si fulan ilmunya setinggi langit, padahal manusia hanya diberi Allah swt hanya setetes ilmu di tengah samudera ilmu Allah swt tapi sayangnya hawa nafsu manusia seluas samudera. Apa bedanya dengan Iblis karena sombong itulah si Azazil diusir dari syurga yg kemudian dikutuk jdi IBLIS LAKNATULLAH ALAIH. 

Pada pandangan mata lahir, dia seorang yang sangat baik karena hukum Islam yang lahir sangat dijaganya. Tetapi di sisi Allah orang ini masih berdosa, yakni durhaka pada Allah swt karena dia tidak menjalankan syariat batin yang diperintahkan oleh Allah swt. 

Lihatlah sabda Rasulullah SAW:

ان الله لا ينظر الي اجسامكم ولا الي صوركم ولكن ينظر الي قلوبكم واعمالكم

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah Taala tidak memandang gambaran rupa kamu dan tidak kepada bangsa kamu dan tidak kepada harta benda kamu tapi Dia memandang hati kamu dan amalan-amalan kamu.” (Riwayat At Tabrani)

Maka orang yang melanggar syariat batin ini, Imam Malik rahimahullah menjatuhkan hukum fasik. Yakni orang berdosa, kalau mati tanpa taubat akan masuk Neraka tetapi tidak kekal di dalam Neraka karena masih ada iman. 

2. Bertasawuf tanpa berfiqih. Seseorang yang menjaga hati saja, seluruh atau sebahagian dari syariat batin (amalan batin) tetapi menolak dan meninggalkan syariat lahir semua sekali. Katakanlah dia sangat menjagai hati dari hasad, dendam, pemarah, jahat sangka di samping menyuburkan kasih sayang, simpati, tawakal, tawadhuk, sabar dan lain-lain sifat mahmudah lagi. Tetapi dia tidak melaksanakan rukun Islam yang lima dan lain-lain lagi. Inilah orang yang berhakikat tetapi menafikan syariat. Pada Imam Malik rahimahullah orang ini dikatakan kafir zindiq yaitu kafir secara tidak sadar. Bila mati tanpa taubat, akan dimasukkan ke Neraka dan kekal di dalam-nya. Wal’iyazubillah.

Dalam masyarakat hari ini banyak kita temui mereka yang memisahkan ajaran Islam dan beramal dengan salah satu darinya. Ada yang bersyariat saja. Ada yang berhakikat saja. Bahkan ada yang meninggalkan kedua-duanya sekali. Hal ini sebenarnya menyimpang dari ajaran Islam. Islam yang sebenarnya bukan begitu. Ia mesti diamalkan serentak antara syariat dan hakikat. Bila diamalkan, kita akan memperolehi hasilnya yaitu makrifatullah . Seperti sebiji buah, ada yang jadi kulit, ada isi dan ada rasa. Mana boleh kita pisahkan-pisahkan antara ketiga-tiganya. Semuanya mesti bagus, barulah kita mengatakan buah itu bagus. Kalau kulit saja busuk, tentu sudah ditolak orang kerana dikatakan buah itu tidak bagus.

 Kesimpulannya , Islam seseorang itu hanya akan sempurna kalau dia mengamalkan syariat, tareqat dan hakikat secara serentak. Puncaknya SUFI, Lebur, Fana tdk ada lagi pengakuan dan minta pengakuan makhluk. 

Maka layaklah ia digelar taslim , yakni tunduk lahir dan batin. Siapa yang tidak sedemikian halnya maka Allah menegur dengan firman-Nya: 

QS. Ali 'Imran Ayat 167

‌وَلِيَعۡلَمَ الَّذِيۡنَ نَافَقُوۡا  ۖۚ وَقِيۡلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡا قَاتِلُوۡا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ اَوِ ادۡفَعُوۡا ‌ۚ قَالُوۡا لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالًا لَّا تَّبَعۡنٰكُمۡ‌ؕ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَٮِٕذٍ اَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡاِيۡمَانِ‌ۚ يَقُوۡلُوۡنَ بِاَفۡوَاهِهِمۡ مَّا لَيۡسَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ‌ؕ وَاللّٰهُ اَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُوۡنَ‌ۚ

Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka berkata, "Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

Ciri-ciri yang menyamai sifat orang munafik yang lahirnya lain, dalam hati pula lain. Moga-moga kita diberi hidayah dan taufik dari Allah SWT.

Selanjutnya👇

1. IMAN Itu Tauhid Aqidah ilmu teori dan praktek dari rukun IMAN Yg 6

2.ISLAM. Itu Rukun Islam yg 5 .

Syareat Fiqih hukum Islam dan ruang lingkupnya bahasannya sah halal haram bathal mubah makruh...aspek lahiriah kulit luar dari hukum Islam dan prakteknya...contoh shalat dan puasa asal cukup syarat dan rukunnya sdh sah dan tetap berpahala tpi kurang bernilai di sisi Allah swt tpi secra hakikat ibadah..rajin shalat masih suka tidak hadir qolbunya dan itu termasuk shalat yg kurang sempurna...

Puasa pun demikian asal cukup syarat dan rukunnya sdh sah..tpi ketika berpuasa bicara dusta fitnah ghibah dsb dan itu termasuk

puasa yg sia2 hanya mendapat rasa lapar haus ngantuk dan capek saja

3.IHSAN ( Sempurna ) / Tasawwuf atau Makrifatullah

Ilmu yg mengajarkan tata cara mengenal Allah swt, tata cara membersihkan qolbu dari segala penyakit hati dan seni menata hati..yg mengajarkan bagaimana cara membasuh dan mensucikan qolbu dan jiwa kita dari Najis Bathin sebagaimana ilmu fiqih yg mengajarkan

Cara mensucikan lahiriah dari najis yg kelihatan kasat mata dan maknawi baik rasa sifat dan bau aroma dan bentuknya

Demikian juga Ilmu Tasawwuf mengajari kita bagaimna cara membersihkan diri kita dari maksiat najis dan dosa bathin seperti iri dengki riya sum'ah ujub adu domba nafsu angkara murka takabbur dendam dsb

Sehingga hamba Allah yg beramal ibadah tdk dikotori oleh tabiat dan akhlak mazmumah tsb contoh beribadah apapun baik dlm ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh..karena amal ibadah yg ikhlas itulah ruhnya ibadah dan ibadah yg ikhlas inilah yg diterima Allah swt

Jdi bisa ditarik kesimpulan Ilmu Tasawwuf adalah ilmu teori yg mengajarkan cara membersihkan hati dan penghayatan yg mendalam dalam pelaksanaan SYARIAT ISLAM YG KAAFFAH...Atau dengan istilah lain

SARIPATI AJARAN ISLAM...Prakteknya

yaitu ada dlm TAREKAT...Riyadhoh Bathiniah latihan rohani dlm beramal dan beribadah dg TAUBAT ZUHUD WARO' IKHLAS SABAR TAWAKKAL SABAR SYUKUR RIDHO BERKAH RAHMAT DAN MAGHFIROH ALLAH SWT

Prakteknya Tasawwuf dan Thoriqoh sdh ada semenjak dari Nabi Adam as dan dicontohkan diambil dan disauk dari kehidupan Rasulullah saw dan para sahabat..Prakteknya

Sdh ada tpi nama TASAWWUF Baru ada kemudian pda masa abad  keemasan Islam 

Dan ajaran tasawwuf diambil dari saripati Islam dari Al-Quran dan Al-Hadits/ As-Sunnah itu sendiri 

Jadi istilah SUFI itu artinya bersih suci bukan dari SHUF kain wol dsb sungguh salah besar ada sebagian org yg berpendapat bahwa tasawwuf itu dari ajaran agama lain di luar Islam..ok jika ada yg sama jika kta belajar ilmu perbandingn agama di dalamnya pasti ada persamaan dan perbedaan, karena agama di dunia ini terbagi 2 macam:

1.Agama Samawi ( langit ) / wahyu: Islam, Nasrani, Yahudi

2.Agama Ardhi  ( Bumi/ Budaya/ filsafat ):Hindu, Budha, Mesir Kuno, Majusi, Zoroaster, Kong Hu Chu dsb

Oleh karena itu janganlah anda terpengaruh dengan aliran dan kelompok yg gagal paham bahwa TAREKAT TASAWWUF ITU AJARAN SESAT DAN MENYESATKAN BID'AH AQIDAHNYA KAUM SUFI ITU BERMASALAH DSB..

Al-Faqir menjawab dengan tegas di sini

itu semua tidaklah benar...itu semua tuduhan YAHUDI DAJJAL WAHABI Cs..

Karena TURKI UTSMANI ITU SUFI Pengamal TAREKAT..

Solahuddin Al-Ayyuubi

Muhammad Al-Fatih

WALI SONGO

Pangeran Diponegoro 

Syeikh Abdushomad Al-Palembangi

dan masih bnyk lgi

Itu semua org2 pengamal tarekat sufiah..

Kaum SUFI Bukan hanya ahli dzikir berlinang air mata mengasah qolbu agar bercahaya dan bersenjatakan kalimah tauhid dan mereka tidak pernah gentar dan takut dg makhluk dan tdk pernah bersedih hati pujian dan hinaan cacian sama saja bgi mereka. Mereka hanya takut kpd Allah swt semata.

Oleh karena itu para penjajah kaum kafirun munafikun fasikun musyrikuun takut..sehingga sangat ditakuti Penjajah Belanda dll bahkan IMAM MAHDI AL-MAUUD AL-MUNTAZHOR KHOLIFATUL MUKMINIIN DAN SULTHOONUL AULIA FII AAKHIRIZZAMAAN Itulah dari DZURRIYYAH RASULULLAH SAW Seorang SUFI..

Kenapa org2 YAHUDI CS TAKUT?

Karena KONSEP

لا اله الا الله محمد رسول الله

لا اله الا الله

Dasar hukumnya seluruh isi ayat suci Al-Quran 30 juz

dan محمد رسول الله

Seluruh isi hadits Nabi Muhammad saw bukan hanya dlm teori tpi langsung saripatinya dlm prakteknya lahir dan bathin karena mereka sdh mengenal dengan yg sang pemilik 2 kalimat syahadat

Sang Pemilik Firman dan Sang Pemilik Hadits itu sendiri kesemuanya akan diterapkan oleh KHALIFATULLAH IMAM MAHDI DI AKHIR ZAMAN

Dimana ISLAM HANYA SATU

MAZHAB HANYA SATU

THORIQOT HANYA SATU

YAITU: 

لا اله الا الله محمد رسول الله

Tidak ada yg ridhoi Allah swt siapapun yg akan mendirikan KHILAFAH kecuali hanya beliau yg sukses karena sdh ditakdirkan Allah swt semenjak azali...

dan kelak semua org ISLAM DAN BERIMAN WAJIB BERBAIAT Dg beliau yg mulia mesti merangkak di atas salju sungguh itu sdh sangat dekat...wallahu a'lam

Syeikh Ibnu Qudamah Rahimahullah pernah berkata:

Seluruh manusia akan hancur binasa amal ibadahnya kecuali yg :

BERILMU

BERIMAN

BERAMAL IBADAH

Seluruhnya akan binasa kecuali

AL-MUKHLISIIN ( Org2 yg mukhlisiin / ikhlas )

Nah Ilmu Tasawwuf inilah yg dlm prakteknya melalui tahapan dan proses

Mujahadah latihan melawan dan mengendalikan hawa nafsunya agar TAUHID 2 KALIMAT SYAHADATNYA yg sdh diikrarkan lahir bathin itu...benar2 diuji oleh Allah swt tertanam dalam setiap ruang relung hatinya si salik ( org yg berjalan mendaki gunung makrifat dlm perjalanan mengenal Allah swt ) agar si salik betul2 dlm beramal ibadah mengenal siapa yg dia ibadahi atau yg dia sembah karena

                               معرفۃ المعبود خير من عبادۃ الف سنۃ...Mengenal

Siapa yg disembah dlm beribadah itu lebih baik dari beribadah 1000 tahun tanpa mengenal siapa yg dia sembah

          اول الدين معرفۃ الله

Awal pertama kali dlm urusan agama ini adalah MENGENAL ALLAH SWT

Mengenal dikenalkan Allah swt dg proses tahapan sbb:

1.Kosong

2.Titik . 

3.Alif atau sama dengan👇


1.Takholli ( Pengosongan hati ) dari segala penyakit hati...pengosongan ini secra fisik jasadiah darah daging harta benda ruh jika ini semua bersih suci maka hiduplah signal qolbunya terang bersinar tinggal dicharge imannya cukupkan quota internetnya agar sinyal tsb terconnect

dg CHANNEL FREKWENSI TRANSMISSI MENARA TOWER GRU WALIYYAM MURSYIDAH Sehingga ketika NURALLAH NURMUHAMMAD Itu diaktifkan dengan

BAIAT dg SANG GURU MURSYID

Tinggal dijajal dan siap digunakan...

Umpama hp Android bnyk aplikasi dan grup wa sehingga berat memperlambat sistem Androidnya jdi solusinya dg menghapus data yg besar video foto2 dan grup2 wa yg bnyk...krna RAM dan memory penuh mesti dicleansing dibersihkan dan direstart agar hpnya bersih dan normal kembali begitupun diri kita manusia ibarat mobil jgn hanya bodinya saja yg dibersihkan sementara mesin jarang diservis minyak oli pelumas jarang diganti minyak bahan bakar oplosan maka akan rusak mobil tsb demikian pula diri kita manusia...jgn hilang sinyal fitrah kesucian dlm diri kta tdb..oleh karena itu dlm berbagai kitab fiqih klasik dan kontemporer selalu dimulai dlm fiqih ibadah BAB THOHAROH  BAB KESUCIAN LAHIR BATHIN )

Setelah tertanam rasa cinta kepada Allah swt dan Rasulullah saw..tumbuh rasa cinta itu

dan berbuah Akhlakul Kariimah..Shiddiq Amanah Tabligh Fathonah

Ketika diuji oleh Allah swt..

beru paham dan mengerti apa itu hakekat

TAUBAT

IKHLAS

SABAR

TAWAKKAL

SYUKUR

RIDHO Dsb

Sehingga tertanamlah dlm hatinya KEIMANAN YG KOKOH KUAT DAN SEHINGGA BERBUAH KETAKWAAN YG BERKUALITAS TINGGI

2.Tahalli ( Diisi dipercantik diperbagus ) dengan

AKHLAKUL KARIIMAH Akhlak yg mulia..

Setelah belajar ilmu agama yg lengkap berusaha berjihad berjuang mempercantik diri kita dg akhlak yg terpuji karena hasil buah dari belajar melahirkan keyakinan

sehingga terpatri tertanam rasa cinta kepda Allah swt dan Rasulullah saw krna dia sdg mengenal sang Empunya 2 KALIMAT SYAHADAT

Yaitu Allah yg punya hakikat


MIM Muhammad saw yg punya SYARIAT

Yg pangkatnya

MALAIKAT2 ALLAH

RASUL2 ALLAH SWT

NABI2 ALLAH

AULIA ALLAH SWT

QURAN FIRMANNYA

DAN QIYAMATULLAH AKHIR KESUDAHANNYA

LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMADURROSULULLAH SAW

Karena dia paham bahwa ALLAH SWT Itu HAKIKAT DZAT WAJIBAL WUJUD HAQIQI MUTLAK SAMAR NYATA

SAMAR TDK BISA DILIHAT NAMUN NYATA ADANYA..MANA NYATANYA ALLAH SWT..

Muhammudyrrosuulullah saw yg Pangkatnya Malaikat dst....

NABI MUHAMMAD SAW JASAD ITU AHMAD

ISI DALAMNYA MUHAMMAD

JASAD ITULAH YG BERSYAHADAT DG NURMUHAMMAD SAW...Di dalam diri kta dan semua makhluk Allah memiliki NURMUHAMMAD..

Termasuk hewan tumbuh2n punya ruh..oleh karena itu seluruh makhluk ciptaan Allah swt BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH SWT Baik di bumi dan di langit..

3.Tajalli ( penampakkan Keagungan Allah swt pda diri makluknya )

Prosesnya beribadah karena:

LILLAAHI ( karena Allah ) bukan karena dunia dan seisinya

BILLAAHI ( Sdh bersama dan beserta Allah ) ikuti kehendak Allah dlm hal dan aspek apapun bukan karena ikuti hawa nafsunya

FILLAAHI ( Fana Baqo ) sdh lebur semuanya lahir bathin dikembalikan semuanya hanya milik ALLAH SWT..

Itulah tingkatan:

SYARIAT

THORIQOT

HAKEKAT

MAKRIFAT

SUFI

Simbol 5 jari:

SYARIAT ITU JEMPOL

THORIQOT ITU TELUNJUK JALAN

HAKEKAT ITU JARI TENGAH

HAKEKAT ITU JARI MANIS

SUFI ITU KELINGKING TAWADHU MERASA PALING KECIL DI HADAPAN KEMAHAKUASAAN ALLAH YG MAHA AGUNG

7 Tingkatan Maqom Makrifat:

1.Makrifat Nikmat

2.Makrifat Rahmat

3.Makrifat Ridho

4.Makrifat Syukur

5.Makrifat Tauhid

6.Makrifat isi tauhid( 1 - 6 )

7.Makrifat hasil

   Ibarat santan saripati sdh dipanasi jadilah minyak kelapa

Secara garis besar sbb:

1.Makrifat billah

2.Makrifat bilkhodam Malaikat

3.Makrifat  Bilhasan  sempurna )

4.Makrifat fil marifat ( Makrifat dlm makrifat ).Aku memandang Allah dengan Allah

Aroftu Robbii Birobbii

( aku mengenal Tuhanku dengan Tuhanku). 

Kesemuanya berjalan dg MAKRIFAT DIMAKRIFATKAN ALLAH SWT Bukan MAKRIFAT SENDIRI ( Nafsu )

Wallahu a'lam bishowab

## Sekrearis Divisi Dakwah MUI Kota PLG dan Ketua LDP SUMSEL dll )

# Khodimul Majlis Taklim, Dzikir dan Sholawat Rahmatan Lil'alamin Sriwijaya dan Ketua Yayasan Rahmatan Lil'alamin Sriwijaya

# Bekam Sunnah

# Ruqyah Syariyyah dengan Methode Ilahiah Terapy Qolbu dan TAZKIYATUNNAFSI*

# Totok Syaraf jari☝ Tauhid

Senin, 11 November 2024

Kumpulan Manaqib Syekh Abdul Qadir



 

Kumpulan Manaqib Syekh Abdul Qadir

9 Bacaan

1/9

Bab Pertama


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ dengan syariat yang sempurna dan agama yang murni; Allah juga telah menghiasi kerasulannya dengan berbagai mukjizat; lagi memperkuatnya dengan para sahabat pemberani dan mendapat hidayah dari-Nya. Allah pun memberi keistimewaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yakni orang-orang yang mengikuti agama-Nya, dengan menaikkannya menuju puncak makrifat dan hakikat, serta membanjirinya dengan samudera ilmu laduni serta ilmu lathifah dan pelita ilmu ketuhanan. Tak heran, mereka menjadi juru penunjuk umat dan perintis jalan Allah yang Mahaagung lagi Maha Mengetahui, mengajak hamba-hamba-Nya menuju setinggi-tingginya jalan yang lurus. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan salam-Nya kepada Sang Nabi dan para sahabatnya; dan juga semoga memberikan pertolongan kepada kita untuk mendapat hidayah melalui petunjuk-petunjuk mereka, mengikuti amalan-amalan mereka, serta mendapatkan cahaya mereka agar kebodohan yang pekat menjadi lenyap, selagi manaqib mereka masih semerbak mengharumkan telinga-telinga kesadaran, selagi kisah-kisah keutamaan mereka dibacakan, yang kemudian semua itu membangkitkan ketaatan kepada Allah.Setelah itu semua, orang yang membutuhkan kemurahan Dzat yang Mahamulia dan Maha Menyelamatkan, yakni Syekh Ja’far bin Hasan bin ‘Abdil Karim Al-Barzanji, berkata: Kitab manaqib ini hanyalah bagian kecil penjelasan perilaku wali quthub yang bisa memberi pertolongan, sebagai perantara agar terkabul tujuan, pimpinan para wali arif billah, imamnya para ulama yang berjalan di jalan Allah untuk meraih lautan haikat, yaitu seorang sayyid yang mulya, yang dirinya dijadikan sandaran yang amat kuat, keturunan bangsawan yang berderajat tinggi, memiliki perkumpulan majelis besar, yaitu sayyid besar Asy-Syekh Abdul Qadir Al-Jilani—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya. Al-Fatihah.Semoga Allah mengantarkan diri Syekh Abdul Qadir yang kuat dan ramah kepada surga kedekatan dan surga pengharapan. Manakib ini bagai kalung yang tersusun dari untaian permata amalan dan petuah Syekh Abdul Qadir Al-Jilani agar dengan kata-kata mutiaranya itu telinga orang-orang yang hadir menjadi terhiasi, terutama oleh amalan penting Tuan Syekh dan amalan lainnya.Kami pilihkan kitab manaqib ini dari keterangan para ulama ahli tarekat dan para ulama yang berkeyakinan mantap, serta memiliki kecintaan yang kokoh kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, seperti waliyullah Syekh Abdul Wahan As-Sya’roni yang sudah terbukti kesuksesannya serta waliyullah Syekh Sirojid Dimisqiy penyusun kitab Nitajul Arwah.Karena terdorong rasa cinta, kami sebar luaskan manaqib para wali yang telah mencapai tingkat kesempurnaan amal, juga menyebarkan manaqib para wali yang terpilih, serta mengharapkan turunnya rahmat yang melimpah dan keberkahan yang deras, karena dengan menyebut-nyebut ihwal para ulama dan waliyullah, menyebabkan terbukanya pintu-pintu langit yang tinggi, juga turunnya awan kemurahan dari Allah. Dengan bahasa sederhana, kami uraikan kitab manaqib ini kepada orang-orang yang meridhai Tuan Syekh , dan memohon pertolongan dengan perantara rahasia-rahasianya. Maka orang-orang yang hadir hendaknya menyemarakkan nama Tuan Syekh , terutama orang yang membaca manaqib ini datang menyampaikan segala kabarnya. Selanjutnya, kami namai kitab manaqib ini dengan Al-Lujain Ad-Dani yang berisi sebagian manaqib (pekerti luhur) junjungan kita Syekh Abdul Qadir Al-Jilani—semoga Allah mecurahkan keridhaan kepadanya ﴾Al-Fatihah﴿.Selanjutnya kami katakan bahwa Abdul Qadir adalah Syekh yang sempurna, wali yang wusul (sampai) kepada Allah, dan insan pemilik kedudukan luhur dan mulia, pemilik martabat yang tetap, derajat yang sempurna, perilaku yang luhur, serta kesempurnaan yang tinggi. Ia adalah wali quthub yang ma’rifat kepada Tuhan, cahaya penerang hati, pemilik bentuk yang terhormat, dan penerima pertolongan cahaya, tepatnya Abu Muhammad Abdul Qadir Al-Jilani—semoga Allah mecurahkan keridhaan kepadanya (Al-Fatihah). Ia adalah putra Syekh Abi Shalih Musa Janki Dausat--ada pula yang menyebut Janka Dausat—bin Syekh Abdillah bin Yahya Az-Zahid bin Musa Al-Juni bin Abdillah Al-Mahdhi bin Al-Hasan Al-Mutsanna bin Al-Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Tholib, juga putranya Syarifah Fatimah Az-Zahra, putri dari junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ Sang Rasul.Garis nasab Syekh Abdul Qadir bagaikan sinar mentari di waktu dhuha, laksana cahaya menjulang di waktu subuh. Silsilah Syekh Abdul Qadir juga sudah kentara di wajah Nabi Adam a.s. Karena itu, malaikat langit diperintah bersujud kepada Adam a.s. Tak hanya itu, nasab ini pun sudah disanjung dalam Kitabullah. Sehingga siapa yang sengaja mengingkari silsilahnya akan terkalahkan dalilnya.
2/9

Bab Kedua


Syekh Abdul Qadir Al-Jilani—semoga Allah meridhainya—dilahirkan di dusun Jilan, kota terpencil di luar kota Thabaristan, pada tanggal 1 Ramadhan 471 H. Di saat masih bayi, Syekh Abdul Qadir tidak mau menetek siang hari di bulan Ramadhan, berkat pertolongan Allah padanya. Kemudian menjelang usia balig, Tuan Syekh sudah gemar belajar ilmu pengetahuan, mengunjungi para ulama yang mulia nan berilmu tinggi, dengan amalan-amalan salehnya guna mencapai derajat utama. Tak heran, jika kemajuannya di bidang ilmu lebih cepat dari terbangnya burung merak.

Syekh Abdul Qadir ra belajar fiqih kepada Syekh Abil Wafa ‘Ali bin ‘Aqil, kepada Syekh Abil Khatab Al-Kalwadzani Mahfudh bin Ahmad Al-Jalil, kepada Syekh Abil Husaini Muhammad bin Al-Qadhi Abi Ya’la, dan juga kepada para ulama yang berilmu luhur serta derajatnya yang mulya. Di bidang adab, Tuan Syekh belajar kepada Syekh Abi Zakariya Yahya bin Ali Ath-Tibrizi. Di situlah Syekh Abdul Qadir mengunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mengali berbagai hal bermanfaat dan sarat guna. Kemudian Syekh Abdul Qadir berbai’at dan belajar ilmu tarekat kepada seorang guru mursid yang arif billah, yaitu Syekh Abil Khairi Hammad bin Muslim Ad-Dabbas.

Kemudian Syekh Abdul Qadir meneruskan bai’at toriqohnya kepada Syekh Qodli Abi Sa’id Al-Mubarak. Ia pun meniru adabiyah sang guru yang sudah sempurnya. Tak henti-hentinya Syekh terpelihara atas inayah Allah, hingga derajat kewaliannya terus mendaki ke puncak kesempurnaan berkat cita-citanya yang luhur, membawa dirinya kepada kesungguhan, hingga jauh meniggalkan keramaian dan kebahagiaan dunia selama 25 tahun seraya menyusuri padang pasir dan tanah-tanah kosong Iraq. Sampai-sampai tidak mengenali dan tak dikenali orang-orang. Tak sedikit pula yang mencemooh dan tidak mau memperdulikan, karena keluarga yang menjadi tanggung jawabnya seakan-akan diabaikan. Pada mulanya, Tuan Syekh merasakan pengembaraannya banyak tantangan dan kehawatiran, tetapi kemudian tantangan dan kekhawatiran itu dapat dihadapinya dengan sabar hingga terus melanjutkannya.

Pakaian yang dipakainya adalah jubah dari berbahan bulu, kepalanya ditutupi secarik kain, berjalan tanpa sandal saat melintasi tempat-tempat berduri di tanah terjal. Yang demikian itu dilakukan Tuan Syekh karena tidak menemukan sandal. Sementara makanannya adalah buah buahan yang masih dipohon, sayuran yang sudah dibuang, serta daun rerumputan yang berada di tepian sungai. Namun, lebih seringnya, Tuan Syekh lebih banyak tidur dan tidak minum.

3/9

Bab Ketiga


Syekh Abdul Qadir Al-Jilani ra pertama kali masuk Irak ditemani Nabi Khadir a.s. Saat itu, Syekh belum mengenalinya hingga Sang Nabi memberikan sejumlah persyaratan kepada Syekh , di antaranya jangan sekali-kali menentang. Sebab, menentang akan menyebabkan perpisahan di antara keduanya. Kala itu, Nabi Khadir berpesan, “Duduklah engkau di tempat ini.” Maka duduklah Syekh Abdul Qadir di tempat yang disyaratkan hingga tiga tahun lamanya dimana setiap tahun sekali Sang Nabi datang menemui. Kemudian Sang Nabi kembali berpesan, “Jangan sekali-kali meningalkan tempat ini sampai aku datang lagi.”

Saat menunaikan riyadlah di emperan istana Raja Madani di malam yang sangat dingin, Syekh Abdul Qadir tertidur. Tiba-tiba ia bermimpi mengeluarkan mani. Seketika itu pula Tuan Syekh terbangun lalu pergi ke sungai untuk mandi besar. Kemudian ia tidur lagi, namun kembali bermimpi yang sama. Ia bangun lagi dan kembali pergi mandi. Kejadian itu terjadi hingga 40 kali dalam semalaman itu juga. Akhirnya Syekh Abdul Qadir naik ke atas pagar tembok emperan. Tujuannya agar tak tertidur lagi demi menjaga langgengnya kesucian dari hadats. Memang kebiasaan Syekh Abdul Qadir, bila berhadats ia terus berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat sehingga dirinya selalu suci dan tidak lama menanggung hadats.

Tak henti-hentinya kesungguhan Syekh Abdul Qadir dalam menjaga wudhu sampai kebiasaannya itu berhasil membawanya wusul kepada Allah dan tampak pancaran cahaya keindahan pada dirinya. Tampak pula sifat keluhuran di wajahnya. Dan tidak ada yang disadarinya selain apa yang ada pada dirinya. Pernah suatu ketika, Tuan Syekh berpura-pura bisu dan tunagrahita sampai berkali-kali diobati ke kota Marastan. Namun hal itu malah membuat kewalian Syekh kian tersohor melampaui keluhuran para ulama di zamannya. Keilmuan, amalan, kezuhudan, kemakrifatan, ketokohan, dan fatwa-fatwanya kian diterima khalayak banyak. Tak heran jika nama baiknya pun terus tersiar di ke seantero negari bagaikan peredaran matahari.

Dikisahkan, pernah pada suatu ketika seratus ulama ahli fiqih Baghdad berkumpul di hadapan Syekh Abdul Qadir. Masing masing mengumpulkan sejumlah masalah dan membawanya kepada Syekh Abdul Qadir guna menguji kemampuannya. Setelah para ulama itu duduk dalam majelis, Syekh pun menundukkan kepala. Tiba-tiba keluarlah cahaya terang dari dadanya menembus dada para ulama. Seketika itu pula hilanglah apa yang ada dalam hati mereka. Masalah-masalah yang sudah dipersiapkan pun hilang. Para ulama yang hadir pun bingung dan gemetar. Mereka berteriak sekeras-kerasnya. Bahkan tanpa sadar, mereka menyobek-nyobek pakaian dan membuka tutup kepala mereka. Tak lama Syekh Abdul Qadir naik ke atas kursinya seraya memberikan jawaban yang sudah tersimpan dalam hati masing-masing ulama yang hadir. Setelah menguraikan semua jawaban masalah, para ulama di majelis itu pun mengakui keunggulan Syakh Abdul Qadir. Dan sejak itu pula mereka tunduk kepadanya.

Syekh Abdul Qadir ra pernah mengajar tiga belas disiplin ilmu, antara lain: tafsir, hadits, perbandingan mazhab, ilmu ushul, nahwu, qira’at, dan sebagainya.

Syekh juga biasa memberi fatwa sesuai madzhab Imam Syafi’i dan imam Hambali. Semoga Allah meridhai keduanya.

Para ulama Iraq pun terkagum-kagum terhadap fatwa Tuan Syekh Abdul Qadir, sehingga terlontar ucapan mereka, “Mahasuci Allah yang telah memberikan padanya ilmu yang begitu luas.” Suatu ketika, Syekh Abdul Qadir pernah disodori masalah yang tak terpecahkan para ulama Baghdad. Masalahnya adalah: Ada seseorang yang bersumpah untuk menalak tiga istrinya, sementara orang tadi harus beribadah kepada Allah dengan ibadah yang tidak sedang dikerjakan orang lain pada waktu itu. Bagaimana orang itu bisa selamat dari sumpahnya dan ibadah apa yang harus ia kerjakan? Syekh Abdul Qadir ra menjawab seketika: Agar orang tadi selamat dari sumpahnya, maka ia harus pergi ke Makkah Al-Mukarramah, menunggu sepi orang yang ber-thawaf. Ketika sudah sepi, hendaknya ia ber-thawaf tujuh kali. Maka kepada Allah-lah, Syekh Abdul Qadir ra mengembalikan segala urusan. Dengan demikian telah bebaslah orang itu dari sumpahnya dan tidak mempunyai tanggungan apa-apa.

4/9

Bab Keempat


Syekh Abdul Qadir berpakaian dengan pakaian ulama besar, yaitu pakaian yang menutupi muka dan kepala, serta berkendara dengan kendaraan keledai. Saat menghormati tamu, Tuan Syekh membuka kerudungnya dan saat mengajar, ia duduk di kursi tinggi agar dirinya terlihat dan ucapanya terdengar jelas. Terkadang Syekh Abdul Qadir seperti berjalan di angkasa, kemudian kembali lagi duduk di kursi. Dan hal itu disaksikan orang-orang yang hadir. Dan perlu diketahui, waktu Tuan Syekh hanya dipergunakan untuk taat kepada Allah semata.

Pelayan dekat Tuan Syekh , yakni Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Fatah Al-Harawi mengatakan, “Saya menjadi pelayan Syekh Abdul Qadir--(Al-Faatihah)—selama 40 tahun. Selama itu bila shalat subuh, beliau masih menggunakan wudhu isya. Kalau berhadats segera memperbaruhi wudhunya dan menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Selain itu, setelah shalat isya, beliau masuk kamar pribadi. Tidak seorang pun bisa masuk dan membukanya. Dan beliau tidak keluar sebelum terbit fajar. Bahkan, Raja Baghdad yang berkali-kali ingin bertemu Tuan Syekh pada malam hari, tidak bisa menemuinya.

Syekh Abdul Fatah bercerita, “ Saya pernah bermalam di rumah Tuan Syekh . Saya melihat, beliau shalat sunnah sebentar pada permulaan malam, kemudian berdzikir mengingat Allah sampai sepertiga malam. Setelah itu, beliau membaca Asmaul A’dham yang sembilan, yaitu: Al-Muhithu, Arrabbu, Asy-Syahidu, Al-Hasibu, Al-Fa’aalu, Al-Khallaqu, Al-Khaliqu, Al-Bari-u, Al-Mushawwiru, hingga tubuh beliau naik ke atas dan menghilang dari pandanganku. Kemudian, beliau kembali ke kamarnya, shalat dengan khusyu’, dan membaca Al-Qur’an hingga habis sepertiga malam kedua.

Adalah shalat beliau sujudnya sangat panjang, kemudian duduk menghadap kanjiwanya kehadirat Allah, muroqobah kepada-Nya sampai terbit fajar dengan sopan dan merendah berdoa kepada Allah sehingga beliau tertutup penuh olehcahaya terang, dengan nampak terang jelas, sehingga menyilaukan pandanganmata sampai Syekh Abdul Qadir tidak terlihat karena tertutup oleh cahaya. Syekh Ibnu Abil Fatah juga berkata: Kemudian saya mendengar di sampingnyaada yang mengucapkan salam Assalaamu’alaikum, kemudian Syekh Abdul Qadirmenjawabnya, keadaan demikian ini terjadi sampai Syekh Abdul Qadirmengerjakan shalat fajar.

Syekh Abdul Qadir ra telah berkata, “Tak sepantasnya seorang ahli tasawuf memulai dan bertindak sebagai mursyid, kecuali telah dianugerahi Allah ilmu para ulama, siasat para raja, kebijaksanaan para ahli hikmah.”

Syekh Ibnu Fatah juga mengatakan: Pada suatu hari, ada seorang melapor kepada Syekh Abdul Qadir bahwa dirinya mengaku pernah melihat Allah ta’ala dengan kedua matanya. Kemudian Tuan Syekh bertanya, “Benarkah apa yang dikatakan orang-orang bahwa engkau pernah melihat Allah dengan kedua matamu?” Orang tadi menjawab, “Iya benar.” Akhirnya Syekh Ibnu Abil Fatah melarang untuk mendengar jawaban orang tersebut. Syekh Abdul Qadir pun melarang hal itu seraya membentaknya kemudian berpesan untuk berhati-hati agar jangan sampai ucapanya diulang kembali. Selanjutnya, Syekh menoleh kepada mereka yang hadir seraya menanyakan, “Pengakuan seperti itu benar atau salah?” Tuan Syekh melanjutkan, “Dia benar, tapi dalam kebimbangan. Sesungguhnya yang melihat cahaya keindahan Allah adalah mata hatinya, kemudian mata hatinya itu menembus kedua mata kepalanya. Mata kepalanya itulah yang bisa melihat mata hatinya, kemudian cahaya mata hatinya menyatu dengan cahaya keindahan Allah, sehingga orang itu ber-prasangka bahwa mata kepalanya melihat apa yang sebenarnya dilihat mata hatinya. Sekali lagi, yang dapat melihat cahaya keindahan Allah hanyalah mata hati, tetapi ia belum mengerti. Mendengar jawaban Syekh Abdul Qadir tadi, para ulama dan ahli tarekat gemetar dan terkagum-kagum.

Syekh Ibnu Abdil Fatah berkata: Pada suatau ketika, Syekh Abdul Qadir melihat seberkas cahaya berkilauan menerangi ufuk langit. Tidak lama kemudian menampakkan diri, cahaya itu memanggil-manggil, “Wahai Abdul Qadir ra (Al-Fatihah), aku adalah Tuhanmu, sungguh aku perbolehkan untukmu semua yang diharamkan.” Maka Syekh Abdul Qadir menjawab, “A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm,” (yang artinya: Aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk.” Seketika itu juga cahaya tadi berubah menjadi gelap dan menyerupai awan dengan berteriak keras, “Wahai Abdul Qadir, (Al-Fatihah), selamatlah engkau dari tipu sesatku berkat ilmumu tentang Tuhanmu dan berkat pemahamanmu tentang kedudukanmu. Sungguh aku sudah menyesatkan seperti yang terjadi pada tujuh puluh orang ahli tarekat lainnya.” Setelah selamat dari godaan setan, Tuan Syekh kemudian memuji Allah dengan mengucap, “Anugerah dan keselamatan hanya karena Tuhanku.” Lalu ditanyakan kepada Tuan Syekh , “Bagaimana Syekh bisa tahu bahwa itu adalah setan?” Syekh Abdul Qadir menjawab, “Dari ucapanya: Telah aku perbolehkan bagimu apa yang diharamkan. Karena setahuku, Allah ta’ala tidak akan memerintah berbuat keji.”

5/9

Bab Kelima


Syekh Abdul Qadir ra tidak mau mengagung-agungkan orang kaya walau sekadar berdiri karena kedatangan seorang raja atau orang-orang yang dianggap berkedudukan. Dan seringkali saat raja bermaksud untuk berkunjung kepada Syekh dan beliau sedang duduk-duduk, kemudian beliau tinggalkan masuk ke kamar pribadinya. Kemudian beliau keluar lagi menemui setelah raja tadi duduk. Hal ini dilakukan semata demi memuliakan para ahli tasawuf yang tidak tertarik kepada kedudukandan dunia dan tidak pernah berdiri hormat sekedar menyambut kedatangan raja. Selain itu, Tuan Syekh juga tidak pernah mau berdiri di depan pintu raja dan menteri, atau menerima hadiah dari penguasa, sampai-sampai ada raja yang merendahkannya karena gara-gara Tuan Syekh tidak mau menerima pemberian. Kala itu, Tuan Syekh Abdul Qadir berkata pada raja, “Kalau begitu silahkan bawa sendiri hadiah itu ke sini.” Raja pun menyanggupinya lalu membawa buah apelny sendiri untuk Tuan Syekh . Namun, saat akan dikonsumsi, tiba-tiba buah apel hadiah sang raja penuh darah dan nanah. Syekh Abdul Qadir kembali berkata kepada raja, “Mengapa raja selalu mencemooh dan mencelaku? Padahal aku tidak mau buah apel, sebab semua buah itu penuh dengan darah dan nanah manusia.” Kemudian, sang raja meminta maaf dan bertaubat di hadapan Tuan Syekh . Sejak itu, raja sering berkunjung kepada Tuan Syekh sebagaimana kebanyakan orang. Ia pun menjadi sahabat Tuan Syekh hingga wafatnya.

Syekh Abdul Qadir ra mempunyai derajad tinggi. Namanya harum ke mana-mana. Terkenal mau menghormati fakir miskin, menemani duduk mereka, membersihkan sendiri kutu-kutu yang ada di pakaia mereka. Beliau juga penah mengatakan, “Seorang fakir yang mau bersabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur. Namun orang fakir yang bersyukur lebih utama dari keduanya, kemudian orang fakir yang mau bersabar dan bersyukur, lebih utama dari semuanya. Selain itu, tidaklah senang dan merasa nikmat menerima petaka, kecuali orang yang tahu kepada Dzat yang menurunkan petaka tersebut, yaitu Allah.

Syekh Abdul Qadir juga berkata, “Ikutilah sunnah Rasulullah dan jangan berbuat bid’ah. Berbaktilah kepada Allah dan rasul-Nya. Jangan sampai keluar dari Islam. Bersabarlah dan jangan menggerutu. Berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan pernah putus asa! Berkumpullah dengan majelis dzikir kepada Allah ta’ala dan jangan bercerai-berai! Bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan melumurinya dengan noda. Teruslah menghadap pintu Allah untuk memohon ampunan.

Syekh Abdul Qadir juga berkata: Janganlah engkau menginginkan kenikmatan dan menolak ujian. Sebab kenikmatan menghubungkanmu dengan pembagian Allah, baik diharapkan maupun tidak. Demikian pula cobaan, meski engkau tak menyukainya, pasti datang menimpamu. Maka serahkanlah segala urusan kepada Allah, Dzat Yang Maha Berbuat apa pun yang dikehendaki-Nya. Tatkala kenikmatan datang menghampirimu, sibukkanlah diri dengan mengingat Allah dan bersyukur. Sementara bila cobaan yang datang, sibukkanlah diri dengan kesabaran dan kesadaran. Kemudian, jika engkau ingin mendapat tempat yang lebih tinggi lagi dari semula, maka kau harus rida dan berusaha menikmati ujian. Ketahuilah bahwa ujian turun bukan untuk membinasakan orang mukmin, tetapi untuk mengujinya.

Syekh Abdul Qadir juga mengatakan: Tidak boleh terjadi bergaul dengan Dzat yang Hak kecuali orang-orang berusaha membersihkan diri dari segala noda dan dosa. Dan tidak akan dibuka kecuali bagi orang-orang yang mengosongkan dari macam-macam pengakuan diri dan dan perbuatan meresahkan. Ketika kebanyakan yang terjadi pada manusia adalah tidak mau membersihkan diri, maka Allah akan menguji mereka dengan berbagai penyakit sebagai kafarat dan pembersih dosa-dosa. Selain itu agar mereka layak bergaul dengan dan mendekat kepada Allah. Hal itu terjadi, baik mereka sadari maupun tidak.

6/9

Bab Keenam


Di antara karomah Syekh Abdul Qadir adalah pakaiannya tidak pernah dihinggapi lalat, karena mewarisi Sang Eyang, yaitu Rasulullah ﷺ. Orang yang melihatnya pernah menanyakan alasannya? Syekh Abdul Qadir menjawab, “Untuk apa lalat hingap di tubuhku. Bukankah pada diriku tidak ada tujuan meraih nikmat dunia dan madu akhirat?”

Di antara karomah lain Tuan Syekh adalah, satu ketika ia duduk mengambil air wudhu. Tiba-tiba tubuhnya kejatuhan kotoran burung emprit. Ia lantas mengangkat kepala. Saat itu pula si burung jatuh dan mati. Tuan Syekh lalu melepas pakaian dan mencucinya. Setelah itu, pakaian tersebut disedekahkan sebagai tebusan burung yang mati. Tuan Syekh berkata, “Bila pada diriku ada dosa, maka itulah tebusannya.”

Karomah berikutnya, ada seorang perempuan datang kepada Tuan Syekh membawa putranya lalu dipasrahkan kepadanya (Al-Fatihah) supaya menjadi santrinya dan belajar ilmu suluk. Anak si perempuan pun diterima, kemudian diperintahkan memerangi nafsunya serta menjalankan ibadah sebagaimana dilakukan oleh para ulama salaf. Suatu hari ibunya sowan kepada Tuan Syekh . Terlihatlah anaknya menjadi kurus. Si ibu kemudian masuk ke dalam kamar Tuan Syekh dan melihat di depanya ada tulang-tulang ayam sisa makannya. Sang ibu lantas menanyakan arti dari semua keadaan itu. Syekh pun menjawab pertanyaan itu dengan cara meletakkan tanganya di atas tulang-tulang tadi seraya berkata, “Berdirilah atas izin Allah, Dzat yang menghidupkan tulang-tulang yang hancur.” Maka seketika tulang-tulang itu berdiri kembali menjadi ayam dan bersuarah dengan suara unik, “Lâ ilâha illallâh muhammadur rasûlullâh asy-syekhu abdul qâdir waliyyullâh” (Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, Nabi Muhammad adalah utusan-Nya, dan Syekh Abdul Qadir adalah kekasih-Nya)—semoga Allah mecurahkankeridaan kepada Tuan Syekh (Al-Fatihah). Setelah itu, Tuan Syekh berkata lagi kepada si ibu tadi, “Jika anakmu sudah mampu berbuat seperti ini, maka ia boleh makan apa saja.”

Karomah berikutnya lagi, pada suatu hari, ketika angin sedang bertiup kencang, ada seekor burung elang di atas majelis pengajian Tuan Syekh dengan suara keras sehingga cukup menggangu orang-orang yang hadir di majelis. Kemudian Tuan Syekh berkata, “Wahai angin, potonglah kepala burung itu.” Seketika itu pula jatuhlah burung itu dengan keadaan kepala terputus. Kemudian Tuan Syekh turun dari kursinya, dan mengambil burung tersebut sambil mengelus-elusnya seraya membaca, “Bismillaahir rahmaanir rohiim.” Tiba-tiba burung itu hidup dan terbang lagi atas izin Allah ta’ala. Kejadian itu disaksikan oleh orang orang yang hadir di majelisnya.

Dalam karomaah lainnya, disebutkan Syekh Abu Umar Utsman As-Shairafi dan Syekh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al-Harimiyah—semoga Allah merahmati keduanya—bercerita: Kami pernah berdampingan dengan Tuan Syekh saat berada di madrasahnya, tepat pada hari Ahad 3 Shafar tahun 555 H. Tuan Syekh saat itu berwudhu dengan klompennya lalu shalat dua rakaat. Usai salam, ia berteriak sekeras-kerasnya seraya melemparkan klompen yang satu sejauh-jauhnya ke atas sampai tidak kelihatan oleh pandangan kami, kemudian ia melakukannya lagi dengam klompen yang kedua. Kemudian Tuan Syekh duduk. Tidak ada seorang pun yang berani menanyakan kejadian itu. Setelah 23 hari sejak kejadian itu, datanglah serombongan musafir dari luar negeri. Mereka menyampaikan: Kami mempunyai nadzar. Maka kami mohon diizinkan untuk menghadap kepada Tuan Syekh. Beliau berkata kepada kami berdua, “Ambillah nadzar yang dibawa mereka.” Kemudian mereka memberikan barang nadzarnya yang berupa emas, pakaian sutera, pakaian berbulu, dan klompen milik Syekh Abdul Qadir. Maka kami bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi sesungguhnya? Mereka bercerita, “Pada hari Ahad tanggal 3 Shafar yang lalu, kami dalam perjalanan, tiba-tiba ada serombongan orang yang dipimpin dua orang. Mereka merampok harta kami dan kami pun turun ke tepi jurang. Selanjutnya, kami berunding hingga sepakat kalau harta kami bisa selamat melalui wasilah Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya (al-Fatihah)—kami bernadzar akan memberikan sebagian harta itu kepada Tuan Syekh. Dan ternyata nadzar kami terkabulkan. Tidak lama sejak itu kami mendengar suara yang amat keras sebanyak dua kali hingga memekikkan telinga, bahkan berdesing hingga memenuhi seluruh lorong jurang. Kami melihat mereka begitu lelah, gemetar, dan ketakutan. Kami menduga bahwa mereka kedatangan perampok yang merebut hasil rampasan mereka. Tiba-tiba di antara mereka ada yang mendatangi kami dan berkata: Kemarilah kalian untuk ikut kami. Ambillah kembali hartamu dan periksalah apa yang membingungkan kami. Kemudian mereka membawa kami kepada kedua pemimpinnya. Ternyata kami mendapati mereka berdua telah meninggal. Sementara di sampingnya masing-masing ada klompen yang masih basah dengan air. Akibat kejadian itu, yang lain menjadi ketakutan hingga harta yang dirampasnya dikembalikan kepada kami. Mereka mengatakan, “Peristiwa ini menggemparkan dan tidak pernah terjadi sebelumnya.”

Karomah selanjutnya, pernah ada seorang laki-laki dari kota Asfihan berkunjung kepada Tuan Syekh untuk mengobati budak perempuannya yang sering tak sadarkan diri walau sudah diobati ke mana-mana. Kala itu, Syekh Abdul Qadir berkata: Ini gangguan jin dari goa Sarandib. Namanya jin Khanis. Apabila ia sakit lagi bacakan di telinganya: “Hai jin Khonis, Syekh Abdul Qadir—semoga Allah meridainya (Al-Fatihah)—yang tinggal di Baghdad mengatakan kepadamu, jangan kembali kalau tidak ingin binasa.” Tak lama laki-laki itu pula dan tidak datang lagi. Dua puluh tahun kemudian, si laki-laki datang lagi menghadap Tuan Syekh . Ketika ditanya, ia menjelaskan bahwa apa yang disarankan Tuan Syekh sudah dilaksanakan dan penyakit pun sembuh sampai sekarang. Bahkan sebagian tabib ahli jiwa berkomentar: Selama empat puluh tahun, kami menetap di Baghdad, tepatnya selama hidup Tuan Syekh Abdul Qadir Abdul Qadir—semoga Allah meridainya (Al-Fatihah)—di sana tidak ada seorang pun yang menderita sakit jiwa. Namun, setelah beliau wafat penyakit itu menjangkiti lagi.”

Dalam karomah lainnya, ada tiga orang guru dari negeri Jilan datang berziarah kepada Tuan Syekh . Sewaktu masuk rumah Tuan Syekh, mereka melihat kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan yang berdiri di sisi Tuan Syekh . Kemudian mereka saling memandang seperti sedang menunjukkan sikap tak senang kepada Tuan Syekh, sebab kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan yang berdiri di sebelahnya. Syekh Abdul Qadir lantas meletakkan kitab yang ada di tangannya terus memandang kepada mereka dan kepada pelayan. Saat itu juga sang pelayan meninggal. Lalu beliau memandang ke arah kendi. Tak disangka kendi pun berputar sendiri menghadap kiblat.

Karomah lainnya dikisahkan bahwa Abul Mudhaffar Hasan bin Tamimi Al-Baghdadi yang merupakan seorang pedagang, datang kepada Syekh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas—semoga Allah memberi rahmat keduanya—pada tahun 521 H seraya berkata: Wahai junjungan, saya telah menyiapkan kafilah yang membawa dagangan seharga 700 dinar ke negeri Syam. Syekh Hammad berkata: Kalau kamu pergi pada tahun ini kamu akan terbunuh dan daganganmu dirampas. Setelah itu, Abul Mudhaffar keluar dari Syekh Hammad dengan membawa perasaan sedih. Di perjalanan, ia berjumpa dengan Syekh Abdul Qadir Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridhahan kepada beliau—(Al-Fatihah ), yang pada waktu itu masih berusia muda. Abul Mudhaffar lantas menceritakan apa yang dikatakan Syekh Hammad kepada dirinya. Syekh Abdul Qadir pun berkata kepadanya: Pergilah, niscaya engkau akan selamat dan pulang membawa keuntungan. Apa yang dikatakan Syekh Hammad, akulah yang bertanggung jawab. Abul Mudhaffar pun pergi ke negeri Syam. Dan ternyata benar saja, Abul Mudhaffar bisa menjual dagangannya seharga seribu dinar. Pada satu hari, tepatnya di wilayah Halab, Abul Mudhaffar masuk WC untuk menunaikan hajat. Ia kemudian meletakkan uang yang seribu dinar di gantungan WC. Rupanya, ketika keluar WC, ia lupa akan uangnya. Sesampainya di rumah, karena mengantuk dirinya tidur. Dalam tidurnya Abul Mudhaffar bermimpi berada dalam kafilah yang didatangi orang-orang Arab pedalaman yang merampas hartanya dan membunuh semua orang yang dibawa kafilah itu. Ada pula orang Arab pedalaman yang menghampirinya dan membunuhnya dengan pedang. Seketika ia terbangun sambil gemetar ketakutan dan menemukan bekas darah di lehernya disertai rasa sakit yang teramat sangat. Setelah teringat uangnya yang seribu dinar tertinggal, Abul Mudhaffar cepat-cepat bangun dan pergi ke WC di Halaba. Untungnya, uang tersebut didapatinya masih berada di tempat semula dengan selamat. Ia pun pulang ke Bagdad. Sesampainya di Baghdad, ia berkata dalam hati, “Jika aku menemui Syekh Hammad lebih dahulu, memang beliau lebih sepuh. Kemudian jika aku menemui Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya (Al-Fatihah)—karena beliau memang perkataannya benar.” Sewaktu berpikir demikian di pasar Sulthan, Abul Mudhaffar berjumpa dengan Syekh Hammad dan berkata kepada dirinya: Wahai Abul Mudhaffar, mulailah engkau berkunjung kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Karena beliau dicintai Allah dan beliau telah berdoa kepada Allah untukmu sebanyak tujuh belas kali, sehingga kepastian matimu yang sebenarnya hanya engkau rasakan dalam mimpi dan kepastian fakir yang akan menimpamu berubah hanya karena lupa saja. Kemudian Abul Mudhoffar pergi berkunjung kepada Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridhahan kepadanya (Al-Fatihah). Setibanya Tuan Syekh mendahului berkata, “Syekh Hammad telah mengatakan kepadamu bahwa aku berdoa kepada Allah tujuh belas kali. Demi kemuliaan Allah yang berhak disembah, sesungguhnya satu kali aku berdoa kepada Allah untukmu sebanyak tujuh belas kali dan satu kali lagi aku berdoa tujuh belas kali sampai tujuh puluh kali, sehingga terjadi seperti apa yang dikatakan Syekh Hammad.

Dalam karomah lainnya lagi, disebutkan bahwa Syekh Ali Al-Haity dan Syekh Syarif Abdullah bin Muhammad Abal Ghana-im—semoga Allah memberi rahmat keduanya—berkunjung ke rumah Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mensucikan dirinya—Ternyata di sana sudah ada seorang pemuda yang sedang terkulai lemah. Pemuda itu pun memohon kepada Syekh Al-Haity ra, “Wahai junjunganku, mohonkan pertolongan kepada Syekh Abdul Qadir agar aku sembuh kembali.” Maka ketika disampaikan, Syekh Abdul Qadir pun memberinya pertolongan dengan mengatakan, “Sungguh aku berikan pertolongan kepadanya.” Maka keluarlah kedua Syekh itu menemui sang pemuda seraya memberitahukan bahwa Syekh Abdul Qadir sudah memberi pertolongan kepadanya. Seketika sang pemuda bisa berdiri lalu keluar melalui jendela rumahnya lalu terbang ke udara. Kemudian kedua syekh tadi kembali menghadap Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya. Keduanya pun menanyakan ihwal pemuda tadi. Lantas Syekh Abdul Qadir menjelaskan bahwa pemuda tersebut sesungguhnya berkata dalam hatinya: Tidak ada di Baghdad ini seorang pun yang bisa sepertiku. Karena itulah aku lenyapkan kehebatannya. Kalau bukan karena Syekh Ali, kehebatannya tidak akan aku kembalikan.

Dalam karomah lainnya disebutkan bahwa Syekh Abul Hasan atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Thanthanah Al-Baghdadi—semoga Allah merahmatinya—berkata pada hari wafatnya Syekh Abdul Qadir al-Jilani—semoga Allah meridainya (Al-Fatihah) dan semoga Allah mensucikan dirinya serta menerangi makamnya: Sewaktu belajar di pondok Syekh Abdul Qadir, aku tidak pernah tidur malam dikarenakan sibuk memperhatikan keperluan Syekh Abdul Qadir. Pernah pada suatu malam di bulan Shafar 553 H, Tuan Syekh kaluar dari rumah. Saat itu, aku menghaturkan sebuah kendi kepadanya, tetapi Tuan Syekh tidak mau menerimanya. Beliau malah menuju pintu madrasah, lalu memberi isyarat pada pintu tersebut. Tiba-tiba pintu pun terbuka sendiri. Syekh Abdul Qadir keluar sementara aku di belakangnya sambil berkata dalam hati, “Sungguh Syekh Abdul Qadir tidak tahu kalau sedang aku ikuti dari belakang. Tak lama pintu madrasah itu kembali menutup. Kemudian Tuan Syekh menuju pintu kota Baghdad. Dan pintu kota itu pun membuka sendiri setelah ditunjuk olehnya. Beliau berjalan sampai di satu tempat yang belum aku kenal. Beliau lalu masuk ke suatu tempat yang di dalamnya terdapat sebuah bangunan menyerupai pondok. Di dalam bangunan itu ada enam orang sedang duduk. Begitu melihat Syekh Abdul Qadir, mereka langsung berdiri mengucapkan salam hormat kapadanya. Sementara aku bersembunyi di belakang tiang pondok itu. Tak lama aku mendengar suara rintihan dari tempat itu. Sesaat kemudian suara rintihan tidak lagi terdengar. Kemudian masuklah seorang laki-laki ke tempat di mana rintihan tadi terdengar lalu keluar lagi sambil membopong seseorang. Ketika itu juga datanglah seorang yang tidak memakai tutup kepala serta berkumis panjang dan berhenti tepat di depan Tuan Syekh. Laki-laki itu kemudian diperintah berikrar mengucapkan dua kalimat syahadat, mencukur rambut dan kumisnya serta mengenakan tutup kepala. Terakhir, si laki-laki diberi nama Muhammad. Syekh Abdul Qadir lantas berkata kepada enam orang tadi, “Sungguh aku perintahkan demikian agar Muhammad ini menjadi pengganti orang yang meninggal tadi.” Maka enam orang tersebut menjawab, “Kami dengarkan dan akan kami laksanakan.” Setelah itu, Tuan Syekh meninggalkan mereka dan aku tetap mengikutinya secara diam-diam. Tidak seberapa lama berjalan, Tuan Syekh sudah sampai lagi di depan pintu Baghdad. Pintu itu pun kembali terbuka seperti tadi. Dan Tuan Syekh sampai lagi di depan pintu madrasah yang juga terbuka seperti yang terjadi sebelumnya. Tuan Syekh masuk rumah. Keesokan harinya, aku menghadap kepada Syekh Abdul Qadir untuk menguji. Begitu menghadap, aku merasa takut sendiri kerena pamor kewibawaannya. Sampai-sampai aku taku bisa membaca kitab. Namun dengan tenang, Tuan Syekh berkata, “Wahai anakku, bacalah. Tidak apa-apa.” Akhirnya, aku memberanikan diri meminta agar beliau berkenan menjelaskan kejadian yang aku lihat semalam. Dan beliau pun menjelaskan, “Tempat yang aku kunjungi itu namanya Nahawand. Sedangkan enam orang itu adalah wali abdal. Kemudian, orang yang merintih kesakitan adalah orang ketujuh dari mereka. Ketika orang sakit itu sampai ajalnya, aku datang untuk takziyah. Adapun orang yang membawa jenazahnya adalah Abul Abas yang lebih dikenal dengan sebutan Nabi Khidlir as. Ia mengambilnya untuk dirawat, dimandikan, dikafani, dan dishalati serta dikuburkan. Dan yang aku ikrarkan mengucapkan dua kalimat syahadat adalah Nashrani dari negeri Qusthonthiniyah untuk aku jadikan pengganti orang meninggal tadi. Sekarang ia menjadi pengganti dari mereka (wali abdal). Abu al-Hasan berkata, “Terakhir, Tuan Syekh mengambil sumpahku untuk tidak membocorkan rahasia itu kepada siapa pun selama Tuan Syekh masih hidup. Disampaikannya, ‘Awas jangan sampai menyebarkan rahasia ini selama hidupku.”

Syekh Abdullah Al-Mushaliy bercerita, ada seorang raja yang adil. Dikenal Al-Mustanjid Billah atau Abul Mudhaffar Yusuf. Ia datang menghadap Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mensucikan dirinya dan memberi kesejahteraan kepada dirinya. Sang raja memohon dinasehati sambil membawa sepuluh kantong penuh berisi uang yang dibawa sepuluh pembantunya sebagai hadiah kepada Syekh. Namun Syekh Abdul Qadir menolak hadiah itu. Sang raja pun merasa kecewa seraya memaksa agar Syekh Abdul Qadir berkenan menerimanya. Akhirnya Syekh Abdul Qadir mengambil hadiah dua kantong saja. Tiba-tiba, mengalirlah darah dari dua kantong itu. Kemudian, Syekh Abdul Qadir berkata kepada sang raja, “Apakah raja tidak malu kepada Allah memeras darah rakyat kemudian diserahkan kepadaku dengan cara memaksa?” Seketika itu juga sang raja pingsan tak sadarkan diri. Syekh Abdul Qadir kembali berkata, “Demi Dzat Yang Mahaagung dan yang berhak disembah, seandainya aku tidak menghormati nasabnya yang bersambung dengan Rasulullah, pasti sudah aku biarkan darah itu terus mengalir sampai rumahnya.

Syekh Abdullah Al-Mushaliy kembali menceritakan, pada suatu hari, aku menyaksikan Raja Abul Mudhaffar Yusuf berada di depan Syekh Abdul Qadir. Sang Raja berkata, “Saya ingin melihat sebagian karomahmu guna menenangkan hati saya.” Syekh Abdul Qadir lantas bertanya, “Apa yang engkau kehendaki?” Jawab Sang Raja, “Saya menginginkan buah apel dari alam gaib.” Padahal di Iraq saat itu tidak sedang musim apel. Syekh Abdul Qadir kemudian menyodorkan tangannya ke udara. Tiba-tiba di tangannya sudah ada dua buah apel. Yang satu diberikan kepada raja dan satunya lagi dipegangnya. Kemudian Syekh Abdul Qadir memecah apel yang di tangannya. Tiba-tiba apel itu warnanya putih bersih, harum bagaikan minyak kasturi. Dan raja pun memecah apel yang di tangannya. Anehnya apel itu penuh dengan ulat. Sang Raja berkata, “Mengapa seperti ini, sedangkan apel yang di tanganmu bagus sekali.” Tuan Syekh menjawab, Wahai Abul Mudhaffar, apel ini di tangan orang lalim maka akan mengeluarkan ulat sebagaimana yang engkau lihat, sedangkan jika apel ini berada di tangan kekasih Allah, menjadi harum dan nikmat rasanya. Dan cerita apel ini sudah ada di muka, tepatnya dalam kisah raja yang menghaturkan hadiah untuk Syekh Abdul Qadir. Sesungguhnya karomah Tuan Syekh ini masih banyak dan lebih agung lagi dari apa yang sudah disampaikan. Semoga Allah yang Mahatinggi mencurahkan keridaan-Nya kepada Syekh Abdul Qadir dan kepada kita semua, serta menolong kita dengan pertolongan-Nya.
7/9

Bab Ketujuh


Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya—mengatakan bahwa di antara bentuk mensyukuri nikmat, sesuai firman Allah, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut- nyebutnya,” (QS. Adl-Dluha [93]: 11) adalah: Tidaklah seorang muslim melewati pintu madarasahku, kecuali Allah akan meringankan siksa yang menimpanya pada hari kiamat. Dan diberitakan pula bahwa suatu ketika ada seorang yang menjerit-jerit dalam kuburnya. Kemudian, Syekh Abdul Qadir mendatangi kuburannya seraya berkata, “Sesungguhnya orang ini pernah mengunjungiku satu kali. Maka selayaknya Allah merahmatinya. Sejak itu tidak lagi terdengar suara menjerit-jerit dari dalam kubur tadi.”

Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya—menuturkan bahwa suatu ketika Syekh Husain Al-Halaj pernah terpeleset dalam menjalankan kewaliannya. Hanya saja, waktu itu tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Seandainya aku hidup di zamannya, tentu sudah aku tolong. Sebab, aku akan menolong orang-orang yang terpeleset, baik dari kalangan sahabat-sahabatku, murid-muridku, dan orang-orang yang sekadar cinta kepadaku sampai hari kiamat. Aku akan gandeng tangannya, baik mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Disebabkan karena kudaku sudah terpasang pelananya, tombakku sudah tertancapkan, pedangku sudah terhunus, dan anak panahku sudah terpasang busurnya untuk menjaga muridku yang lalai.

Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mencurahkan keridaan kepadanya—pernah menyatakan, “Aku ini ibarat api Allah yang telah dinyalakan. Aku ini wali Allah yang akan merobek setiap orang yang tidak mempunyai sopan-santun kepadaku. Aku diberi ilmu bagai lautan yang tak bertepi. Aku ini dijaga Allah. Aku adalah wali Allah yang diperhatikan. Wahai orang-orang yang berpuasa di siang hari, wahai yang bertahjud di malam hari, wahai orang-orang yang tinggal di gunung yang sudah dibinasakan gunung-gunugnya, wahai orang-orang ahli gereja yang sudah dirobohkan gereja-gerejanya, menghadaplah kalian untuk menaati perintah-perintah Allah. Wahai rijalullah, wahai wali abthal, wahai wali athfal, kemarilah kalian, ambillah ilmu dari waliyullah yang bagikan lautan yang tak bertepi. Wahai Tuhan Yang Mahaagung, Engkaulah satu-satunya yang menguasai mahluk di langit dan di bumi, dan aku adalah orang yang menyatukan hati hanya untuk musyahadah kepada-Mu di bumi. Siang dan malam telah disampaikan kepadaku sebanyak tujuh puluh kali: ‘Aku (Allah) telah memilihmu dengan Dzat-Ku.’ Dan sebanyak tujuh puluh kali disampaikan kepadaku: ‘Engkau diciptakan sebagai penghias mata-Ku.’ Demi keagungan Tukanku, orang-orang yang beruntung dan celaka diperlihatkan kepadaku dan diberhentikan di hadapanku. Sungguh, nur mataku ada yang tinggal di lauhil mahfudh. Aku adalah waliyullah yang bisa melihat kejadian yang telah lalu. Aku waliyullah yang pada hari kiamat dijadikan hujjah Allah untuk kamu sekalian. Aku menjadi pengganti dan pewaris Rasulullah. Dan telah dikatakan kepadaku, ‘Wahai Abdul Qadir, semoga Allah mecurahkan keridhahan kepadanya (Al-Fatihah)—bicaralah. Maka dari ucapanmu akan didengar dan dikabulkan.’” Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya (Al-Fatihah)—barkata, “Demi Allah, aku tidak akan minum hingga disampaikan kepadaku, ‘Wahai Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridaan kepadanya (al-Fatihah)—dengan hak-Ku untukmu silahkan minum.’ Serta tidak makan hingga disampaikan kepadaku, ‘Atas hak-Ku untukmu, silahkan makan. Dan telah Aku telah selamatkan engkau dari segala hal yang merusak.’ Masa, tahun, bulan, minggu, dan hari, semuanya memberi salam kepadaku serta memberitakan kejadian-kejadian pada waktu- waktu tersebut.” Pada suatu ketika, Tuan Syekh berada di atas kursinya seraya berkata, “Apabila engkau meminta kepada Allah, maka mintalah dengan tawasul kepadaku.” --- (Waktu Doa Musjatab) Dilanjutkan membaca doa dengan bertawasul kepada Nabi Muhammad ﷺ, para Nabi dan Rasul, serta keluarga Nabi, sahabat, dan para wali. Terkhusus wasilah kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani. ---

Disebutkan, keberadaan warna kulit Syekh Abdul Qadir ra adalah sawo matang, kedua alisnya bertemu, jenggotnya lebat dan panjang, dadanya bidang, fostur badannya ramping, tingginya sedang, suaranya nyaring dan merdu, mudah menetes air matanya, sangat takut kepada Allah ta’ala, besar kewibawaannya, doanya mustajabah, luhur budi pekertinya, ke atas maupun ke bawah, keturunannya baik, sejauh-jauhnya manusia dari perbuatan jahat, dan sedekat-dekatnya manusia kepada perbuatan yang benar, sangat murka bila mengetahui ada larangan Allah yang dilanggar, tidak marah karena menuruti hawa nafsu, tidak mau menolong selain karena Allah, tidak pernah menolak orang yang minta-minta walaupun yang diminta adalah baju satu-satunya, dan hanya pertolongan Allah yang menjadi dasar pokok hidupnya. Semua tarekat-nya dikuatkan Allah, ilmunya menjadi pembersih, kedekatan kepada Allah menguatkan kewaliannya, ingatnya kepada Allah dengan hudlur menjadi gudannya, makrifatnya menjadi benteng, munajatnya kepada Allah menjadi amaliahnya, kewaspadaannya sebagai penghubung diri kepada Allah, kemesraannya kepada Allah menjadi kawan berbincangnya, kelapangan hatinya menjadi kecintaannya, kebenaran menjadi lambang hidupnya, keterbukaan hati menjadi bekalnya, sifat santun menjadi wataknya, dzikir kepada Allah menjadi ucapannya, musyahadah kepada Allah menjadi obatnya, peraturan agama menjadi jembatannya, semua sifat ilmu hakikat menjadi kepribadiannya, menyerahnya hanya kepada ketentuan Allah dengan kesadaran tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan-Nya, tarekatnya memurnikan tauhid, meyakinkan keesaan-Nya, disertai hati yang hudlur saat menghamba kepada-Nya. Syekh Abdul Qadir adalah pribadi yang sangat menyadari hakikat dirinya sebagai hamba Allah, pribadi yang teguh beribadah kepada-Nya, bukan beribadah untuk sesuatu dan bukan pula karena sesuatu, tetapi tulus ikhlas karena kesadaran sebagai hamba yang tunduk pada sifat-sifat kesempurnaan Allah. Syekh juga hamba Allah yang agung, hamba yang selalu menyatukan jiwanya dengan Allah untuk berdzikir disertai ketaatan pada hukum-hukum Allah. Keistimewaan-keistimewaan Syekh Abdul Qadir—semoga Allah mecurahkan keridhahan kepadanya—masih banyak lagi, perilaku utamanya tampak jelas, bahkan lebih terang dari matahari di waktu dhuhur. Beliau wafat pada hari Jumat, tanggal 11 Rabi’ul Akhir 571 H. Umurnya 91 tahun. Makamnya di kampung Bebul Araj, Baghdad dan banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia. Semoga Allah mecurahkan keridhahan kepadanya dan memberikan kemanfaatan kepada kita semua. Ya Allah, kabulkan, kabulkan.

8/9

Doa


Setelah apa yang kami inginkan tercapai dan apa yang menjadi tuju selesai, dengan rendah hati, kami angkat tangan ke hadapan Allah seraya berwasilah kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani beserta keturunannya yang memiliki pribadi mulia dan perilaku terhormat. Kami panjatkan doa: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang, Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dengan perantara nafas orang-orang yang makrifat, dengan perantara hamba-hamba agung yang mengetahui rahasia-rahasia suci, sebagai pewaris Nabi Muhammad ﷺ, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah, dengan perantara orang-orang yang mengikuti jejak Syekh Abdul Qadir yang terang benderang, dengan perantara orang yang menimba air minum makrifat Syekh Abdul Qadir yang lebih manis dan lebih agung, untuk memberikan pertolongan kepada kami, juga dengan perantara keharuman nafas orang-orang yang mengikuti jejak Syekh Abdul Qadir. Dekatkanlah kami dengan orang-orang yang mengikuti jejak Syekh Abdul Qadir. Wahai arwah yang disucikan, wahai wali-wali pemungkas, wahai wali kutub, wahai wali yang menjadi dua imam, wahai wali paku jagat, wahai wali abdal, wahai wali yang waspada akan firman-firman Allah, wahai wali yang dermawan, wahai wali yang mengetahui batin manusia, wahai wali pembela agama Allah, wahai wali yang mempunyai budi pekerti luhur, wahai wali penyelamat, wahai wali yang ber ilmu, wahai wali yang lapang dada, wahai wali yang menjaga dan mengasihi jiwanya, wahai wali yang ahli menghormat tamu, wahai wali yang ahli mengumpulkan ilmu syariat, menjaga tarekat, hakikat, dan makrifat. Wahai wali yang ahli menjaga nafasnya dengan dzkir, wahai wali yang tidak kelihatan dan yang kelihatan di antara kami, wahai wali yang ahli meningkatkan ketaatan kepada Allah, wahai wali yang berwibawa dan memiliki keagungan, wahai wali yang yang terluka hatinya, wahai wali yang terus naik derajatnya, wahai wali yang ahli memerangi nafsunya, wahai wali penolong, wahai wali yang ahli menerima ilham yang jelas, wahai wali yang menjadi paku jagat yang kokoh, wahai wali kutub yang lunak hatinya, wahai wali yang menerima kabar dari rof-rof, wahai para wali yang menerima kabar dari ‘Arsy, wahai wali yang merasa cukup, wahai wali kutub yang sangat takut kepada Allah, wahai wali yang kuat keyakinannya denagn ilmu hikmah dan makrifatnya, wahai wali yang menjadi pengganti rasul, wahai wali yang menetap di enam arah, wahai wali yang tidak menampakkan kebaikannya dan tidak memendam kejahatannya, wahai para wali yang mengharapkan rahmat Allah, wahai para wali yang jernih jiwanya, wahai para wali yang ahli ibadah, wahai para wali yang menjauhi dunia, wahai para wali yang berjalan di atas air, wahai para wali yang menyendiri, wahai para wali kepercayaan Allah, wahai para wali yang selalu membaca Al-Qur’an, wahai para wali yang menjadi kekasih Allah, wahai para wali yang tinggi pangkatnya, wahai para wali yang ahli hadits, wahai para wali yang ahli bangun malam bermunajat kepada Allah, wahai para wali yang mewarisi para wali yang selalu merasa zalim kepada dirinya dan berlomba dalam kebaikan, wahai ruh-ruh yang suci dari golongan para wali yang dapat melihat rahasia dan yang nyata. Jadilah kalian sebagai penolong kami dalam mendapatkan apa yang kami minta, memudahkan yang kami kehendaki, menggapai tujuan-tujuan kami, menyelamatkan kami dari segala yang kami takuti, menutup kekuarangan kami, membayar semua hutang kami, menguatkan prasangka kami, menghilangkan tabir-tabir penghalang, menghilangkan kesulitan, melenyapkan kesedihan, dan memberikan ampuan dosa-dosa.

9/9

'Ibâdallâh...


‘Ibâdallah(i) rijâlallâh(i) ۞ aghîtsûnâ li ajlillâh(i) wa kûnû ‘aunanâ lillâh(i) ۞ ‘asâ naḫdhâ bi fadllillâh(i).Wahai hamba-hamba Allah (para wali Allah), wahai para pejuang Allah. Tolonglah kami karena Allah. Jadilah kalian penolong kami karena Allah. Semoga tercapai hajat karena anugerah Allah.
Alâl kâfî shalâtullâh ۞ ‘alâsy-syâfî salâmullâh Bimuḫyid-dîni khallishnâ ۞ minal balwâ-i yâ AllâhSemoga rahmat Allah tercurahkan atas Nabi yang mencukupi segalanya, semoga salam Allah tercurahkan atas Nabi yang bisa menyembuhkan penyakit. Ya Allah dengan perantara Syekh Muhyiddin (Abdul Qadir al-Jilani), selamatkanlah kami dari segala bala.
wa yâ aqthâbu way â anjâb(u) ۞ way â sâdât way â aḫbâb(u) wa antum yâ ûlil-albâb(i) ۞ ta’âlau wan-shurû lillâh(i)Wahai para wali kutub, wahai para wali yang dermawan, wahai para sayyid dan habaib, kalianlah yang memiliki akal sempurna, kemarilah dan tolonglah kami karena Allah.
sa'alnâkum sa'alnâkum ۞ wa liz-zulfâ rajaunâkum wa fî amrin qashadnâkum ۞ fasyuddû ‘azmakum lillâhiDengan perantaraan kalian, kami memohon (2x). Dengan mengharapkan doa kalian, kami dekat dengan Allah. Dengan maksud perantaraan kalian, semoga tercapai urusan kami, karenanya kokohkanlah tujuan kalian karena Allah.
fayâ rabbî bisâdatî ۞ taḫaqqaq lî isyâratî ‘asâ ta'tî bisyâratî ۞ wa yashfû waqtunâ lillâh(i)Wahai Tuhan kami, dengan perantaraan para wali, kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami. Semoga lekas datang kebahagiaan kami. Semoga waktu (kehidupan) kami menjadi bersih untuk beribadah karena Allah
bikasyfil-ḫujbi ‘an ‘ainî ۞ wa raf‘il baini min bainî wa thamsil-kaifi wal-‘aini ۞ binûril-wajhi yâ Allâh(u)Dengan terbukanya tabir penutup mata kami, dan hilangnya jarak penghalang antara kami dengan Allah, dan terhapusnya keraguan, bagaimana dan di mana Allah, itu semua berkat Cahaya Dzat Engkau, ya Allah.
shalâtullâhi maulânâ ۞ ‘alâ man bil-hudâ jânâ wa man bil-ḫaqqi aulânâ ۞ syafî‘il-khalqi ‘indallâh(i)Wahai Tuhan kami, semoga rahmat Allah dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami, yaitu Nabi Muhammad, yang membawa Islam sebagai agama kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk di sisi Allah.
Allâhumma wa kamâ aḫdlarnâ khatma kitâbikal-ladzî a’rabat fîhi ‘an syara`i’i aḫkâmika wa waḫyikal-ladzî anzaltahu mufarriqan baina ḫalâlika wa ḫarâmika wa nadabtanâ lita’arrudli litsawâbihil-jasîmi wa ḫadzdzartanâ ‘alâ lisâni wa’îdihi syadîda ‘adzâbikal-alîm faj’alnâ mimman talînu qulûbuhum ‘inda samâ’i ayâtihi wa yadînu laka bi`imtitsâli awâmirihi wa manhiyyâtihi faj’alhu nûran nas’â bihi ilâ ‘arashâtil-qiyâmati wa sullaman na’ruju bihi ilâ dâril-muqâmat(i).Ya Allah, sebagaimana Engkau datangkan kepada kami kitab-Mu yang menjelaskan tatanan hukum-hukum syariat-Mu, Engkau turunkan wahyu-Mu untuk membedakan yang halal dan yang haram, Engkau ajarkan kami untuk memperlihatkan pahala-Mu yang nyata. Engkau peringatkan kami dengan siksa-Mu yang amat pedih sesuai dengan ancaman firman-Mu. Semoga Engkau jadikan kami sebagai golongan orang-orang yang berhati lembut ketika mendengar ayat-ayat kitab-Mu, tunduk kepada-Mu dengan mengikuti perintah-perintah kitab-Mu dan menjauhi larangan-larangan kitab-Mu. Jadikanlah kitab-Mu ini sebagai pelita melewati peritiwa-peristiwa hari kiamat dan menjadi tangga menaiki negeri kelanggengan.
Allâhumma wa sahhil bihi ‘alainâ karbas-siyâqi idzâ danâ minnâ minnâr-raḫîli wabalaghatir-rûhu minnât-tarâqî watajallâ malakul-mauti liqabdlihâ min ḫujubil-ghuyûbi wa qîla man râqin wal-taffatis-sâqu bis-sâqi ilâ rabbika yauma`idzin (i)lmasâqu wa shâratil-a’mâlu qalâ`ida fîl-a’nâqi.Ya Allah, dengan kitab-Mu ini, mudahkanlah kami dari beratnya kematian ketika ajal kami sudah deka dan kami sudah saatnya berangkat ke negeri keabadian; ketika ruh kami sudah sampai tenggorokan dan malakul maut sudah tampak dari tirai kesamaran hendak mencabut nyawa, kemudian disampaikan, “Siapakah yang dapat mengobati sakitnya kematian. Pada hari ini, betis yang satu telah menyatu dengan lain digiring kepada Tuhanmu, kemudian semua catatan amal dikalungkan di leher-leher pelakunya.
Allâhumma lâ taghulla yadan ilal-a’nâqi akuffâ tadarra’at ilaika wa’tamadat fî shalawâtihâ ‘alaika râki’atan wa sâjidatan baina yadaika wa lâ tuqayyid bi`ankâlil-jaḫîm(i) aqdâman sa’at ilaika wa barazat min manâzilâ ilal-masâjidi thâmi’atan fimâ ladaika wa lâ tushimma asmâ’an taladzdzadzat biḫalâwati tilâwati kitâbikal-karîmi wa lâ tathmis bil-‘amâ a’yunâ bakat fî dhulamil-layâlî khaufan min ‘adzâbikal-alîm(i).Ya Allah, janganlah Engkau belenggu satu tangan pun di leher karena bekas memohon kepada-Mu dan menengadah di saat menghadap shalat kepada-Mu, di saat rukuk dan bersujud ke hadirat-Mu. Janganlah Engkau ikat dalam rantai neraka jahim kaki-kaki yang suka berjalan kepada-Mu dan keluar dari rumah menuju ke masjid-masjid-Mu karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Mu. Janganlah Engkau tulikan pendengaran yang telah merasakan lezatnya bacaan kitab-Mu yang mulya. Jangan Engkau butakan mata yang telah menangis dalam kegelapan malam karena takut pada siksa-Mu yang amat pedih.
Allâḫumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ Muḫammadin syâfi’I arbâbidz-dzunûbi wa ‘ala âlihi wa ashḫâbihi athibba`il-qulûbi wa ‘ala ummatihil-ladzîna kasyafta lahum kulla maḫbûbin wa analtahum kulla maḫjûbin mâ habatin-nafaḫâtus-saḫariyyati wa ta’aththaratil-majâlisu bi’urfil-akhbâril-akhyâriz-zâkiyyatil-miskiyyati amîna allâhumma amîn(a). allâhumma yâ mu`nisa kulli waḫîdin way â shâḫiba kulli farîdin way â qarîban ghaira ba’idin way â syâhidan ghaira ghâ`ibin way â ghâliban ghaira maghlûbin, allâḫumma rabbanâ âtinâ fid-dunyâ ḫasanatan wa fil-âkhirati ḫasanatan wa qinâ ‘adzâban-nâri, allâḫumma-ftaḫ lanâ futûḫal-a’rifîna, allâhumma yassir lanâ umûranâ ma’ar-râḫatin liqulûbinâ wa abdâninâ was-salâmata wal-‘âfiyata fid-dîni wad-dunyâ wal-âkhirati as`aluka bismika bismillâhir-raḫmânir-raḫîm(i) al-ḫayyul-qayyûmil-ladzî lâ ta`khudzuhu sinatun wa lâ naum, wa as`aluka bismika bismillâhirraḫmânirraḫîmil-ḫayyu wa khasya’at lahul-ashwâtu wa wajilat minhul-qulûbul-qayyûmil-ladzî ‘anat lahul-wujûhu an tushalliya ‘ala sayyidinâ Muḫammadin wa ‘ala ali sayyidinâ Muḫammadin wa an taj’al lî min umûrî farjan wa makhrajan wa taqdlî ḫâjatî fid-dîni wad-dunyâ wal-âkhirati bijâhil-quthbir-rabbânî sayyidinâsy-ysaikh ‘Abdil Qâdiril-Jailânî qaddasallâhu sirrahul wa nawwara dlariḫahu wa yu’lî darajâtihi wa ‘âda ‘alainâ min barakâtihi wa barrihi amîn yâ sulthânal-‘ârifîna sayyidîsy-syaikhi ‘Abdil Qâdiri Al-Jîlânî innî atawassalu ilaika lirabbil-bariyyati batashîli umûrî fîd-dîni wad-dunyâ wal-âkhirat(i), allâhumma aushil wa taqabbal tsawâba mâ qara`nâhu w mâs-taghfarnâhu wa mâ shallainâhu wa mâ da’aunâhu ilâ ḫadlratin-nabiyyil-mushthafâ sayyidinâ wa maulana Muḫammadin shallâllâhu ‘alaihi wa sallama wa ‘alâ âlihi wa shaḫbihi ajma’îna, allâḫumma aushil wa taqabbal tsawâba mâ qara`nâhu wa mas-taghfarnâhu wa shallainâhu wa mâ da’aunâhu ilâ ḫadlratil-quthbir-rabbânî sayyidinâsy-syaikhi ‘Abdil Qâdir Al-Jailânî wa a`immatil-arba’ati radliyallâhu ‘anhum, allâḫumma aushil wa taqabbal tsawâba mâ qara`nâhu wa mâs-taghfarnâhu wa mâ shallainâhu wa mâ da’aunâhu ilâ auliyâ`illâhil-kirâmi Embah sayyid Ja’far Shadiq Sunan Qudus, Embah ‘Umar Sa’id Sunan Muriyâ, Embah ‘Abdul Jalil, Embah ‘Abdul Qahhâr, Embah Sewanegara, Embah Sanusi, Embah Yasin, Embah Ahmad, Embah Rifâ’î, qaddasallâhu sirrahum wa nawwara dlarîhahum wa yu’lî darajâtihim wa a’âda ‘alainâ min barakâtihim wam-thir ‘alainâ ghaitsa karamâtihim, allâhumma aushil wa taqabbal tsawâba mâ qara`nâhu wa mas-taghfarnâhu ila arwâhî ahlil-qubûri minal-muslimîna wal-muslimâti wa khushûshan ila rûḫi syaikhî wa masyâyikhihi ghafarallâhu dzunûbahum wa yu’lî darajâtihim wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muḫammadinil-mursalîna wal-ḫamdulillâhi rabbil-‘âlamîn(a).Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad selaku penolong para pelaku dosa-dosa. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada keluarga dan para sahabatnya selaku ahli pengobatan hati. Begitu pun kepada umatnya yang telah Engkau bukakan segala tirai penghalang untuk mereka; umatnya yang telah Engkau berikan tirai penghalang yang tertiup hembusan-hembusan sihir; umatnya yang telah Engkau berikan majelis-majelis yang semerbak dengan aroma kabar berita pilihan dan jernih. Kabulkanlah, ya Allah, kabulkanlah. Ya Allah, wahai Dzat penghibur setiap hamba yang menyendiri, wahai Dzat pemilik setiap yang tunggal, wahai Dzat yang Mahadekat dan Tidak Jauh, wahai Dzat yang Mahatampak dan tidak gaib, wahai Dzat yang Mahamenang dan tidak terkalahkan. Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, sertla lindungilah kami dari siksa api neraka. Ya Allah, bukalah kepada kami seperti dibukakannya kepada orang-orang yang makrifat. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan kami disertai ketenangan pada hati dan badan kami. Berikanlah kepada kami keselamatan dan kebaikan dalam agama, baik di dunia maupun di akhirat. Dan aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu bismillahirrahamnirrahim, dengan asma-Mu sebagai Dzat yang Mahahidup, Dzat yang Maha Berdiri Sendiri, Dzat yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu bismillahirrahmanirrahim, dengan nama-Mu sebagai Dzat yang Mahahidup, Dzat yang Maha Berdiri Sendiri, Dzat yang menjadi arah menghadap seluruh wajah, Dzat yang menjadi arah tertujunya seluruh suara, Dzat yang menjadi sasaran gemetarnya seluruh hati, untuk melimpahkan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad beserta kepada keluarganya. Aku juga memohon semoga memberikan kemudahan dan jalan keluar atas segala urusan kami; memenuhi segala kebutuhanku, baik dalam urusan agama, urusan dunia, maupun urusan akhirat, berkat keagungan Al-Quthbur Rabani Syekh Abdul Qadir al-Jailani—semoga Allah mensucikan dirinya, menerangi kuburnya, meninggikan derajatnya, dan mengembalikan keberkahan dan kebaikannya kepada kami. Amin... Wahai Raja hamba yang bermakrifat, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, sesungguhnya aku bertawasul kepadamu demi mencapai Tuhannya para makhluk supaya memudahkan segala urusanku, baik urusan agama, urusan dunia, maupun urusan akhirat. Ya Allah, sampaikan dan terimalah pahala apa yang kami baca, pahala istigfar kami, pahala shalawat kami, pahala doa kami, kepada hadirat nabi, pemimpin, dan panutan kami, yakni Nabi Muhammad ﷺ, juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, sampaikan dan terimalah pahala apa yang kami baca, pahala istigfar kami, pahala shalwat kami, pahala doa kami, kepada hadirat Al-Qutbur Rabani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dan juga kepada imam yang empat. Ya Allah, sampaikan dan terimalah pahala bacaan kami, pahala istigfar kami, pahala shalawat kami, pahala doa kami, kepada para wali Allah yang mulia, yaitu Embah Sayyid Ja‘far Shadiq Sunan Qudus, Embah Umar Sa‘id Sunan Muria, Embah Abdul Jalil, Embah Abdul Qahar, Embah Siwanara, Embah Sanusi, Embah Yasin, Embah Ahmad, Embah Rifa’i—semoga Allah mensucikan sirr mereka, menerangi kubur mereka, meninggikan derajat mereka, dan mengembalikan keberkahan mereka kepada kami. Hujanilah kami dengan hujan karamah mereka. Ya Allah, sampaikanlah dan terimalah pahala bacaan kami, pahala istigfar kami, kepada arwah ahli kubur dari kalangan kaum Muslimin dan muslimat, khususnya kepada ruh syekhku dan ruh para syekhnya—semoga Allah mengampuni dosa mereka, meninggikan derajat mereka. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada pemimpin kami, yakni Nabi Muhammad dan juga kepada seluruh keluarga serta para sahabatnya. Mahasuci Dzat Tuhanmu, Tuhan kemuliaan, dari apa yang orang-orang kafir sifatkan. Salam kesejahteraan semoga terlimpah kepada para rasul. Walhamdulillahi rabbil alamin.
Ya arḫamar-râḫimîn(a) ۞ Ya arḫamar-râḫimîn(a) Ya arḫamar-râḫimîn(a) ۞ farrij ‘alal-muslimîn(a) Yâ rabbanâ yâ karîm(u) ۞ yâ rabbanâ yâ raḫîm(u) Antal-jawwadul-ḫalîm(u) ۞ wa anta ni’mal-mu’în(u) Wa laisa narjû siwâk(a) ۞ fadrik ilâhî darâk(a) Qablal-fanâ wal-halâk(i) ۞ ya’ummu dunyâ wa dîn(a) Wa mâ lanâ rabbanâ ۞ siwâka yâ ḫasbunâ Yâ dzal-‘ula wal-ghinâ ۞ way â qawiyyu yâ matîn(u) Nas`aluka wâlî yuqîm(u) ۞ al-‘adla kai nastaqîm(u) ‘Alâ hudâkal-qawîm(u) ۞ wa lâ nuthî’ul-la’în(u) Yâ rabbanâ yâujîb(u) ۞ antas-samî’ul-qaqîb(u) Dlâqal-wasî’ur-raḫîb(u) ۞ fandhur ilal-mu`minîn(a) Nadhrat tanzîlul-‘anâ ۞ ‘annâ wa tudnîl-munâ Minnâ wa kullal-hanâ ۞ nu’thâhu fî kulli ḫînin As`aluka bijâhil-judûd(i) ۞wâlî yuqîmul-ḫudûd(a) Fînâ fayakfîl-ḫasûd(a) ۞wa yadfa’udh-dhâlimîn(a) Yuzîlul lilmunkarât(i) ۞ yuqîmu lishh-shalawât(i) Ya`muru bish-shâliḫâti ۞ muḫibbu lish-shâliḫîn(a) Yuzîḫu kullal-ḫarâmi ۞ yaqharu kullath-thaghâm(i) Rabbi-sqinâ ghaitsa ‘âm(in)۞ Nâfi’ mubârak dawâm(a) Yadûmu fî kulli ‘âm(in) ۞ ‘alâ mamaris-sinîn(a) rabbiḫ-yinâ syâkirîn(a) ۞ wa tawaffanâ muslimîn(a) Nub’ats minal-âminîn(a) ۞ fî zumratis-sâbiqîn(a) bijâhi thâhar-rasûl(i) ۞ jud rabbanâ bilqabûl(i) Wa hab lanâ kulla sûl(in) ۞ rabbis-tajib lî amîn(a) ‘Athâka rabbi jazîl(un) ۞ wa kullu fi’lik(a) jamîl(un) Wa fîka amalnâ thawîl(un) ۞ fajud ‘alath-thâmi’în(a) Yâ rabbi dlâqal-khinâq(u) ۞ min fi’li mâ lâ yuthâq(u) Famnun bifakkil-ghalâq(i) ۞ liman bidzanbihi rahîn(un) Waghfir likullidz-dzunûb(i) ۞wastur likullil-‘uyûb(i) Waksyif likullil-kurûb(i) ۞ wakfi adzâl-mu`dzîyîn(a) Wakhtim bi`aḫsan khitâm(in) ۞ idzâ danal-inshirâm(u) Wa ḫâna ḫînul-ḫimâm(i) ۞ wa zâda rasyḫul-jabîn(i) Tsummash-shalâtu was-salâm(u) ۞ ‘ala syafi’il-anâm(i) Wal-`âli ni’mal-kirâm(i) ۞ wash-shaḫbi wat-tâbi’în(a)Wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih, wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih Wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih, lapangkanlah kaum Muslimin Wahai Tuhan kami, wahai Dzat yang Mahamulia, wahai Tuhan kami, wahai Dzat yang Maha Penyayang Engkau adalah Dzat yang Mahamurah dan penyantun, Engkau sebaik-baiknya pemberi nikmat Kami tak berharap selain kepada Engkau, wahai Tuhanku, sampaikanlah pada keinginan-Mu Sebelum kehancuran dan kebinasaan, meratakan dunia dan agama Bagi kami tiada tuhan, selain Engkau, wahai pelindung kami Wahai Dzat yang memiliki keluhuran dan kekayaan, wahai Dzat yang Mahakuat dan Mahakokoh Kami memohon kepada-Mu, wahai Dzat yang Maha Menegakkan, agar kami mampu istiqamah Dalam meraih puntujukmu yang lurus dan tak menuruti Iblis sang terkutuk Wahai Tuhan kami, wahai Dzat yang Maha Mengabulkan, Engkau Dzat yang Maha Mendengar dan Mahadekat Yang Mahaluas dan Mahalapang, lihatlah orang-orang mukmin Dengan penglihatan yang dapat menghilangkan kesulitan kami dan mendekatkan tujuan kami Serta setiap kebahagiaan, dan kami diberinya setiap saat. Aku memohon kepada-Mu dengan keagungan wali yang menetapkan aturan di tengah kami, wali yang menjauhkan orang-orang hasud dan menolak orang-orang zalim, menghilangkan kemungkaran menegakkan shalat memerintah amalan yang saleh dan mencintai orang-orang saleh menyingkirkan setiap perkara haram membela rakyat jelata menegakkan keadilan di tengah makhluk melindungi orang-orang ketakutan Ya Tuhanku, siramlah kami dengan siraman yang merata bermanfaat dan penuh berkah Selamanya Siraman yang terus-menerus setiap tahun dan sepanjang tahun Ya Tuhanku, hidupkanlah kami dalam keadaan bersyukur wafatkanlah kami dalam keadaan Islam Bangkitkanlah dalam keadaan selamat di tengah orang-orang terdahulu (yang selamat) Berkat keagungan Thaha sang rasul yang diutus, wahai Tuhan kami, muliakanlah dengan pengabulan Berilah apa yang kami mohon wahai Tuhanku, kabulkanlah doaku Wahai Tuhan, perberian-Mu adalah agung setiap perbuatan-Mu adalah indah Harapan kami pada-Mu sungguh panjang maka muliakanlah orang-orang yang berharap Wahai Tuhanku, tenggorokan ini sempit dari perbuatan yang tak mampu Berilah pada orang-orang yang tergadai dengan dosa, dengan mengurai segala kegelisahan Berilah ampunan atas setiap dosa tutupilah segala cela Angkatlah segala kesulitan selamatkanlah dari ancaman orang-orang yang zalim Akhirilah hidup kami dengan keadaan yang terbaik terutama di kala ajal kami sudah dekat Dan kematian sudah saatnya datang dan keringat kening terus bertambah Kemudian shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Pemberi syafaat para makhluk Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada keluarganya, sebaik-baiknya orang mulia juga kepada para sahabat dan para tabiin.

Malam Sunyi Sang Wali: Kisah, Teknik, dan Adab Khalwat

  _______________ Di balik gunung yang jauh dari hiruk-pikuk manusia, terdapat sebuah gua kecil yang hanya diketahui oleh segelintir pendudu...