Sabtu, 03 Mei 2025



KI. KEMAS H. IBRAHIM UMARY bin KI. KEMAS H. UMAR

Beliau Adalah seorang pemuka agama, muballigh, dan tokoh pendamping masyarakat. Nama lengkapnya ialah Kemas Haji Ibrahim Umary bin Ki. Kemas H. Umar bin Kms. H. Abdurrahman bin Kms. H. Mahmud bin Kms. Hasanuddin bin Kms. H. Mahidin Chotib bin Kms. Ahmad Husin bin Kms. Miyako bin Pangeran Demang Daeng  Arya Wangsa bin Pangeran Temenggung Naga Wangsa Kms. Abdul Azis bin Geding Ilir bin Sunan Giri.

Beliau dilahirkan oleh ibunya  Nyimas Hj. Habibah binti Kms. M. Ali bin Kms. Hamim, pada tanggal 15 Ramadhan 1359H atau 29 Oktober 1939 di Kampung 19 Ilir Palembang.
Pendidikan agamanya diberikan langsung oleh ayahnya, Ki. Kemas H. umar yang seorang ulama besar Syekh Tarekat Sammaniyah. Sedangkan pendidikan formal di laluinya di Madrasah Ahliyah Palembang (Ibtidaiyah-Tsanawiyah) pimpinan Ki. Mgs. H. Nanang Masri, selain itu belajar pula kepada ulama-ulama Palembang seperti : Ki. Mgs Abdurrahman, Ki. Kgs. H. Abdussomad, Ki. Yayik, Ki. Kgs. H. A. rohim Gani, Syekh Muhammad Izzi, Syekh Hasanuddin, KH. Ali Kholik, dll.
Kepada Syekh Muhammad Izzi, ia mengambil ijazah Tarehkat Naqsyabandiyah dalam tahun 1961, serta mendapat ijazah Ratib Samman dari ayahnya dan KH. Ali Kholik.

Tokoh Yang akrab disapa dengan sebutan Syekh ini cukup aktif dalam dakwah dan ibadah kemasyarakatan, banyak kegiatan dan jabatan yang dilakoninya, di antaranya ialah :

1.  Pengurus dan anggota perkumulan pelajar Syarofal Anam/PPSA 
     19 Ilir (sejak 1955).
2.  Anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia/GPII (1956).
3.  Anggota Persatuan Priyayi Palembang/PPP, seksi kesenian Asli   
     Pencak Silat (1958), Asuhan R.A. Hamid Ternate.
4. Kontingen Pekan Olah Raga GPII di Jakarta (1959).
5. Anggota Jemaah Tarekat Naqsyabandiyah (1961).
6. Pengurus Majelis Taklim Umariyah.
7. Muazin dan Mubaligh Masjid Agung Palembang (1960).
8. Anggota Badan Syi’ar Islam/BASIS (1965).
9. Peserta UP Grading Course Al-Quran di selenggarakan oleh  
    BASIS Kodya Palembang (1967).
10. Imam Masjid Agung Palembang (1986-1990)
11. Pengurus DPC-KKP Tk. II Palembang (1996-2001).
12. syekh Ratib Samman, dll.

Kms. H. Ibrahim Umary berpulang ke rahmatullah pada tanggal 20 Syawal 1425 atau 2 Desember 2004, malam Jumat, dalam usia 66 Tahun. Dimakamkan di Ungkonan Candi Walang 24 ilir Palembang. Meninggalkan seorang istri bernama Nyayu Fatimah binti Kgs. H. Nungtjik, dan dua orang anak, yaitu : Nyimas Halimatussakdiyah dan Kms. H. Andi Syarifuddin, S.Ag.  (Sumber : 101 Ulama Sumsel Riwayat Hidup & Perjuangannya).
 

 


Manaqib Kyai Umar (Palembang)


Riwayat Hidup Ki.Kms.H. Umar

          Beliau adalah ulama besar, khatib penghulu, pengurus Masjid Agung, yang dijuluki oleh para muridnya dan masyarakat dengan sebutan “Puting Palembang”. Nama lengkapnya ialah Kemas Haji Umar bin Kms.H. Abdurrahman bin Kms.H. Mahmud bin Kms. Hasanuddin bin Kms.H. Mahidin Chotib bin Kms. Ahmad Husin bin Kms. Miyako bin Pangeran Demang Daeng Arya Wangsa bin Pangeran Temenggung Naga Wangsa Kms. Abdul Azis bin Geding Ilir bin Sunan Giri.

          Ia dilahirkan oleh ibunya Nyimas Hajjah Ucu binti Kms.H. Abu Hasan pada tahun 1880 di lingkungan Masjid Agung  kampung 19 ilir Palembang. Pendidikan dasarnya diberikan oleh ayahnya sendiri, Kms.H. Abdurrahman (w.1910) yang merupakan seorang ulama dan ahli pengobatan pada masa itu, bersama dengan saudaranya Kms. Nanang Abdul Aziz. Selain itu ia juga belajar kepada ulama-ulama besar Palembang lainnya seperti: Ki.Kgs.H. Nanang Abdullah Siroj (w.1922), Tuan Guru Kms.H. Umar Palembang Lamo (w.1927), Sayid Abdurrahman Jamalullail Hoofd Penghulu (w.1920), Syekh Muhammad Azhari (w.1932), dan lain-lain.

Ilmu yang dipelajarinya mencakup semua disiplin ilmu keagamaan seperti: Ilmu Tauhid, Fiqih, Al-Qur’an, Bahasa Arab (Nahwu-shorof), Hadis, Tasawwuf, dan lain sebagainya. Kepada Sayid Abdurrahman Jamalullail, ia belajar Ilmu Tasawwuf dan mengambil ijazah tarekat Sammaniyah.

          Kemudian pada tahun 1906, ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah serta sekaligus menuntut ilmu di Masjidil Haram dan di Zawiyah Sammaniyah. Sahabatnya selama di Tanah Suci adalah Kms.H. Abdul Roni Azhari, Kgs.H. Nang Toyib Hoofd Penghulu, Syekh Nawawi Lampung, dll. Sedangkan gurunya selama menimba ilmu di sana antara lain: Syekh Ahmad Chotib Minangkabau, Syekh Abbas al-Maliki, Syekh Muhammad Hasan as-Samman al-Madani, dll.

          Sepulangnya dari Tanah Suci, Kms.H. Umar dikenal sangat alim dan wara’, hari-harinya diisi dengan ibadah dan dakwah.  Dalam tahun 1906, ia mendirikan Majelis Ta’lim Umariyah yang diselenggarakan di rumahnya sendiri yang sekaligus menjadi langgar (rumah langgar) di kampung 19 ilir Palembang jalan Guru-guru. Selain menjadi mudir di majelis ta’limnya, ia juga seorang guru agama Islam di masjid, langgar, maupun di rumah-rumah penduduk. Sedang beberapa jabatan yang diembannya antara lain: Pengurus Masjid Agung Palembang (1907-1953), Penyalur Badal Haji, menjadi Khatib Penghulu Palembang (1918-1953), Komisaris Majelis Ulama Pertimbangan Igama Islam Palembang (1930), Pengurus Lajnah Tanfiziah Majelis Ulama. Disamping itu ia pun menjadi syekh penyiar tarekat Sammaniyah yang zikirnya dikenal dengan Ratib Samman. Melalui ijazah dari beliaulah Ratib Samman terus diwiridkan di Palembang hingga kini.

Dalam kehidupan rumah tangga, Ki.Kms.H. Umar memiliki dua orang isteri. Isteri pertama bernama Nyimas Salma binti Kms.H. Agus bin Kms.H. Abang, menikah pada tahun 1907 dan wafat pada 9 Agustus 1938. Dari perkawinan ini memperoleh 6 orang putera, masing-masing bernama: Kms.M. Soleh (1908), Kms.H. Ismail (1912), Kms.M. Hasan (1916, pahlawan pertempuran 5 hari 5 malam), Kms. Abdullah (1921), Kms.M. Dahlan (1922) dan Kms.M. Husin (1926).

          Isteri kedua bernama Nyimas Hajjah Habibah binti Kms.M. Ali bin Kms.Hamim. Menikah pada tahun 1938, dianugerahi 4 putera dan 3 puteri, masing-masing: Kms.H. Ibrahim Umary (1939), Kms.H.M. Salim Umary (1941, imam Masjid Agung), Drs.Kms.H.M. Siddiq Umary, MM (1944), Nys. Rogaya (1947), Nys. Zuhro (1950), Nys. Maryamah (1951), dan Kms. Nangcik (1953).

          Ki. Kms.H. Umar wafat pada hari Rabu tanggal 14 Sya’ban 1372H bersamaan 26 April 1953M dalam usia 73 tahun. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Agung dan dimakamkan di Ungkonan Candi Walang 24 ilir Palembang dengan diiringi para pengantar yang begitu membludak banyaknya (sekitar 1 Km panjangnya) sehingga kerangga beliau disambut hanya dari tangan ketangan. Sedangkan namanya diabadikan oleh pemerintah menjadi salah satu nama jalan yang melintas di kampung 19 ilir dan 22 ilir.

Majelis Ta’lim Umariyah

Majelis Ta’lim Umariyah didirikan oleh almarhum Ki. Kms.H. Umar pada tanggal 18 April 1906. Kegiatannya berlangsung di rumahnya sendiri yang sekaligus menjadi langgar (rumah langgar) di kampung 19 ilir Palembang. Banyak murid-murid yang belajar dengannya, baik yang berasal dari kota maupun yang berasal dari luar daerah, seperti: Pademaran, Pemulutan, Semendo, Campang Tiga, Muara Kelingi, Dusun Bati, Teluk Betung, Sungsang, Begayut, Tebing Tinggi, Lampung dan lain-lain.


Di antara murid-muridnya seperti:

● Kgs.H. Zuber bin Kgs.H. Agus (w.1958)

● Drs. Barmawi Umari

● KH. Mallawie Husien Campang Tiga (w.2002)

● Sayid Masyhur al-Khirid (w.1983)

● Sayid Alwi Bahsin (w.1985)

● Ki. Hasanuddin

● KH. Mukmin

● KH. Daud Rusydi (w.1987)

● Ki.Kgs.H.A. Rohim Ghani

● KH.A. Hamid / Cek Ahmad Pedamaran

● KHM. Zen Syukri (w.2012)

● KH. Abu Nawar (w.1986)

● HM. Ali Amin SH, (w.2011)

● KHM. Zen Pemulutan

● KH. Abubakar Bastari (w.1971)

● KH. Abdullah Zawawi (w.2013)

● Ki.Kms.H. Ismail Umary (w.1971)

● dll.

Bagi mereka yang berasal dari luar kota, mereka menginap/mondok di rumahnya yang lain yang terletak di Lorong Fakhruddin, tidak jauh dari langgarnya (rumah darat). Untuk keperluan bersuci bagi murid-muridnya, ia membuat sebuah kambang (kolam) di samping rumah langgar. Kambang ini dibuat pada tahun 1912 dan kini telah ditimbun.

          Di Majelis Ta’lim ini dipelajari berbagai ilmu agama, seperti: Pengajian al-Quran, Nahwu-Shorof, Ushuluddin, Fiqih, tasawwuf dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada waktu itu dilakukan setiap hari, kecuali hari Selasa, dari pukul 09.00-12.00 Wib.

Daftar Pelajaran/Cawisan 

Ahad :  –Minhaj al-‘Abidin (Tasawuf)

Senin : Tarekat Sammaniyah

Selasa : libur

Rabu :  – Hidayah as-Salikin (Tasawuf)

             – Sair as-Salikin (Tasawuf)

Kamis : – Syarah Ushul at-Tahqiq

Jum’at : – al-Hikam (Tasawuf)

              – ad-Dur an-Nafis (Tauhid)

Sabtu :  – Sabil al-Muhtadin (fiqh)

              – I’anah at-Thalibin (fiqh)

          Selain itu pula disediakan perpustakaan yang mengoleksi ratusan kitab-kitab agama yang penting baik yang sudah dicetak maupun masih berupa naskah tulisan tangan (manuskrip).

          Dari tahun ketahun muridnya kian bertambah banyak, sehingga rumahnya tak mampu lagi untuk menampung murid-muridnya. Oleh sebab itu, atas desakan murid-muridnya agar merenovasi rumahnya yang lama dan mendirikan sebuah langgar yang lebih besar supaya lebih leluasa dalam memberikan pelajaran kepada para muridnya. Akhirnya didirikanlah rumah langgar yang sebelumnya merupakan rumah limas endep yang berukuran kecil. Rumah lamanya ini dibongkar dan didirikan rumah langgar yang baru berlantai dua (rumah panggung) secara gotong royong pada tanggal 11 Jumadil Awal 1343H (1924), berukuran 12 x 13.90  m2.

          Demikianlah Majelis Ta’lim yang diambil dari namanya ini diasuh dengan segala suka dan dukanya, hingga beliau wafat pada tahun 1953, disaat Majelis Ta’lim yang ia asuh telah berjalan ½ abad atau 51 tahun.

          Setelah beliau wafat, Majelis Ta’lim ini dilanjutkan dan diasuh oleh puteranya yang bernama Ki. Kms.H. Ismail Umary dengan mempergunakan waktu, hari, system dan metode yang tidak banyak berbeda dengan ayahnya. Ia mengasuh Majelis Ta’lim ini selama 18 tahun dengan segala keikhlasannya sampai wafat pada tahun 1971.

          Kemudian Majelis Ta’lim Umariyah ini dilanjutkan dan diasuh oleh saudaranya, Kms. Muhammad Dahlan Umary yang dikenal dengan panggilan ustaz Dahlan, dengan dibantu oleh keponakannya, Kms.A.Rahman Ismail. Ustaz Dahlan mengasuh Majelis Ta’lim hanya Selama 6 tahun, sebab pada tahun 1977 beliau berpulang ke rahmatullah. Majelis Ta’lim selanjutnya diasuh oleh Drs.Kms.A.Rahman Ismail, karena kesibukannya sebagai PNS yang menjabat Kepala KUA Kecamatan Ilir Timur waktu itu, maka Majelis Ta’lim diserahkan kepada ustaz H. Abdul Hamid yang terkenal dengan sebutan Cek Ahmad Pedamaran.

          Hingga sekarang, Majelis Ta’lim Umariyah telah berusia seabad lebih atau tepatnya 108 tahun dari sejak berdirinya. Kini kegiatannya berupa: pengajian al-Quran, Bimbingan Ibadah Haji, Syarofal Anam, Ratib Samman, perpustakaan, menerbitkan buku, brosur-brosur dan lain-lain. yang masih diasuh oleh anak dan cucu Ki. Kms.H. Umar diantaranya ialah Kms.H.M. Salim Umary dan Kms.H. Andi Syarifuddin, S.Ag.

          Sedangkan Perpustakaan Umariyah, dengan beberapa koleksi naskah kunonya (manuskrip) telah menarik pengunjung dari berbagai daerah bahkan manca Negara seperti: Jepang, Belanda, Australia, Malaysia dan lain-lain untuk keperluan riset dan penelitian.


Sanad-sanad Keilmuan Ki.Kms.H. Umar

۩ Sanad Tarekat Sammaniyah:

1. Allah SWT

2. Jibril AS.

3. Nabi Muhammad SAW. (wafat 632)

4. Sayidina Ali bin Abi Thalib (w.661)

5. Hasan Al-Basri (w.728)

6. Habib Al-Ajami (w.738)

7. Daud At-Tha’i (w.777)

8. Makruf Al-Karkhi (w.815)

9. As-Sari As-Saqathi (w.867)

10. Al-Junaid Al-Baghdadi (w.910)

11. Mamsya’ Ad-Dainuri (w.912)

12. Muhammad Ad-Dainuri

13. Muhammad Al-Bakri

14. Wajihuddin Al-Qadhi

15. Syekh Umar Al-Bakri

16. Abin Najib As-Suhrawardi (w.1168)

17. Qutbuddin Al-Abhari

18. Ruknuddin Muhammad An-Najasyi

19. Syahabuddin At-Tabrizi

20. Jamaluddin Al-Ahwari

21. Abi Ishak Ibrahim Al-Zahid Al-Kailani

22. Akha Muhammad Al-Khalwati (w.1316)

23. Pir Umar Al-Khalwati (w.1397)

24. Muhammad Mirum Al-Khalwati (w.1462)

25. Syekh Izzuddin

26. Pir Shadruddin

27. Abu Zakaria Al-Syarwani Al-Bakuni

28. Pir Muhammad Al-Azaljani

29. Syekh Jili Sultan Al-Aqrai/Jamal Al-Khalwati

30. Syekh Khairuddin Al-Tauqai

31. Syekh Sya’ban Afandi Al-Qastamuni

32. Sayidi Muhyiddin Al-Qastamuni

33. Sayidi Umar Al-Fuadi

34. Syekh Ismail Al-Jurumi

35. Syekh Ali Afandi Qurabasi (w.1650)

36. Syekh Mustafa Afandi Al-Adranuri

37. Syekh Abdul Latif

38. Syekh Mustafa Al-Bakri bin Kamaluddin (w.1749)

39. Syekh Muhammad Samman bin Abdul Karim Al-Madani (w.1776)

40. Syekh Abdus Samad bin Abdurrahman Al-Palembani (w.1819)

41. Syekh Kgs. Muhammad Akib bin Kgs. Hasanuddin

 


SYEKH ABDUS SHOMAD AL-FALIMBANI

SEORANG ULAMA BESAR DARI PALEMBANG


●  EMPAT SERANGKAI ULAMA JAWI

     Asy-Syaikh Abdus Shomad Al-Falimbani adalah salah satu dari empat serangkai Ulama Jawi. "Jawi" : sebutan untuk wilayah nusantara temasuk malaysia, Singapura, Brunei, Moro/Philipina dan Pattani/Thailand. Berasal dari kata "JiWi" (Ji = satu, Wi = Widhi atau Tuhan). Jadi makna Bani Jawi (JiWi) adalah kaum yang menyakini adanya satu Tuhan. Kebanyakan mereka berhijrah dan menetap di sebelah negeri di “atas angin” (al-Jawwu : الجو).


● Keempat Ulama tersebut :

1. Syekh Abdurrahman Masri Al-Batawi

2. Syekh Abdusshomad Al-Falimbani 

3. Syekh Abdul Wahab Bugis 

4. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datuk Kalampayan).



SEMUA ULAMA TERSEBUT : 

أشعري المعتقد... شافعي المذهب

"Berfaham Ahlussunnah wal Jamaah, "Asy'ariyyah" dalam aqidah dan "Syafi'iyah" dalam madzhab fiqihnya. 

     Keempat Serangkai Ulama Jawi (Al Jawi/Nusantara) tersebut, diakui kapasitas keilmuwannya. Keempatnya sering bersama-sama baik dalam memilih guru maupun menuntut ilmu. Keberadaan mereka cukup disegani ulama ulama Mekkah Madinah pada masanya, yakni diawal abad 19 M. 

      Dan nyata pula bahwa telah beratus-ratus tahun Nusantara berfaham "Ahlussunnah", yang artinya, faham Ahlussunnah (Asy'ariy-Syafi'iy) ini telah berakar kuat dan akan tetap kuat sampai akhir masa... 


● MANAQIB SYEKH ABDUS SHOMAD 

     Bila berbicara perjuangan atau penyebaran Islam di Nusantara, salah satu nama yang akan disebut dan dibahas yakni Syekh Abdul Samad. Seorang ulama besar pada masanya yang dilahirkan di Palembang pada 1116 Hijiriyah atau 1704 Masehi.

     Masyarakat Palembang, termasuk pula keturunannya, menyebut namanya Syekh Abdul Samad Al-Falembani. Namun ada tiga nama lain yang menyebutkan ulama besar ini. Yakni berdasarkan Ensiklopedia Islam, namanya Abdus Samad Al-Jawi Al-Falembani. Lalu berdasarkan sumber sumber-sumber Melayu, seperti ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya 'Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994)', namanya Abdul Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani. Ketiga, masih menurut Azyumardi Azra, apabila merujuk pada sumber-sumber Arab, namanya Sayyid Abdus Al-Samad bin Abdurrahman Al-Jawi.

    Lalu, dari garis keturunan bangsa apa sebenarnya Syeikh Abdul Samad ini? Bila dilihat garis bapak, dia masih keturunan Arab. Nama bapaknya Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani. Bapaknya seorang ulama dari Yaman. Yang sebelum datang ke Palembang, sempat mampir dahulu di Kedah, Malaysia. Di sana, dia menikahi Wan Zainab, puteri Dato Sri Maharaja Dewa.

    Sementara ibu Syekh Abdul Samad adalah Radin Ranti, seorang perempuan Palembang. Jadi jika dilihat garis keturunan ibu, Syeikh Abdul Samad keturunan Palembang. Seperti para ulama di masanya, Syekh Abdul Samad ini banyak melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu. Baik di Nusantara maupun di negeri yang jauh, seperti Arab.


● MENUNTUT ILMU

     Guru pertama Syekh Abdul Samad yakni bapaknya sendiri, Syekh Abdul Jalil. Selanjutnya dia disekolahkan ke pondok pesantren di negeri Patani (Thailand). Pada masa itu Patani adalah salah satu tempat menempa ilmu-ilmu ke-Islaman dengan sistem pondok.

    Mungkin saja Syekh Abdul Samad bersama saudara-saudaranya seperti Wan Abdullah dan Wan Abdul Qadir telah memasuki pondok-pondok yang terkenal saat itu, seperti Pondok Bendang Gucil di Kerisik, Pondok Kuala Bekah atau Pondok Semala.

    Di antara para gurunya di Patani, yang dapat diketahui dengan jelas hanyalah Syekh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok. Beliau juga mempelajari ilmu sufi daripada Syekh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf dari Syekh Abdul Rauf Singkel dan Samsuddin Al-Sumaterani, kedua-duanya dari Aceh.

    Dari Patani, Syekh Abdul Samad belajar ke Mekah dan Madinah. Di sini dia banyak bergaul dengan para ulama asal Nusantara lainnya seperti Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahhab Bugis, Abdul Rahman Al-Batawi, dan Daud Al-Fatani. Walaupun menetap di Mekah, Syekh Abdul Samad, menurut Azyumardi, tetap memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.

    Gurunya di Mekah antara lai Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun'im Al-Damanhuri. Kemudian dia berguru dengan Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan Athaullah Al-Mashri.


● KARYA TULIS BELIAU

     Beliau adalah pengarang Kitab Hidayatussalikin (Bahasa Arab Melayu) dan kitab Siyarus Salikin yang banyak diajarkan dimajlis-majlis pengajian di Tanah Betawi dan Kalimantan Selatan. 


Kitab susunan Syekh Abdul Samad al-Falembani diantaranya :

1. Zahratul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid, 1178 H/1764 M.

2. Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M.

3. Hidayatus Salikin fi Suluki MaslakilMuttaqin, 1192 H/1778 M.

4. Siyarus Salikin ila ‘Ibadati Rabbil 'Alamin, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M.

5. Al-'Urwatul Wutsqa wa Silsiltu Waliyil Atqa.

6. Ratib Sheikh 'Abdus Shamad al-Falimbani.

7. Nashihatul Muslimina wa Tazkiratul Mu’minina fi Fadhailil Jihadi wa

Karaamatil Mujtahidina fi Sabilillah.

8. Ar-Risalatu fi Kaifiyatir Ratib Lailatil Jum’ah

9. Mulhiqun fi Bayani Fawaidin Nafi'ah fi Jihadi fi Sabilillah

10. Zatul Muttaqin fi Tauhidi Rabbil 'Alamin

11. 'Ilmut Tasawuf

12. Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil Mahdah 'Alaihis Shalatu was Salam

13. Kitab Mi'raj, 1201 H/1786 M.

14. Anisul Muttaqin

15. Puisi Kemenangan Kedah.


● PERANG JIHAD DAN SYAHIDNYA SYEKH ABDUS SHOMAD

     Setelah kembali ke Makkah, Syekh Abdul Samad al-Falimbani tetap ingin pulang ke Nusantara. Dia telah lama bercita-cita untuk ikut serta dalam salah satu peperangan melawan para penjajah di Nusantara. Namun setelah dipertimbangkan, dia lebih tertarik membantu umat Islam di Pattani dan Kedah melawan keganasan Siam.

    Dalam peperangan itu, dia memegang peranan penting dengan beberapa panglima Melayu lainnya. Ada catatan menarik mengatakan beliau bukan berfungsi sebagai panglima sebenarnya tetapi beliau bertindak sebagai seorang ulama sufi yang sentiasa berwirid, bertasbih, bertahmid, bertakbir dan bersalawat setiap siang dan malam.


● Misteri tentang wafatnya. 

    Sulit sekali menemukan tahun pasti wafatnya Syeikh Abdul Samad. Menurut Dr M Chatib Quzwain dalam bukunya "Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasauf Sheikh Abdus Shamad al-Palimbani" pada tahun 1244 hijriyah atau 1828 masehi dikatakan umur Syekh Abdul Samad 124 tahun.

     Sementara Dr Azyumardi Azra menulis, "Meskipun saya tidak dapat menentukan secara pasti angka-angka tahun di seputar kehidupannya, semua sumber bersatu kata bahwa rentang masa hidup Al-Palimbani adalah dari dasawarsa pertama hingga akhir abad kedelapan belas.

    Al-Baythar menyatakan, Al-Palimbani meninggal setelah 1200 hijriyah atau 1785 Masehi. Tetapi kemungkinan besar dia meninggal setelah 1203 Hijriyah atau 1789 Masehi, setelah dia menulis karya terkenalnya 'Sayr Al-Salikin'. Saat itu usianya berkisar 85 tahun.

     Berdasarkan sumber di Kedah, dia dikatakan terbunuh dalam perang melawan Thailand pada 1244 Hijriyah atau 1828 Masehi. Lalu di mana Syekh Abdul Samad dimakamkan? Dr M Chatib Quzwain menyebut bahwa makam Syekh Abdul Samad di Palembang, tapi di Palembang belum didapatkan informasi di mana makamnya di Palembang. Sedangkan Dr Azyumardi Azra menulis, "Ada kesan kuat dia meninggal di Arabia".

    Tetapi, yang jelas, seperti ditulis penyair Malaysia yakni Muhammad Abdulloh bin Suradi dalam artikelnya "Syekh Abdul Samad Al-Falimbani, Ulama, Sufi dan Syuhada" masyarakat di Patani mengklaim telah menemukan makam Syeikh Abdul Samad di antara kampung Sekom dengan Cenak, di kawasan Tiba, Patani Utara, Thailand.

    Makam beliau di tengah hutan karena beliau dulu ikut serta dalam perjuangan melawan kerajaan Siam Budha Thailand yg ingin merebut tanah Melayu Pattani yg sekarang menjadi bagian negara Thailand

As-Sheikh Abdul Samad Al-Palembangi mati syahid ketika berjuang bersama tentera Melayu Kedah melawan Tentara Kerajaan Siam Budha Thailand.


قال الله سبحانه وتعالي :

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

"Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan ALLOH itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi TUHAN-nya dengan mendapat rezeki".


(Surat Ali-Imran (3) Ayat 169).

صدق الله العظيم

والله أعلم بالصواب

 


Datuk Muhammad Akib (Kiagus Haji Datuk Muhammad Akib)

Beliau adalah seorang syekh Tarekat Syathariyah Sammaniyah, ulama sufi dan Waliyullah Palembang. Nama dan silsilah lengkapnya ialah Kiagus Haji Muhammad Akib bin Kgs.H.Hasanuddin bin Khalifah Jakfar bin Kgs.Muhammad Khalifah Gemuk bin Ki. Bodro Wongso bin Pangeran Fatahillah Gunung Jati dan seterusnya sampai ke nabi Muhammad SAW. Ia lebih dikenal dengan sebutan Datuk Akib.

Dilahirkan pada tahun 1760 oleh ibunya, Syarifah Habibah binti Sayid Muhammad bin Amir Thoyib Jamalullail, seorang gadis keturunan Arab berasal dari Guguk Kampung Anyar di lingkungan Masjid Agung. Akib merupakan putra sulung dari enam bersaudara. Dasar-dasar pendidikan agamanya didapat dari ayahnya sendiri, Syekh Hasanuddin dan kakeknya. Ayahnya, selain ulama, juga menjabat sebagai Panglima Kesultanan Palembang Darussalam. Oleh sebab itu, setelah wafatnya dikuburkan di Kawah Tekurep komplek pemakaman Sultan Mahmud Badaruddin I. Sedangkan bibinya Nyayu Badariah binti Kgs.Jakfar menjadi mertua SMB I, karena anaknya Nyimas Naimah menikah dengan sultan dan juga dimakamkan di dalam Gubah Kawah Tekurep.

Selanjutnya Akib berguru kepada ulama-ulama besar Palembang waktu itu, seperti: Sultan Muhammad Bahauddin, Sayid Sulaiman, Syekh Pahang, dll. Oleh sultan ia dikirim ke tanah suci untuk melanjutkan studinya. Di Haramain ia berguru kepada para ulama terkenal dari berbagai disiplin ilmu, yang paling utama dan berkesan baginya ialah Syekh Abdus Somad al-Palembani, mempelajari tasawuf serta mengambil ijazah Tarekat Syathariyah Sammaniyah. Ia juga ahli dalam ilmu fiqih, hadis, sanad, pengobatan serta hafal al-Qur’an, dan dapat kehormatan menjadi imam di Masjid Nabawi Madinah.

Setelah kembali ke Palembang, bersama keluarganya ia menetap di Guguk Pengulon di lingkungan Masjid Agung, menjadi Imam Besar Masjid Agung Palembang dan khalifah Tarekat Syathariyah Sammaniyah. Di sini pula ia mendirikan majelis ta’lim yang banyak didatangi santri-santri dari berbagai daerah. Untuk memudahkan para santrinya membersihkan diri selama mondok, dibuatlah sebuah kolam berukuran 12×6 meter. Kolam ini dikenal dengan “Kambang Ijo” (Kolam Hijau) dan sayangnya kolam bersejarah ini kini telah ditimbun untuk pembuatan jalan.

Murid-muridnya yang terkenal dan berpengaruh dalam syiar Islam di Sumatera Selatan sangat banyak di antaranya putra-putranya sendiri, Kgs.H.Abdul Malik (khatib imam Masjid Agung) dan Kgs.M.Said. Muridnya yang lain adalah: Sayid Hasyir Jamalullail, Syekh Kgs.Abdullah bin Makruf, Datuk Sidiq, Ki.Marogan, Syekh Nawawi Banten, dll.

Datuk Muhammad Akib wafat pada hari Selasa, tanggal 29 Rabiul Akhir 1265H atau 1849M, pemakamannya dikenal dengan sebutan keramat “Gubah Datuk” di 24 ilir, dan sering diziarahi penduduk untuk ngalap berkah. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kampung 19-22 ilir (Jl.Datuk M.Akib). Sedangkan lingkungan tempat tinggalnya dikenal dengan Guguk Pengulon berlokasi di belakang Masjid Agung, Kampung 19 ilir, Jalan Guru-guru (kini Jl.Faqih Jalaluddin).

=========================================================================

Majelis Zikir Thariqat Sammaniyah Umariyah Palembang, melakukann ziarah rutin dan pembacaan Ratib Samman di Kubah Datuk Muhammad Akib setiap malam 14-ansetiap bulannya.










Malam Sunyi Sang Wali: Kisah, Teknik, dan Adab Khalwat

  _______________ Di balik gunung yang jauh dari hiruk-pikuk manusia, terdapat sebuah gua kecil yang hanya diketahui oleh segelintir pendudu...