Berikut beberapa contoh karya dan bentuk sastra klasik Palembang, baik yang berasal dari masa Kesultanan Palembang maupun tradisi lisan masyarakat. Sastra ini umumnya ditulis atau disampaikan dalam bahasa Melayu Palembang klasik, berpadu unsur Arab dan budaya lokal.
---
Sastra berbentuk puisi panjang, tiap bait 4 baris, berima a-a-a-a. Biasanya digunakan untuk menceritakan sejarah, dakwah, atau nasehat.
> Syair Perahu (versi Palembang)
Baik-baik membawa perahu
Jangan sampai karam ke tepi
Dengan hati janganlah gaduh
Supaya selamat jalan nanti
> Syair Nasihat adat Palembang
Barang siapa tahu asalnya
Jangan tinggalkan adatnya
Palembang besa negeri tuanya
Budi pekerti jadi utamanya
---
Puisi dua baris, baris pertama sebab, baris kedua akibat. Berisi ajaran moral.
> “Jika adat tidak dipakai,
Rusak bangsa tidak terubai.”
> “Jika bahasa tak dijunjung tinggi,
Luntur jati diri negeri.”
---
Cerita panjang berbentuk prosa klasik, sering tentang sejarah atau tokoh raja.
Hikayat Sultan Mahmud Badaruddin
Hikayat Si Pahit Lidah (versi Sumatera Selatan)
Hikayat Palembang Darussalam
---
Pada abad 18–19, ulama Palembang menulis kitab keagamaan dengan aksara Jawi. Contoh pengarang:
---
Biasanya dibacakan menjelang serahan, lamaran, dan pernikahan adat.
> Tepak sirih berisi pinang
Diikat benang dari Tanjung Batu
Kami datang bukan sembarang
Hendak melamar anak tuanku
> Gigi puntung jatuh ke lantai
Hati berguncang rasa berdebar
Datang betung bukan nak santai
Datang bertandang hendak meminang
---
> “Biar mati anak, jangan mati adat.”
“Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah.”
“Sekentung seketung, hukum dijunjung.”
---
Legenda Kemaro (Gunung Kemaro)
Putri Kembang Dadar
Asal-usul Sungai Musi dan Negeri Palembang
---
Dul Muluk – teater rakyat Palembang dengan unsur Islam dan Melayu.
Gambus Palembang (nyanyian hikayat).
---
Sastra klasik Palembang adalah bagian dari warisan Kesultanan Palembang Darussalam yang mencerminkan adab, islamisasi, dan kebijaksanaan lokal. Banyak naskah kuno saat ini tersimpan di Museum SMB II, koleksi keluarga bangsawan, dan pondok pesantren tradisional.
---

Tidak ada komentar:
Posting Komentar