Jumat, 18 Oktober 2024

Rahasia Umur Panjang, Sehat dan Berkah Menurut Islam

Rahasia Umur Panjang, Sehat dan Berkah Menurut Islam

Oleh: Al-Faqir Abah Hendri Kusnadi


Tidak ada satu manusia pun yang tahu sampai kapan ia akan hidup di dunia ini,dan juga tidak ada satupun yang mengetahui dia akan mati  di bumi mana,dalam kondisi apa dan bagimana dan kapan waktunya,kesemuanya itu dirahasiakan Allah swt sebagimana firman Allah swt: QS. Luqman Ayat 34

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ

34. Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.

Bagi orang awam syariat. Tapi bagi para Arifin Billah yang khowaasul khowaas diberi kode atau Aba-aba dan tanda –tanda oleh Allah swt. Sebab usia sepenuhnya ditentukan oleh Sang Maha Kuasa. Meski begitu, banyak orang mengharapkan dapat memiliki umur panjang. Sesungguhnya, nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal kebaikan yang diperbuat semasa hidup.

Jika seseorang dapat memanfaatkan waktu dan kesempatan hidup untuk beribadah kepada Tuhan, itu bisa menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia. Dalam ajaran Islam, ada amalan-amalan untuk memperpanjang umur sekaligus menjadikan hidup lebih berkah. Berikut rahasianya.

1. Beriman kepada Allah SWT

Salah satu rahasia panjang umur adalah dengan beriman dengan Tauhid yang hakiki murni dari kesyirikan kepada Allah SWT atau bermakrifatullah. Orang yang beriman akan menghadapi hidupnya dengan penuh optimisme. Hal ini telah dibuktikan dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, bahwa orang-orang yang optimis memiliki peluang lebih besar untuk panjang umur, mungkin bisa sampai 85 tahun atau lebih.

Dibandingkan dengan mereka yang pesimis, orang optimistik cenderung memiliki tujuan dan kepercayaan diri untuk mencapainya, lebih efektif dalam menyelesaikan masalah, dan lebih mudah mengendalikan emosi, sehingga terlindungi dari stress yang bisa menyebabkan masalah kesehatan.

2. Berbakti kepada Orang Tua

Amalan yang satu ini memang terkesan sederhana, namun Allah SWT menjanjikan umur yang panjang bagi hambanya yang melaksanakan. Rasulullah SAW bersabda,

Yang artinya: “Barangsiapa berbakti kepada orang tua, dia akan mendapat keberuntungan dan Allah SWT akan menambah panjang umurnya.” (HR Bukhari, Abu Ya’la, Thabrani, dan Hakim).

Juga Umur Panjang dan Kemudahan Rezeki Bagi anak yang berbakti pada orang tua akan mendapatkan keberkahan hidup seperti umur panjang dan kemudahan rezeki, sebagaimana dalam hadits diriwayatkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

Berbakti kepada kedua orang tua dapat mendatangkan kebaikan dan menjauhkan dari musibah. Berbakti bukan hanya soal uang, namun juga bagaimana seorang anak tetap menghormati dan meninggikan derajat orang tuanya, meski kebutuhan mereka telah dipenuhi.

3. Berpikir Positif dan Tersenyum

Pikiran adalah pusat dari segala hal yang terjadi pada manusia. Dalam Islam, berpikir positif dikenal dengan istilah husnuzan, yang artinya berprasangka baik. Berpikir positif akan menghasilkan energi yang positif. Orang yang memiliki pikiran positif kelak hidupnya lebih bahagia dan terhindar dari efek stres yang dapat berimbas pada masalah kesehatan, memiliki rahasia umur panjang dan tetap sehat.

“Pertama jangan marah, dan yang kedua senantiasa tersenyum

4. Menjaga Tali Silaturahiim

Menyambung tali silaturahiim dapat memperpanjang umur menjadi penuh berkah. Memperbanyak silaturahmi juga mendatangkan pahala karena kita telah melakukan kebaikan kepada orang lain. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

Jika tidak ada waktu untuk berkunjung secara langsung, setidaknya kita bisa memanfaatkan media komunikasi melalui telepon, pesan, email, maupun media sosial

5. Ringankan Tangan untuk Sedekah

Ada begitu banyak keajaiban dan keberkahan dari bersedekah. Balasannya bukan hanya menambahkan rezeki, tapi juga umur yang panjang. Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis,

Hadits Nabi sebagai berikut:

 وقال صلى الله عليه وسلم: {الصَّدَقَةُ تَرُدُّ البَلاَء وَتُطَوِّلُ العُمْرَ

Artinya :

Nabi Muhammad shallallahu alaihi sallam bersabda: Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur.

“Sesungguhnya sedekah seorang Muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su’ul khotimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran, dan sifat berbangga diri darinya.” (HR Thabrani).

6. Perbanyak Dzikir kepada Allah SWT sebagai washilah pembersih qolbu yang kotor dan berkarat

Dzikir adalah praktik mengingat dan memuji Allah SWT secara terus-menerus dalam hati atau dengan suara. Salah satu manfaat berzikir adalah membersihkan hati. Efeknya, seseorang akan menjadi lebih tenang, damai, positif, dan juga mengurangi hormon stres, sehingga lebih sehat secara mental dan fisik.

Waspadailah wahai saudaraku seiman!..jangan sampai  Hati kita berkarat, bersihkanlah  sampah kotoran Hati kita dengan memperbanyak dzikrullah, karena hati manusia ibarat ikan dan air,ikan akan mati tanpa air begitupun hati manusia akan mati tanpa dzikrullah.wabilkhusus perbanyak taubat ISTIGHFAR DAN SHOLAWAT SEBANYAK-BANYAK DAN PERBANYAK SHODAQOH ,3 AMALAN INILAH DI AKHIR ZAMAN YG MESTI DIGIATKAN.

Seperti yang telah kita tahu , bahwa dzikir salah satu bentuk ibadah oleh makhluk kepada Allah SWT, dengan cara mengingat-Nya melalui ucapan Dalam hati,sir qolbu dan rasa dalam rasa ( pujian/doa) dan perbuatan ( shalat/amal saleh). Maka, kita sebagai umat muslim harus memperbanyak dzikir setiap saat, sebagaimana Allah perintahkan atas hamba-Nya:

“ Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat ( nama-Nya) sebanyak-banyaknya.” (  Q.S.Al-Ahzab:41)

Dalam hadits riwayat Imam Muslim dalam kitab Shahih nya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdzikir pada setiap keadaan.

Dari Aisyah ra berkata,

كَانَ النَّبِيُّ  صلى الله عليه وسلم  يَذْكُرُ الله عَلىَ كُلِّ أَحْيَانِهِ

“ Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdzikrullah pada setiap keadaannya” (HR.Muslim:373), maksudnya bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan dzikrullah dalam setiap keadaannya baik malam maupun siang,pagi maupun sore, saat safar maupun muqim,berdiri maupun duduk, dan dalam seluruh keadaanya.

Menurut Ibnul Qayyim Hati manusia bisa berkarat karena dua hal, yaitu lalai dan dosa. Dan cara membersihkannya pun dengan dua hal, yaitu: dengan istighfar dan dzikir.

Dan dengan dzikir pula, hati dapat menjadi mengkilap, menjadi bersih dari kotoran.

إن لكل شيئ صفالة وان صفالة القلوب ذكر الله

“ sesungguhnya bagi tiap-tiap segala sesuatu ada pengkilap ( sikat/pembersihnya). Dan sesungguhnya pengkilap/pembersih kalbu adalah dzikrullah..”

Salah satu dzikir yang sering kita dengar dan ucapkan di setiap waktu adalah

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله وا لله  أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله

“ Mahasuci Allah, puji syukur bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan tiada kekuatan kecuali seizin Allah.”

Dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan menghapus dosa-dosa kecil. Keterangan ini terdapat dalam Q.S. al-ahzab:33:34. Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan akan melimpahkan rahmatnya kepada orang-orang yang berdzikir, dan malaikat juga memohon kepada-Nya, supaya dosa-dosa orang yang berdzikir diampuni dan dikeluarkan dari kehidupan gelap ( tanpa cahaya), kepada kehidupan yang penuh cahaya (nur) Nya.

Apakah kalian tahu manfaaat nyata dari Dzikrullah?

Jika kita selalu ingat  dan menyebut nama Allah SWT di sepanjang waktu  baik berdiri, duduk dan berbaring itu adalah  gambaran dari ketakwaan dan rasa tawakkal seseorang, maka Allah SWT akan memperlihatkan manfaat dan efek nyata kepada seseorang yang selalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Diantaranya adalah:

1. Mendapatkan ketenangan hati dan bebas dari perasaaan kecewa, marah, dendam, sedih, duka berkepanjangan

2. Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar

3. Terpelihara dari kelicikan dan tipu daya syetan yang menyesatkan

4. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya

5. Selalu mendapat perhatian istimewa dari Allah dimanapun ia berada, selama ia ingat pada-Nya

6. Mendapat kehidupan yang baik sampai datang ajal yang telah ditetapkan

7. Dimudahkan semua urusannya dan diberi bimbingan menempuh jalan yang mudah

8. Memiliki wajah dan tubuh yang bercahaya terang dihari berbangkit

9. Diselamatkan oleh Allah SWT dari ganas dan panasnya api neraka

10. Menerima buku catatan amal dari sebelah kanan dan dimudahkan saat dihisab dan ditimbang semua amalnya

Jadi Dzikir dan do’a adalah dua hal yang saling berhubungan. Dzikir sebagai sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do’a. orang disebut berdoa apabila ia menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang mana tujuan tersebut kepada siapa ia panjatkan do’a.

Dzikir merupakan sentral amaliah untuk jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikir adalah keseluruhan getaran hidup yang mana digerakkan oleh kalbu. Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu kita adalah dzikir yang tak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu.

Hati diibaratkan raja, sedang aggota badan adalah prajuritnya. Bila rajanya baik, maka akan baik pula urusan para prajuritnya. Bila rajanya buruk, maka demikian pula urusan para prajuritnya.

Oleh sebab itu, dalam Islam amalan hati memiliki kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar daripada amalan badan. Sebagaimana dosa, hati lebih besar daripada dosa badan. Oleh karena itu kita dapati; dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada dosa zina, riba, minum khamr, judi dan lainny

Hati adalah standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan. Baiknya hati akan berpengaruh pada baiknya amalan badan. Dan buruknya hati akan berpengaruh pada buruknya amalan badan.

Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).

الأعمال الظاهرة لاتكون صالحة مقبولة إلا بواسط أعمال القلب، فإن القلب ملك واﻷعضاء جنوده، فإذا خبث الملك خبثت جنوده

“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya. ”

 اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Kebanyakan penyakit Medis fisik itu berasal dari Nonmedis, 

Hati yang kotor, beban pikiran, Darah Daging kotor, harta benda kotor dan Akhlak yg buruk

cobalah untuk menyerahkan segala kekhawatiran,ketakutan dan semua beban kita pada-Nya. Jangan dipikul sendirian, kita yang manusia lemah yang tak berdaya tanpa-Nya.. Yakin, terima dan percaya pada apapun takdir-Nya. 

Libatkanlah Allah dalam segala hal. Semoga Allah Ridho & Limpahkan keberkahanNya untuk kita semua, aamiin🤲 Tetap sehat dan tetap semangat yaa guys

7. Melakukan Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir

  Ada beberapa kebaikan yang jika dijalankan, pahalanya tetap mengalir meski orang itu telah meninggal dunia. Sehingga, seakan usianya memanjang karena keberkahannya. Inilah yang dimaksud dengan umur yang berkualitas. Rasulullah SAW bersabda:

اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاث صدقة جارية او علم ينتفع به

اوولد صالح يدعو له

( رواه البخاري )

“Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh yang berdoa untuknya.” (HR Muslim).

Wallahu A’lam Bishowab

Al-Faqir Abah Hendri Kusnadi

Sebutir Debu di Alam Semesta

# Khodimul Majlis  Taklim,Dzikir &  Sholawat Rahmatan Lil’aalamiin Sriwijaya

# Ruqyah Syariyyah Methode Terapy Qolbu & Tazkiyanunnafsi

# Ketua LDP SUM SEL

# Ketua Yayasan RAHMATAN LIL’AALAMIIN SRIWIJAYA

KENAL DIRI KENAL ALLAH HANCURKAN KEAKUAN DIRI DAN STOP MINTA PENGAKUAN MAKHLUK

KENAL DIRI KENAL  ALLAH

HANCURKAN KEAKUAN DIRI DAN STOP MINTA PENGAKUAN MAKHLUK

Biqolami: Al-Faqir Abah Hendri Kusnadi

=========================================================================Abah Al-Faqir menulis✍️ berdasarkan kesedihan dalam bathin melihat potret umat akhir zaman ini wabilkhusus umat Islam Indonesia akhir2 ini. tapi Alhamdulillah setelah melalui banyak bantingan ujian universitas kehidupan selama 49 tahun dititipi ruh nafas ini,  cinta yg murni kepada Sang Maha Terkasih Rohman dan Rohim  itu butuh proses yg panjang, lika liku kehidupan agar kita siap suatu saat melepaskan semua kemelekatan,semua pengakuan jasad basyariah ini meningkat ke dalam bathiniah bashoriah, keakuan yg selama ini dlm diri kita sdh merampas Haq Allah SWT meleburkan diri dalam KEAKUAN SANG MAHA EMPUNYA DIRI.

Cinta itu murni tanpa harap imbalan apapun dari-Nya. Murni timbul dari hati yg murni tdk ada kebencian,kalau orang mempunyai hati yg bersih,jangankan ulama,ketika kita melihat orang maksiat saja,tdk boleh ada kebencian kepada mereka ketika menasehati,apalagi mereka yg punya ilmu, cobalah berfikir sesaatsecara jernih saudaraku seiman???..

Jangan samakan perilaku seseorang untuk menentukan asal usul keturunan dan nasabnya. Dulu Al-Faqir pernah berfikir bahwa ketika  melihat  seseorang sangat dihormati padahal beliau tdk punya ilmu,hatiku sangat benci, Aku merasa ,sy lebih pantas dihormati😢karena saya merasa lebih baik dan pinter dlm masalah agama ataupun dunia😭,tapi diri ini terus merenung,dan membuka,membaca kitab para ulama dan dibukakan mata hati OLEH-NYA  utk MENGENAL SANG MAHA EMPUNYA DIRI DAN SANG PUYANG JAGAD ALAM RAYA INI GUSTI ALLAH YG MAHA ESA MAHA TUNGGAL. Ternyata cinta itu butuh pengorbanan dan air mata dibanting berkali2 agar tahan uji dan ditempa agar kuat menghadapi pahit manisnya gelombang badai lautan kehidupan.

Akhirnya dengan rangkaian ujian tsb, dan Diri yg hina ini tahu beda mana cinta mana benci lewat kisah iblis dan nabi Adam AS sekarang Al-Faqir sadar dan bertaubat,jangan sekali2 membenci siapapun,❤️❤️

Sayangilah seluruh ciptaan Allah di alam  mayapada jagad buana ini ,Maka yg di langit akan menyayangi kita

Janganlah sekali2 memendam rasa benci pda makhluk Allah karena rasa kebencian itu bisa menjadi Asbab susahnya sakaratulmaut

 Biasanya bibit permusuhan ,Berpecah belah itu diawali dengan Saling merasa paling benar dan menuduh orang lain salah adalah cikal bakal perpecahan dan perselisihan sesama muslim yg tidak akan ada solusinya. 

Padahal Gusti Allah SWT menyuruh kita berpegang teguh dg tali Tauhid Allah dan janganlah kita bercerai berai!.. Sehingga memudahkan musuh utk menghancurkan kita.. Percuma jumlah kita Mayoritas tpi bagaikan buih di lautan🌊

Sekuat apapun kita memberikan bukti dan argumentasi yg membenci akan terus membenci dan yg mencintai akan tetap mencintai dg segala argumentasinya masing2 ... nah khawatirnya lama2 akan menjadi gesekan sesama anak bangsa yg akan merugikan semuanya.

Innaa Lillahi Wa Inna ilaihi rajiun" mengandung makna yang dalam seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 155-156. Maknanya adalah sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali.Dan juga Gusti Allah swt berfirman dalam  Quran

 Surat Al-Isra Ayat: 85

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Arab-Latin: Wa yas`alụnaka 'anir-rụḥ, qulir-rụḥu min amri rabbī wa mā ụtītum minal-'ilmi illā qalīlā

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu { Muhammad } tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata,”Ketika aku sedang berjalan bersama Rasulullah SAW di sebuah lahan pertanian di Madinah dan beliau berjalan dengan pelepah kurma sebagai tongkatnya maka beliau bertemu dengan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian lain, "Tanyailah dia oleh kalian tentang ruh" dan sebagian lainnya berkata, "Janganlah kalian bertanya kepa­danya" Lalu mereka bertanya kepada beliau tentang ruh. Jadi mereka berkata,"Wahai Muhammad, apakah ruh itu?" saat itu Nabi SAW masih bertopang pada pelepah kurmanya” dia berkata,”Aku merasa yakin bahwa saat itu beliau menerima wahyu. Lalu beliau. membacakan firmanNya: (Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi penge­tahuan melainkan sedikit”(85)) dia berkata bahwa sebagian mereka berkata kepada sebagian lain,"Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya kepadanya"

  Para mufasir berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan ruh dalam ayat ini, berdasarkan beberapa pendapat:

Pertama, bahwa yang dimaksud dengan ruh ialah arwah anak cucu nabi Adam.

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh) dia berkata bahwa ruh di sini adalah malaikat.

Firman Allah: (Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku") yaitu, perkaranya termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui olehNya, tidak untuk kalian. Oleh karena itu Allah berfirman: (dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit) yaitu apa yang Dia perlihatkan kepada kalian berupa pengetahuanNya tidak lain kecuali sedikit saja, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun yang menguasai sesuatu pun dari pengetahuanNya melainkan sesuai dengan yang Dia kehendaki. Maknanya adalah bahwa sesungguhnya pengetahuan kalian amatlah sedikit di­bandingkan dengan pengetahuan Allah. Dan apa yang kalian tanyakan tentang hal itu merupakan suatu perkara yang hanya diketahui oleh­Nya. Dia tidak memperlihatkannya kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memperlihatkan kepada kalian dari sebagian pengetahuanNya melainkan hanya sedikit. (dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. 

Libatkan Allah Dzat yg Maha hidup dalam seluruh Gerak gerik dan seluruh Aktivitas kegiatan kita, hakikatnya  Dialah semuanya yg Punya Hidup Ini Kita sekedar Menumpang maka ingatlah Wahai Saudaraku seiman!..

kita jangan jadi Penumpang Gelap, sudah Menumpang..

Merusak pula dan Tidak tahu diri

 Terutama Menumpang Bernafas..kalau sudah nafas kita diberhentikan oleh Yg Maha Pemberi nafas dan kehidupan ini

Maka selesailah sudah semua hidup kita ini. 

Ileng Lan Waspodo dulurku dalam Hidup ini.

Mawaslah dirilah sedikit!.. 

Coba kita merenung sesaat! 

Siapakah diriku ini?.. 

Dulu aku berasal dari mana?.. 

9 Bulan berada di mana? …

Sekarang sedang di mana? …

Nanti akan masa penantian di mana? 

Dan di manakah kehidupan abadi dan tempat abadi itu akan kita kembali?. 

Coba tanyakan kasih tunjuk diri kita masing-masing? 

Apa visi misi kita diciptakan Allah di dunia ini? QS.Ad-Dzariyat; 56

Wamaa kholaqtuljinna wal insa illa liyakbuduun 

Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan utk beribadah mengabdi kpd-Ku.

Namun dlm hadits qudsi Allah itu ingin dikenal baru disembah.

Dalam Kaidah Tauhid Awwaluddin Makrifatullah ( awal beragama itu mengenal Allah ).

Kewajiban Mengenal Allah.

Mengenal Allah Itu Wajib hukumnya sebelum beribadah syariat ritual

کنت کنزاً مخفیاً فأ ﺭﺪ ﺕ أن أعرف فخلقت الخلق لکی أعرف

Kuntu kanzan makhfiyyan fa `aradtu an u`rafa fa khalaqtu ‘l-khalq li-kay u’raf.

Artinya: Aku adalah khazanah tersembunyi. Aku berkehendak untuk dikenal maka Aku jadikan makhluk sehingga dengan-Ku mereka mengenal-Ku.

Tujuan menjadikan makhluk adalah agar makhluk mengenal yang menjadikannya.  Jadi, Allâh Swt utamanya berkehendak untuk dikenali Allâh Swt tidak membutuhkan ibadah kita sama sekali, terlebih lagi apabila kita tidak mengenal apa- siapa- bagaimana yang disebut Tuhan yang di ibadahi itu.

Apa sebabnya, sebab seisi langit- bumi tidak menyembah-Nya pun Allah Swt tetaplah Tuhan

Ad-dīnul aqli.

Apalagi jelas, setiap yang bersifat membutuhkan, pasti bukan Tuhan Ad-dīnul aqli.

- Tapi bukannya memikirkan Allâh Swt itu dilarang.Betul. Tapi mengenal Allâh Swt itu wajib.

- Maksudnya adalah kita wajib mengenal apa siapa bagaimana Allâh Swt itu sampai kita paham dan sadar bahwa yang disebut Tuhan itu tidak bisa di-pikir2, tidak bisa di-rasa2, bahkan tidak bisa disebut.

Sebab setiap yang bisa dipikir pasti bukan Allâh Swt, sebab setiap yang bisa dirasa pasti bukan Allâh Swt, sebab setiap yang bisa disebut pasti bukan Allâh Swt.

لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ — 

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.

(QS Asy-Syura 11).

Kata Allâh <~~ 

Ini Nama-Nya,

Diri Yang punya Nama yang mana.


Yang tidak bisa disebut.

 Yang tidak bisa dipikir, dst.

Kalau pemahaman kita sudah sampai pada formula ini: Allah Swt itu tidak sama dengan segala sesuatu yang bisa disebut- dipikir- dirasa, barulah kita stop perjalanan iqra' mengenal Allâh Swt sampai di situ.

Jangan di-pikir2 lagi soal Allâh Swt itu beginikah atau begitukah. <~~ (Inilah yang diharamkan).

Sudah tahu tidak bisa dipikirkan, kalau memaksa di-pikir2kan juga, bisa gila kamu.

Inilah maksud judul status di atas.

- Mengenal-Nya wajib, memikirkan-Nya haram.

-Jangan terbalik, kebanyakan kita sebelum ini tidak mau berpikir dan memikirkan perihal ini.

Belum apa2, sudah apriori terhadap bahasan2 ilmu Tauhid.

Lupa kalau wahyu pertama, perintah pertama, ayat pertama, syariat pertama itu bunyinya: Iqra'.

Lupa kalau Nabi Ibrahim as itu digelari Khalilullâh (Kekasih Allâh) dan secara aklamasi dinobatkan sebagai Bapak Tauhid itu karena Beliau akhirnya menemukan Tuhan melalui perjalanan iqra'.

Allâh Swt berfirman 

(QS Al-An’am 76-79),

76. Yang artinya: Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam.

(77). Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku.

Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepada-ku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.

- (78). Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.

Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguh nya aku berlepas Diri dari apa yang kamu persekutu kan.

- (79). Sesungguhnya aku menghadapkan Diriku kepada Rabb yang menjadikan langit dan bumi, dengan cenderung kepada Agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang2 yang mempersekutu kan Tuhan.

Banyak orang tahu Tuhan, sedikit sekali yang mau kenal Tuhan.


Inilah yang banyak dilalaikan umat masa kini dalam dakwahnya: lebih banyak bicara soal hukum Fiqih syari'at sedangkan pengenalan tentang Allâh Swt sering diabaikan.

Padahal awwaludīn ma`rifatullâh,

Padahal kalau pahaman Tauhid sudah mantap, pemahaman umat soal hukum syari'at dan akhlak pun bisa lebih paripurna.

* Umat terlebih lalai. Islam itu dibangun dengan uṣuluddin, yaitu uṣul Tauḥīd dan uṣul Fiqiḥ. 

* Mengapa tema2 dakwah selama ini kadarnya tidak berimbang di antara keduanya (uṣul Tauḥīd dan uṣul Fiqḥ). 

Para ulama lebih fokus kepada Usul fiqh, Sedangkan Tauhid Tasawuf di lupakan.

Allah SWT berfirman dlm QS. Surat Az-Zariyat Ayat 21

وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

Arab-Latin: Wa fī anfusikum, a fa lā tubṣirụn

Artinya: Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Dan juga dalam QS. Al-Hadiid: 4 Allah Ta'ala berfirman:

والله معكم اينما كنتم والله بما تعملون بصير

Dan Allah bersama kalian di manapun kalian berada dan Allah Maha Mengetahui apa yg kalian kerjaan

 Jasad kita milik Allah?

Akal kita milik Allah

Ruh nafas jiwa kita milik Allah.. 

Qolbu hati yg 7 lapis itu milik Allah

Hawa Nafsu itu yg 7 macam itu milik Allah.. 

Lantas yg manakah milik kita?. 

Ternyata tdk ada satupun milik makhluk.. 

Coba kita Tadabbur Alam

Mendaki gunung ketika sdh di atas puncaknya.. Subhanallah sungguh diri kita sangat kecil bagaikan seonggok bangkai hidup yg berjalan di atas bumi🌎😭😭

Coba ketika kita sdg naik kapal laut atau pesawat terbang✈️️

Subhanallah sungguh kita hanya seperti Sebutir Debu di tengah alam semesta 🌌

Sehingga terucap di lisan kita yg sdh terbiasa dg zikrullah.. Robbanaa Maa Kholaqta Baathila

Subhanaka faqinaa adzaabannaar!.. 🤲🤲😭😭😭

Ya Tuhan Kami.. 

Tidaklah sia2 semua ciptaan-Mu ini

Maha Suci Engkau

Dan jauhkanlah kita dari siksa api 🔥Neraka.. Aamiin

Lautan Samudera masih bisa diukur kedalamannya. 

Tapi kedalaman qolbu  manusia yg bersih dan kedalaman penyakit hati manusia yg kotor berkarat hanya Allah yg Maha Tahu.. 

Ketika org Yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Ruh.. Dijawab oleh Allah.. Katakanlah wahai Muhammad! 

Ruh itu urusan Tuhan ku.. Dan tidaklah kamu semua dikasih ilmu kecuali sedikit🤏.. 

Nah sedikit bagi manusia itu sdh lebih dari cukup bahkan manusia tdk bisa menghitung-hitung nikmat karunia Allah SWT tsb.. Sehingga berkali-kali Allah bertanya kpd kta manusia dlm QS. Ar-Rahman: 13 diulang2 sampai dengan 31 x.. 

Fabi ayyi aalairobbikuma tukadziban?. 

Maka nikmat-Ku yg mana lagikah masih engkau dustakan?.. 

Ilmu manusia sangat sedikit.. Tapi sayang 1000 sayang HAWA NAFSU MANUSIA SELUAS ALAM SEMESTA.. 

NAFSU Bangga dg ilmu

Bangga dg nasab keturunan

Bangga dg gelar pangkat, kasta, harta dan kedudukan

Padahal hidup dlm jasad tanah yg hidup ditiup ruh dri Allah hanya numpang hidup

Sudah numpang sombong pula tdk tahu diri

Saling hasad iri dengki adu domba nafsu amarah murka

Saling benci tebar fitnah dsb.. 

Ingat org yg cerdas itu org yg banyak Ingat maut.. Yg akan menyumpal mulut kita yg sombong kotor ini suka berkata kasar dusta kotor dg tanah liat.. Dan akan memutuskan semua kelezatan kesenangan duniawi yg tdk abadi

Dan memutuskan semua cita2 dan harapan.. 

Wahai saudaraku!. 

Kenalilah diri kita!. 

Maka niscaya kita akan kenal Allah.. 

Ketika sdh diperkenalkan Allah

Maka akan fana .. Kelulah lidah kita.. 

Tidak ada lagi Minta 

PENGAKUAN2.. 

Ngaku2 Kyai.. 

Ust.. 

Habib.. 

Ngaku wali.. 

Ngaku wong paling soleh.. 

Ngaku paling hebat pintar cerdas.. berkuasa dsb

DAN KEAKUAN- KEAKUAN YG MINTA PENGAKUAN MAKHLUK LAINNYA.. 

BUKANNYA MINTA PENGAKUANNYA ALLAH SWT.. 

 Hanya Gusti ALLAHLAH YG  MAHA SEGALA2-NYA

Diriku hanya sebutir Debu dan seonggok bangkai hidup yg banyak membutuhkan-Nya dalam setiap detak jantung, desah naik turun nafas, satu desah nafasku.. Hanya satu langkah menuju maut dan satu langkah menuju kubur..

Dalam Alqur'an (Surat Al Fajr: 27-30), menyatakan: “ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'i ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadhulii fi 'ibadi wadhuli jannati”. Yang artinya kurang lebih: “wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi-Nya dan masuklah ke dalam surgaku

 Inilah hakikatnya Inna Lillaahi WA Innaa Ilaihi Roojiun😭😭😭💚💚🌸🌸🪷🪷✍️✍️💧💧💧💧🦅🦅🦅🦅👆🏻👆🏻👆🏻

Haati2 saudaraku seiman!...

 sekrng ini sdh penghujung akhir zaman fitnah. 

Ikutilah jejak Aulia Allah dan Ulama Robbani yg khowas.. Mereka dikaruniai Allah hati yg saliim( bersih ) diberikan Allah karunia bsa bedakan yg haq dan bathil mana barisan Dajjal dan Imam Mahdi ra.. Ini semua sdh takdir Allah dan teguran keras Allah SWT.. Karena masing-masing pihak fanatisme kelompok, Mazhab dan golongan sama sekali tdk mengedapkn akhlak kariimah, sibuk minta pengakuan makhluk, hubbudunya gila pengakuan, jabatan harta tahta wanita dsb.. Dajjal(  Kafir, Liberal, sekuler, PKI,) Sekrng ini anak buahnya sdh menyusup di tubuh umat Islam yg lemah aqidahnya mudah diadu domba akhirnya kelak Islam itu berperang sesama mereka sendri krna musuh Imam mahdi itu kelak adalah KAFIRUUN Syi'ah, wahabi, sekuler, PKI, atheis,Musyrikiin, Munafikuun dan fasikuun semuanya sekrng sdh ada semua tinggal kta jga diri kta, anak istri kta drii fitnah akhir zaman ini mohon perlindungan kpd Gusti Allah SWT.. Siapapun yg mengkultuskan makhluk mka telah menyekutukan Allah.. Termasuk minta pengakuan manusia

QS. Al-Kahfi: 100

110. Allah memerintah nabi untuk menjelaskan jati dirinya. Katakanlah, 'sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah diwahyukan kepadaku sesuai kehendak Allah bahwa sesungguhnya tuhan kamu yang menjadi tujuan ibadah adalah tuhan yang maha esa, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya.

. Insya Allah dg izin dan ridho Allah org2 yg hatinya sdh bersih bsa menandai dri kening mereka.. Mukmin atau munafik atau Dajjal

Wallahu mustaaan

Jika ALLAH MENYAYANGI HAMBANYA , apa saja yang mengakibatkan hamba tersebut merasa ( sesuatu hal yang mengakibatkan munculnya harapan , ketergantungan ,  kebanggaan yang mengakibatkan melupakan HAK" ALLAH ) penyebab tersebut akan DIAMBIL. Tinggal kita bisa nggak ambil HIKMAHNYA.

 Insya Allah jika kita ikhlas tanpa bekas serahkn semuanya kpd Allah yg Maha Kaya

Mari kita berdoa dan bermunajat kepda Allah swt:

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillaahi Robbil aalamiin Asholaatu wassalaam ala asyrofil ambiyaaiwalmursaliin ala aalihi wasohbihi ajmaiin

Allahumma Innaa naudzubika min ilmin laa yanfak wamin qolbin laa yaksyak

Wa nafsin laa tasybak wa min amalin laa yurfak wamin duuaain laa yusmak walaa yustajaabah lah

Allahumma nawwir quluubana wa afkaarona binuuri hidayatika kamaa nawwarta al-ardho binuuri syamsika wa qomarika Abadan abada

Robbana Hablana min azwaajina qurrota akyun wajalnaa lilmuttaqiina imaaman

Robbaana aatina min ladunka rohmtana innaka antalwahhaab

Allahumma Innaa Naudzubika  Min azabiljahanama wamin adzaabil qobri wamin syarri fitnatil mahyaa walmamaati wamin syarri fitnati Masiihiddajjaal

Allahumma arinal haqqo haqqo warzuqnattibaah wa arinal baathila baathila warzuqnaa ijtinaabah

Allahummarzuqnaa mutabaatannabinil Musthofa saw awwalan wa aakhiron zohiron wa bathinaa qoulan wa fiklan wa thooatan waamalan shoolihan wahdah

Waqul Jaalhaq wazaqol baathil Innal baathila kaana zahuuqoo

Robbanaa laa tuuaakhizna In Nasiina aw akhtokna

Robbana wala tuhammilna maa laa thooqota lana bih..wakfu anna waghfirlana warhamnaa

Anta maulaaana fanshurnaa alal qoumil kaafiriin

Anta maulana fansyurna alal qoumil kaafiriin..

Alal qoumil musyrikiin..

Alal qoumil munafiqiin..

Alal qoumil faasiqiin..

Alal qoumil Mujrimiin..

Alal qoumil hasiddiin.

Robbananaa aatina fiddunya hasanah wafil aakhiroti Hasanah waqinaa adzaabannaar walhamdulillah Robbil Aalamiin .Aaamiin Ya Robbal Aalamiin

Biqolami:

Al-Faqir Abah Hendri Kusnadi

=========================================================================

Sebutir Debu di Alam Semesta & seonggok bangkai yg hina yg mengemis Cinta ❤ Ilahi

Rabu, 02 Oktober 2024

Tarekat-Tarekat yang Berkembang di Indonesia

 Tarekat-Tarekat yang Berkembang di Indonesia

By Rifai Shodiq Fathoni 12 Oct, 2016 / Sejarah Indonesia

 




Islam masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur perdagangan. Pedagang dari Arab, Gujarat, dan China yang datang ke Nusantara bukan hanya menjajakan dagangan mereka, melainkan juga menyebarkan Islam. Islam menyebar dengan pesat di Indonesia. Bahkan menurut teori Arab milik Hamka, sudah ada perkampungan orang Arab di Sumatra sejak abad ke-7. Namun ada yang menarik dalam penyebaran Islam di Nusantara. Masyarakat Nusantara mempunyai wajah yang beragam dalam menghayati agama Islam itu sendiri. Tidak luput pula penghayatan melalui tarekat. Menurut Martin van Bruinessen, ada ciri yang mencolok pada awal penyebaran Islam di Nusantara, yaitu karya awal muslim di Nusantara sarat dengan unsur tasawuf.

Hasil muktamar tasawuf yang diadakan di Pekalongan tahun 1960 menyatakan bahwa tarekat masuk ke Indonesia pertama kali pada abad ke-7. Perkembangan tarekat kemudian menyebar pesat di Nusantara setelah periode abad ke-13. Banyaknya para ulama Jawi yang belajar ke Haramain menjadi faktor utama. Ulama Jawi yang pulang ke Nusantara membawa ijazah dari para guru mereka di Haramain untuk menyebarkan Islam ke daerah mereka masing-masing.

Kata tarekat secara harfiah berarti jalan, baik berupa sistem latihan pembersihan diri dalam hati maupun amalan, yang berupa wirid, dzikir, muraqabah, dan lain sebagainya, yang dihubungkan dengan metode sufi dan organisasi yang tumbuh seputar metode ini. Tarekat mempunyai arti penting dalam masyarakat Indonesia. Karena pada umumnya, tarekat berhasil mengambil hati masyarakat Nusantara masa itu. Tarekat bukan hanya berkembang menjadi organisasi keagamaan, melainkan menjadi perekat tali persaudaraan umat muslim Nusantara. Tidak sedikit pula penguasa atau raja masa itu, menggunakan tarekat sebagai penarik legitimasi rakyat. Namun faktor pendukung perkembangan tarekat yaitu ketertarikan rakyat Indonesia kepada unsur mistik dalam tarekat.

Ada banyak macam tarekat yang berkembang di Indonesia. Ada beberapa tarekat besar di Indonesia yang merupakan cabang dari tarekat sufi internasional. Diantaranya adalah tarekat Khalwatiyah, tarekat Syattariyah, tarekat Syadziliyah, tarekat Qadiriyah, tarekat Rifa’iyyah, Tijaniyah, Idrisiyah, dan yang terbesar adalah Naqsyabandiyah. Sedangkan tarekat lokal diantaranya tarekat Wahidiyah, tarekat Shiddiqiyah, dan tarekat Syahadatain.

Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Indonesia

Gerakan Tarekat adalah gerakan perbaikan masyarakat. Dalam lintas sejarah tarekat, para sufi juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan gerakan perbaikan bangsa di berbagai negara di dunia. Sebagai contoh, tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah melakukan gerakan perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Di Indonesia banyak berkembang tarekat, hal itu berkaitan dengan teori yang telah secara umum diterima, yaitu Islam masuk kawasan ini dengan gerakan kesufian dalam tarekat-tarekat. Dalam sejarahnya, Islam berkembang pesat sejak jatuhnya kerajaan Hindu Majapahit pada sekitar awal abad XV, hampir bersamaan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Oleh karena itu, peranan gerakan Kesufian dalam mengembangkan dan mengukuhkan Islam, sesuai dengan gejala umum di dalam dunia Islam. Demikian jika diingat bahwa tokoh-tokoh keagamaan masa lalu banyak disebut wali.

Aliran Tarekat yang berkembang di Indonesia antara lain, Tarekat Rifai’yah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Syadzaliyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Dasuqiyah, Tarekat Sathaniyah, Tarekat Samaniyah, Tarekat Alawiyah, Tarekat al-Mu’tabarah. Namun hanya beberapa tarekat di Indonesia yang berhasil memperoleh simpati rakyat diantaranya, tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadariyah, Naqsabandiyah dan Alawiyah.

Kebanyakan pengikut tarekat Khalwatiyah adalah penduduk daerah Sulawesi Selatan. Yang pertama memperkenalkan adalah Syaikh Yusuf Tajul Khalwati al-Makasari, ada Syaikh Abd Shamad al-Palimbani yang membawa tarekat Samaniyah, yang, merupakan cabang al-Khalwatiyah di Sumatra. Kemudian Tarekat Syatariyah yang di sebarkan oleh Syaikh Abd Rauf Sinkel di Sumatra Selatan. Sementara itu, Tarekat Qadariyah banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan Syaikh Fansuri dikenal sebagai orang yang pertama kali menganutnya di Indonesia. Sedangkan tarekat Alawiyah yang didirikan oleh Imam Ahmad Ibn Musa Muhajir tersebar di Indonesia melalui murid-muridnya, salah seorang pengikutnya adalah Syaikh al-Raniri. Naqsabandiyah mempunyai tiga cabang yang juga tersebar di Indonesia, Naqsabandiyah Madzhariyah, Naqsabandiyah, Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Untuk tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, merupakan penggabungan dari dua tarekat yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas di Makkah pada 1875 M. Tarekat ini membuktikan kemampuannya dalam memobilisasi gerakan perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda  pada akhir abad 19.

Menurut penjajah Belanda bahwa terekat di Indonesia bukan merupakan ancaman karena mereka menganggap bangsa Indonesia bukan kaum muslim sejati. Pemahaman agama mereka terbatas pada luarnya saja. Perhatian pemerintah penjajah justru diarahkan kepada para haji. Menurutnya, orang-orang yang mengenakan pakaian serba putih, kopyah, melaksanakan shalat, dzikir, mereka itulah orang yang perlu diawasi.

Tarekat yang berkembang pada abad-19 adalah Syaratriyah diganti dengan Naqsabandiyah-Qadiriyah di sekitar tahun 1850-1855 di beberapa daerah di Indonesia. Syatariyah pada umumnya tidak begitu mementingkan segi syari’at dan juga tidak menekankan sekali kewajiban shalat lima kali sehari. Tetapi mengajarkan shalat permanen. Sedangkan Tarekat Naqsabandiyah lebih mementingkan segi syari’at dan pada umumnya hanya mau menerima anggota tarekat, yang sudah melaksanakan kewajiban Islam yang penting dan yang mengetahui dasar pengetahuan tentang agama. Dalam tasawuf dan tarekat, terdapat pembahagian segi spekulatif dan segi ritual. Segi spekulatif hanya dipelajari oleh golongan kecil, yang mengerti tentang seluk beluk spekulatif. Sedangkn rakyat biasa hanya mempelajari segi ritual dengan menghafal dan mengucapkan beberapa wirid saja.

Sebenarnya pelajaran spekulatif tidak hanya merupakan latar belakang untuk wirid (segi ritual). Dalam tasawuf Syaratriyah dasar intelektual pada umumnya lebih luas dipelajari dan dipraktekan daripada dalam tarekat Naqsabandiyah. Dasar teoritis dan spekulaif untuk tarekat Syatariyah adalah ajaran martabat tujuh, yang sebenarnya tidak berhubungan dengan praktek ritual tarekat itu. Dasar teoritis untuk Tarekat Naqsababdiyah agak terbatas, yaitu hanya suatu teori tentang kalimat tauhid dan kedudukan guru. Sebenarnya teori ini juga cukup erat hubungannya dengan praktek ritual dalam tarekat ini.

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah merupakan tarekat mu’tabarah yang didirikan oleh ulama Indonesia Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan Timur). Tarekat ini mengalahkan tarekat yang sebelumnya paling populer di Indonesia yaitu Sammaniyah. Ketika ia wafat pada tahun 1873 atau 1875, khalifahnya bernama Abd. Al-Karim dari Banten menggantikan sebagai Syaikh tertinggi tarekat ini. Namun, Abdul al-Karim harus ke Makkah untuk menggantika kedudukan sang Syaikh. Dua orang khalifah utama yang lainnya adalah Kiai Thalhah dari Cirebon dan seorang Kiai Madura, Kiai Ahmad Hasbullah. Namun sejak Abd al-Karim wafat, tarekat ini terpecah belah, berdiri sendiri yang berasal dari ketiga khalifah pendiri tersebut.

Tarekat satunya lagi adalah Naqsabandiyah Khalidiyah yang tersebar di Indonesia berkat Zawiyah yang didirikan oleh khalifah dari Maulana Khalid, Abdullah al-Arzinjani di Jabal Abu Qubais, Makkah. Para pengganti Abdullah, Sulaiman al-qirimi, Sulaiman al- Zuhdi, dan Ali Ridha mengarahkan penyebaran tarekatnya kepada orang-orang Indonesia yang mengunjungi Makkah dan Madinah dalam jumlah yang besar selama dasawarsa terakhir abad-19. Ribuan orang mengikuti tarekat ini dan menjalankan berkhalwat di zawiyah dan lusinan orang Indonesia yang menerima ijazah untuk mengajar tarekat di kampung halaman.

Corak Tarekat di Indonesia

Kata tarekat, umumnya mengacu pada metode latihan atau amalan, seperti dzikir, wirid, muroqobah, juga mengenai institusi guru dan murid yang tumbuh bersamanya. Betapapun variasi namanya, tarekat tetap mempunyai satu tujuan, yaitu moral yang mulia. Tidak ada perbedaan prinsipil antara satu tarekat dan tarekat lainnya. Perbedaan hanya terletak pada jenis dzikir dan wirid dan cara pelaksanaannya. Tarekat yang berkembang pada umumnya, terutama setelah abad ke-6, merupakan kesinambungan tasawuf Sunni al-Ghazali.

 Corak ini berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Para ulama nusantara yang menuntut ilmu di Mekkah dapat dipastikan membawa ijazah dari para gurunya dan mengajarkan tarekat tertentu di Indonesia. Martin van Bruinessen menuliskan dalam bukunya, bahwa pada tahap awal penulisan buku di Indonesia, ada satu segi yang sangat mencolok di Indonesia, yaitu tulisan-tulisan paling awal ulama Indonesia bernafaskan semangat tasawuf. Seperti pendapat orang, karena tasawuf inilah menjadi sebab utama orang Indonesia memeluk Islam. Islamisasi di Indonesia mulai pada masa corak pemikiran tasawuf menjadi corak yang dominan dalam dunia Islam.

Tarekat di Indonesia mempunyai corak yang sama seperti tarekat pada umumnya. Tarekat tidak hanya mempunyai fungsi keagamaan, namun juga mempunyai sistem keterikatan kekeluargaan. Semua anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu sama lain. Sebagian raja di nusantara juga menggunakan tarekat sebagai legitimasi untuk memperoleh kekuasaan. Beberapa tarekat kecil di Indonesia, seperti tarekat Wahidiah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur dan tarekat Syahadatain di Jawa Tengah, merupakan tarekat lokal yang mengembangkan ajaran-ajaran dan amalan-amalan guru tertentu. Adapun tarekat besar lainnya, seperti tarekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan, Syattariyah di Sumatra Barat dan Jawa, Syadziliyah di Jawa Tengah, Qadiriyah, Rifa’iyah, Idrisiyah, Tijaniyah, dan Naqsyabandiyah, merupakan cabang-cabang dari gerakan sufi internasional.

Diterimanya tarekat di masyarakat Indonesia terlihat dari kebanyakan ulama yang pulang setelah menuntut ilmu di Hijaz menganut tarekat dan berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah. Oleh sebab itu, seperti yang telah disinggung di atas, bentuk tarekat di Indonesia merupakan kesinambungan dari tasawuf Sunni al-Ghazali. Tarekat seperti Naqsyabandiyah dan Khalwatiyah yang merupakan cabang gerkan sufi internasional masuk dalam golongan ini. Perlu diperhatikan dalam hal ini mengenai perbedaan tarekat dan ilmu kejawen. Kurangnya perhatian kepada perbedaan ini, menghasilkan pandangan negatif terhadap tarekat.

Kemudian pada tarekat yang bersifat lokal, dalam arti tidak meruntut pada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti Wahidiyyah dan Shiddiqiyah, ada yang diterima menurut syari’at berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, dan tidak sedikit pula ada yang keluar dari jalur Islam. Walaupun mereka mengaku beragama dan berkomitmen terhadap Islam, namun ajaran dan prinsip serta praktek mereka sebagian bertentangan dengan Islam. Tidak sedikit dari aliran kebatinan yang membonceng kepada tarekat guna mengambil simpati masyarakat kepada tarekat dengan mengambil nama Islam untuk kemudian menjelekkan citra tarekat.

Untuk sebab itu, para ulama di Indonesia mendirikan organisasi tarekat mu’tabaroh yang merumuskan kriteria apa saja untuk menentukan tarekat mu’tabarah. Para ulama berusaha membentengi agar aktivitas tarekat tidak terjerumus kepada kerancuan kebatinan. Para ulama berusaha menghapus praktik yang menyimpang, seperti praktik khusus untuk memperoleh kekuatan supranatural dengan melakukan hubungan dengan arwah. Beberapa kriteria yang dirumuskan adalah, pertama, sepenuhnya berdasarkan syari’at Islam dan pelaksanaannya. Kedua, berpegang teguh kepada salah satu mazhab fiqih empat. Ketiga, mengikuti haluan ahlus Sunnah wal jama’ah. Keempat, memiliki ijazah dengan sanad muttashil, yaitu silsilah guru yang terus bersambung hingga Nabi Muhammad saw.

 

Peran Tarekat dalam Perlawanan Melawan Kolonialisme pada Abad ke-19

Di Indonesia, keterlibatan terekat dalam gerakan politik pernah terjadi pada masa penjajahan Belanda. Syaikh Yusuf al Makasari, salah satu pemimpin tarekat Khalwatiyah yang berpengaruh, pernah menjadi pemimpin gerilnya melawan kompeni.

Di Banten Syaikh Yusuf sangat berpengaruh, dan menjadi penasehat utama Sultan Agung Tirtayasa. Pengaruh yang kuat dari Syaikh Yusuf di Banten menimbulkan ketidaksukaan Putra Mahkota, yang mendapat gelar Sultan Haji. Keadaan ini membuat Sultan Haji melakukan maker kepada ayahnya pada tahun 1682. Dalam pemberontakan ini Sultan Haji dibantu oleh pasukan Belanda dan berhasil melengserkan ayahnya dan ayahnya di tawan, tetapi Syaikh Yusuf bersama pengikutnya menyingkir ke wilayah pegunungan-pegunungan di jawa Barat. Selama hampir 2 tahun beliau berasil dari pemburuan Belanda. Akhirnya, pada 1683 mereka dapat di tangkap, Syaikh  Yusuf di asingkan Belanda ke Sri Langka, sebagian pengikutnya diizinkan kembali ke Sulawesi Selatan. Setelah 10 tahun di Sri Langka, Syaikh Yusuf di asingkan ke Tanjung Harapan, Cape Town, Afrika Selatan dan meninggal pada 1899.

‘Abd al Shamad al Palimbani, seorang pemimpin tarekat Sammaniyah yang berpengaruh di wilayah ini. Semangat jihad al palimbani sangat mempengaruhi para muridnya yang ahli tarekat dan juga siap untuk berjihad secara fisik.

Selain perkembangan tarekat Syatariyah dikalahkan oleh Naqsabandiyah, Mulai tahun 1850-an, ada perkembangan kedua yang juga mulai pada tahun 1850an ini. Dalam Jihad Cilegon di tahun 1888 cukup banyak orang tarekat Qadiriyah yang terlibat atau dituduh terlibat. Motivasi pemberontakan Cilegon tersebut merupakan campuran antara motif ekonomi, politik, sosial, dan agama. Aksi protes ini melibatkan 4 tokoh tarekat Qadiriyah mereka adalah Haji Abd al-Karim al-Batani, seorang syaikh pengganti Syaikh Ahmad Khotib Sambas, K.H Tabagus Ismail, seorang keturunan Sultan Banten, H Marjuki dan Haji Wasil. Haji Wasil dengan kelompoknya meluncurkan pemberontakan bersenjata. Hal ini diakibatkan dilarangnya semua tarekat di beberapa daerah di Indonesia, karena pihak kolonial merasa tidak senang dengan kegiatan agama terutama terhadap Terekat. Dari pihak ini juga didatangkan untuk mengawasi kegiatan Tarekat.

Pada tahun 1890 atas kegiatan Kyai Krapyak yaitu seorang guru tarekat Naqsabandiyah dan Syatariyah yang ketika itu dilarang oleh Sultan untuk mengajar. Ia mengajar ilmu fiqh kepada 20 murid yang semuanya berasal dari Krapyak. Pada tahun 1897 dia tetap mengajar fiqh tidak menyebutkan bahwa ia mengajar sebuah tarekat, karena tarekat dilarang di Yogyakarta.  Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah kolonial (residen Yogyakarta) sangat mengawasi kegiatan pengajaran agama. Tahun 1904 oleh Sultan dan Residen, kyai Krapyak dijatuhi hukuman pengasingan karena dianggap menjadi penyebab kerusuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Bachrun. Filsafat Tasawuf . Bandung: CV Pustaka Setia, 2010

Nahrowi Tohir, Moenir. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf. (Jakarta: PT As-Salam Sejahtera,2012

Shihab, Alwi.  Akar Tasawuf di Indonesia. Bandung: Pustaka Iman, 2009

Sunanto, Musrifah. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010

Bruinessen, Martin van . Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia ‘Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1995

Huda, Nor.  Islam Nusantara. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013

Steenbrink, Karel A. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19. Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984

TANDA-TANDA ORANG ARIF BILLAH'

 

TANDA-TANDA ORANG ARIF BILLAH'  


Seperti kata-kata Guruku, tanda-tandanya seseorang itu Arifbillah' (Wali Alla
h Tersembunyi) itu adalah seperti berikut;


1) Apabila kita duduk dengannya kita akan mendapat Ilmu Ma'krifat.


2) Apabila kita bersalaman dan berdakapan dengannya, kita akan memperolehi limpahan Rohani.


3) Apabila kita memandang dirinya akan terus mengingatkan kita kepada Wujud Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


4) Apabila kita mendengar perkataannya, kata-katanya itu dapat mengikis keaiban-keaiban seperti sombong, riak, takabur, ujub, hasad dengki dan marah dari perasaan dan hati kita yang terdalam.


5) Apabila sering bersamanya kita akan dapat merasakan Ketenangan dan Keberkatan Cahaya yang keluar dari dirinya.


6) Apabila ada orang lain yang cuba memusuhi dan menyakitinya, diri kita juga akan sama terasa sakit dan dimusuhi.


7) Apabila kita berjauhan dengannya kita akan terasa begitu rindu dengannya dan segera ingin bertemu.


8) Apabila kita tiada bersamanya pada suatu ketika, kita akan merasa alam hidup kita ini sunyi dan kekosongan tanpanya.


9) Arifbillah' itu tidak suka mencela atau menghina ilmu-ilmu yang terdapat pada orang-orang SUFI yang HAQ.


10) Arifbillah' itu termasuk golongan Auliya’ Allah, namun tidak semua Auliya’ Allah itu adalah kalangan Ulama. Arifbillah' atau Auliya’ Allah itu boleh jadi seperti orang biasa didalam kedudukan masyarakat kita yang tidak ada pangkat dan harta, dan sedikit sahaja orang yang mengenalinya, ada yang suka hidup memencilkan diri dan dipinggirkan keluarga serta masyarakat (Menyendiri).


11) Arifbillah' atau Auliya’ Allah adalah terlalu sedikit jumlahnya yang ada di dunia ini berbanding Ulama yang jumlahnya terlalu ramai dan mudah dikenali.


12) Pada kebiasaannya, tanda-tanda seorang itu Arifbillah' atau Auliya’ Allah bahawa dirinya sering menerima pelbagai ujian daripada masyarakat awam yang tidak mengenali Martabat Kemuliaannya yang tersangat hampir di sisi Allah SWT dan sebagai kekasih Allah (Habibullah). 


Masyarakat awam sering melemparkan kutukan dan kata-kata yang kesat, tuduhan dan fitnah, mengejek dan memperlikan ajaran-ajarannya serta kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di jalan Allah SWT. 


13) Sesiapa yang memuliakan Arifbillah', Allah SWT juga akan memuliakannya meskipun ia seorang ahli maksiat. Sesiapa yang memusuhi Arifbillah', maka Allah SWT juga akan memusuhinya meskipun ia seorang ahli ibadat.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


 ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi Wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya."

Jalan Pulang Menuju Allah -- Tanazul Dan Taraqi

 Kajian Tauhid Sufi - Jalan Pulang Menuju Allah


Tanazul Dan Taraqi

Dalam pembahasan Martabat Tujuh, Allah bertajalli menjadi tujuh martabat yaitu :

1. Martabat Ahadiyah

2. Martabat Wahdah

3. Martabat Wahidiyah

4. Martabat alam Arwah

5. Martabat alam Misal

6. Martabat alam Ajsam

7. Martabat alam Insan Kamil .


Proses Allah bertajalli dari Martabat Ahadiyah sampai menuju Martabat Insan Kamil itu disebut dengan Tanazul, yaitu perjalanan atau pergerakan dari atas ke bawah (al-qaus al-tanzil), ketika Tuhan akan melihat dirinya maka Ia memanifestasikan dirinya ke dalam wujud lain yang kemudian disebut dengan tajalli.


Sebaliknya proses Taraqi naik yaitu :

1. Martabat alam Insan Kamil

2. Martabat alam Ajsam

3. Martabat alam Misal

4. Martabat alam Arwah

5. Martabat Wahidiyah

6. Martabat Wahdah

7. Martabat Ahadiyah .


Maka proses dari Insan kamil menuju Martabat Ahadiyah ini disebut dengan Taraqi, yaitu sebuah perjalanan spiritual insan kamil dari bawah (al-‘alam al-sufla) ke alam atas (al-‘alam al-‘ulya), yaitu ke alam yang lebih dekat dari titik sentral yang biasa disebut dengan Ahadiyah.

Tanazul dan taraqi adalah dua istilah yang sering digunakan di kalangan sufi dalam menggambarkan relasi antara hamba dengan Tuhan.

Taraqqi diartikan sebagai perjalanan spiritual seorang hamba dalam upaya mendaki mendekati Tuhannya.

 

Jalan Pulang Menuju Allah.


Masalahnya pada tahap martabat Insan Kamil yang mempunyai kedudukan sebagai akhir proses Tajalli Allah dan sebagai dasar naik dalam proses Taraqi menuju Allah hanya terjadi kepada para Nabi, Rasul dan Wali Allah, merekalah Insan kamil sepenuhnya.

Sedangkan manusia lainnya pada umumnya belum mencapai derajat Insan Kamil,  justru terjebak dengan hawa nafsu dan terumus dalam dosa dan maksiat.

Perbuatan dosa yang dilakukan manusia ditimbulkan oleh keinginan syahwat dan bisikan  sang nafsu dikarenakan kondisi manusia sangat lemah, karena kecintaanya kepada badan dan dunia.

Untuk bisa kembali “Pulang” kita harus mencapai derajat Insan Kamil, dengan cara membulatkan tekad, berusaha sungguh-sungguh (MUJAHADAH) mengalahkan nafsu musuh besarnya agar dapat menjadi sebagai INSAN KAMIL.


Adapun Taraqqi/pendakian tujuh jiwa adalah sebagai berikut:


1. Jiwa Ammarah

Yaitu jiwa yang selalu berbuat dosa dan maksiat kepada Allah  dalam Al-qur’an dijelaskan :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

[Qs. Yusuf: 53 ]

 

Adapun sifat-sifat Nafsu Ammaroh diantaranya:

1. Pelit/Kikir (البخل ).

2. Dengki,Khianat (الحسد).

3. Bodoh/Tolol (الجهل).

4. Sombong/Bangga diri (الكبر).

5. Marah/Suka Mencaci ( الغضب ).

6. Sangat cinta dunia (الحرص).

7. Senang melakukan perkara jelek/hina (الشهوة).


Jika jiwa Ammarah  ini kita kalahkan maka semua sifat tujuh di atas akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia. Sehingga hati menjadi lunak, hawa nafsu mulai bisa dikalahkan.

 

2. Jiwa Aluwamah.

Jiwa Aluwamah yaitu jiwa yang mampu memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk, ia menyadari bahwa perbuatan melanggar perintah Allah itu dosa, akan tetapi kadang maksiat, kadang taat, kadang taubat, jiwa yang sering berubah, jiwa yang masih sering terombang-ambingkan antara ketaatan dan kemaksiatan. Allah berfirman:

وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

QS. Al-Qiyamah [75]:2)

Dalam jiwa ini juga terdapat jiwa-jiwa binatang yang sifatnya hanya suka memenuhi hasrat sex dan kesenangan duniawi.


Adapun sifat-sifat Nafsu Aluwamah itu adalah:

1. Menyesal ( اللوم).

2. Mengikuti kesenangannya (sexual) (الهوي).

3. Menipu (المكر).

4. Menggunjing (الغيبة).

5. Riyak/pamer (الرياء).

6. Dholim/Aniaya (الظلم).

7. Lupa pada Allah (الغفلة).

8. Bohong(الكذب).

9.Ujub(membanggakan amalnya)( العجب).


Jika jiwa Aluwwamah ini kita kalahkan dengan mujahadah (berperang melawan hawa nafsu) maka semua sifat tujuh negatif di atas dan sifat- sifat binatang dn kecenderungan hawa nafsu sexnya (zina)akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia.

 

3. Jiwa Mulhimah.

Jiwa Mulhimah yaitu jiwa yang diberi ilham atau bimbingan oleh Allah, karena dapat mengalahkan jiwa Ammaroh dan jiwa Aluwamah. Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Dan (demi) jiwa serta penyempurnannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS. Al-Syams [91]:7-8)

 

Adapun sifat-sifat Nafsu Mulhimah itu banyak sekali, diantaranya :

1. Dermawan (السخاوة),

2. Qona’ah (القناعة).

3. Taubat (التوبة).

4. Tawadhu’ (التواضع).

5. Sabar (الصبر).

6. Mempertahankan (التحمل).

7. Lemah lembut(الحلم).

Jika Jiwa Mulhimah ini dijadikan fokus dzikir dengan sungguh-sungguh maka semua semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin mengembang dan sehingga prilakunya semakin berakhlakul karimah jiwanya menjadi matang.


4. Jiwa Muthmainnah.

Jiwa Muthmainnah adalah jiwa yang sudah bisa mengendalikan semua sifat dan nafsu-nafsu yang jelek, orang yang mempunyai jiwa akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian selalu, karena hatinya telah dipenuhi iman dan cahaya dari Allah.  Allah berfirman:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Hai Jiwa Mutmainnah (tenang), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridoi-Nya. (Qs. Al-fajr [89]:27-28)

Jiwa Muthmainnah yang sudah mendapat cahaya dari Allah. Pemilik jiwa ini mulai masuk awal dalam perjalanan menuju Allah, inilah dasar makrifat menuju Allah, kedudukannya adalah awal dari kesempurnaan.

Adapun sifa-sifat Nafsu Mutmainnah itu banyak sekali, diantaranya :

1. Memberi (الجود).

2. Tawakkal (التوكل).

3. Ibadah (العبادة).

4. berSyukur (الشكر).

5 Ridho (. الرضى).

6. Takut kepada Allah (خشية).

Jika istiqomah dalam dzikirnya, maka hati nurani akan terbuka dan aktif, sehingga suara dan bimbingan hati nurani akan membimbing kita dalam segala hal.

 

5. Jiwa Rodhiyah.

Jiwa Rodhiyah yaitu jiwa kepasrahan total kepada Allah, jiwa seorang muslim yang hakiki, jiwa yang sudah mantab dan yakin serta benar-benar patuh pada Allah, ini adalah jiwa yang menerima dan ridho terhadap kehendak Allah tunduk kepadanya.  Sebagaimana firman-Nya:

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah meridoi mereka dan merekapun ridho kepada-Nya (QS. Al-Maidah [5]:199)


Adapun sifa-sifat Nafsu Rodhiyah itu banyak sekali, diantaranya :

1. Dzikir (الذكر).

2. Ikhlas (الاخلاص).

3. Menepati janji (الوفاء).

4. Waro’/ menjaga dari perkara syubhat (الورع ).

5. Zuhud (الزهد).

6. kemuliaan(الكرامات).

7. Rindu kepada Allah (العشق).


Orang yang mencapai tahapan jiwa ini, maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa, sehingga orangnya menjadi bijaksana. Salah satu tandanya adalah prilakunya lemah lembut, sikap dan ucapannya sangat bijak.


6. Jiwa Mardhiyah.

Jiwa Mardhiyah yaitu jiwa yang diridhoi, jiwa yang dekat dengan sang pencipta. Inilah tahapan ketika jiwa menerima keridhoan Allah dan hal itu bersifat timbal balik.

Jiwa secara utuh menjadi menyatu dengan kehendak universal Allah. Dengan kehilangan kehendak dirinya sendiri (kehendak manusia) maka jiwa berada dalam kedudukan sifat fana’ fillah, lebur di dalam Allah.


Adapun sifat-sifat Nafsu Mardhiyyah itu banyak sekali, diantaranya :

1. Baik budi pekertinya (حسن الخلق ).

2. Belas kasih kepada semua makhluk (اللطف بالخلق).

3. Meninggalkan semua perkara selain Allah(ترك ما سوى الله ).

4. Taqorrub, mendekatkan diri kepada Allah(التقرب الى الله ).

5. Berfikir tentang keagungan Allah(التفكر فى عظمة الله).

6. Ridho dengan pembagian dari Allah(الرضى بما قسم الله).


Orang yang sudah mencapai dalam tahapan jiwa Mardhiyah ini maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa.

Effek lainya adalah kita akan sering melihat dimensi-dimensi ghaib dan kerajaan langit (malakutis samawat). Sesuai dengan tingkat spritua masing-masing.

 

7. Jiwa Kamilah

Jiwa Kamilah yaitu jiwa yang telah mencapai pencerahan atau kesempurnaan. Orang yang mencapai derajat ini maka ia akan menjadi jiwa yang tersucikan atau Nafsu Kamilah yaitu jiwa yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya.

(QS. Al-Syams[91]:9)

Jiwa yang sudah sampai pada kesempurnaanya dalam bentuk dan karakteristiknya, ia meningkat dalam kesempurnaanya. Jiwa yang sudah dianggap cakap untuk kembali kepada Tuhannya, pekerjaannya memberi mamfaat kepada orang lain dan menyempurnakan amal shalihnya.

Inilah jiwa Insan Kamil, manusia sempurna kedudukanya adalah pada tingkat Tajalli Asma serta sifat dan kondisinya Baqabillah, pergi kepada Tuhan, kembali dari pada Tuhan kepada Tuhan, tidak ada tempat/media lain selain Tuhan, Tiada memiliki ilmu melainkan Tuhan langsung pengendalinya, ia fana’ pada Tuhan. 

Itulah jalan kembali pulang menuju Allah dengan cara Taraqi (mendaki) tahapan demi tahapan jiwa harus di lalui sehingga mencapai derajat Insan Kamil.

Pertanyaannya apakah anda dalam kehidupan ini bisa mencapai derajat Insan Kamil...?

Jika tidak bisa mencapai derajat Insan Kamil, maka membutuhkan kehidupan lagi, kehidupan lagi, kehidupan lagi, sampai kita semua bisa pulang kembali ke asal kita. Itulah hakekat Innalillahi wa Inna Lillahi Rojiun.

 


Jalan Kembali


Takhalli

Takhalli ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa nafsu.

Takhalli (membersihkan diri dari sifat tecela) oleh sufi dipandang penting karena semua sifat – sifat tercela merupakan dinding –dinding tebal yang membatasi manusia dengan Tuhannya.

 Oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak –akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki[2].


TAHALLI

Tahalli disini maksudnya adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta perbuatan – perbuatan yang baik.

Dengan kata lain, sesudah mangosongkan diri dari sifat tercela (takhalli), maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli (pengisian jiwa yang telah dikososongkan tadi[3]).


Adapun sikap – sikap yang dapat dibiasakan ialah sebagai berikut :


1. At-taubah

Al-Ghazali mengklasifikasikan tobat kepada tiga tingkatan, yaitu:

--- Meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih kepada kebaikan dan takut akan siksa Allah.

--- Beralih dari situasi baik ke situasi yang lebih baik lagi.

--- Rasa penyelasan yang dilakukan semata – mata karena ketaatan dan kecintaan kepada Allah.


2. Cemas dan Harap (khouf dan raja’)

   Dengan adanya rasa takut akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk meningkatkan pengabdiannya dengan harapan ampunan dan anugerah dari Allah.


3. Zuhud

Zuhud ialah melepaskan diri dari kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan dimiliki.


4. Al- Faqr

Yaitu puas dan bahagia dengan apa yang dimiliki.


5. Ash-Shabru

Al-Ghazali membedakan sabar kedalam beberapa nama, yaitu :

--- Iffah, yaitu ketahanan mental terhadap hawa nafsu perut dan seksual.

--- Hilm, yaitu kesanggupan menguasai diri agar tidak marah.

--- Qanaah, yaitu ketabahan hati menerima nasib sebagaimana adanya.

--- Saja’ah, yaitu sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah.

 

6.Ridha

Adalah menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang datang dari Allah.


7. Muraqabah

Muraqabah bisa diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan selalu ada perhitungan, seberapa jauh ia dapat menunaikan kewajiban dan sampai dimana ia telah melakukan pelanggaran hukum ALLAH.

 


TAJALLI

Tajalli dapat dikatakan terungkap nya Nur ghaib untuk hati.

Rasulullah Saw. bersabda: “ada saat – saat tiba karunia dari Tuhanmu, maka siapkanlah dirimu untuk itu”.

Oleh karena itu, setiap calon sufi mengadakan lathan jiwa (riyadah), berusaha untuk membersihkan dirinya dari sifat – sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat yang keji ataupun dari hal – hal duniawi, lalu mengisinya dengan sifat – sifat terpuji seperti: beribadah, zikir, menghindarkan diri dari hal – hal yang dapat mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata – mata hanya untuk memperoleh tajalli yaitu menerima pancaran ilahi.

Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan Nur-Nya, maka berlimpah ruahlah rahmat dan karunianya.

Pada tingkatan ini, hati hamba akan bercahaya terang – benderang, dadanya terbuka luas, dan terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia rahmat Tuhan tersebut[4].

Adapun untuk memperdalam rasa cinta kepada Allah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

--- Munajat

--- Muraqabbah

--- Memperbanyak wirid dan dzikir

--- Tafakkur

--- Zikrul maut (mengingat kepada Allah akan kematian yang pasti akan terjadi).

 


ZIKIR


Zikir berasal dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran, yang mengenal, dan mengerti.

Kata Zikir pada mulanya berarti “mengucapkan dengan lidah atau menyebut sesuatu, maka ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu seringkali mengantar lidah menyebutnya.

Demikian juga menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut – sebut itu, disebut sifat, perbuatan, atau peristiwa yang berkaitan dengannya.

Dari sini dapat dipahami bahwa kata Zikrullah dapat mencakup penyebutan nama Allah atau ingatan menyangkut sifat – sifat atau perbuatan Allah, surga atau neraka-Nya, rahmat dan siksa-Nya, perintah dan larangan-Nya, dan juga wahyu – wahyu- Nya, bahkan segala yang dikaitkan dengan-Nya demikian arti kata zikir tersebut maka zikir terbagi beberapa macam:

--- Zikir lisany (zikir lidah)

Menyebut nama Allah dengan lidah, bunyinya berupa kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, Shalawat dan istighfar, Asma’ul Husna, zikir ini poin pahalanya paling rendah dibandingkan macam zikir yang lain.

Dan zikir ini ada yang menyebutnya sebagai zikir syari’at.

--- Zikir Qalbi (zikir hati)

Menyebut nama Allah dengan hati kalimat tasbih (Subhanallah), tahlil (lailahaillah), takbir (Allahu Akbar), tahmid (Alhamdulillah), taqdis, hauqallah, tarji’, istighfar.

Zikir ini poin pahalanya bisa mencapai 70 kali lipat atau lebih dibandingkan zikir lisan, karena zikir qalbi tidak diketahui oleh orang lain sehingga keikhlasannya dapat lebih terjaga.

Zikir ini ada yang menyebutnya sebagai ziqir thariqat.

Tariqat artinya jalan zikir qalbi disebut dzikir thariqat karena menjalani jalan untuk mencapai tingkatan zikir berikutnya.

--- Zikir Aqly (zikir pikir): Memikirkan arti, makna dan maksud yang terkandung dalam kalimat – kalimat zikir.

Zikir ini disebut juga tafakkur (memikirkan) dan tadabbur (merenungkan) yaitu merenungkan keesaan dan kekuasaan Allah sebagaimana yang tersurat dalam kalimat zikir yang diucapkan.

--- Zikir Ruhy (zikir roh) kembalinya roh pada fitrah atau asal kejadiannya saat berada dalam arwah, menyaksikan dan membuktikan wujudnya Tuhan secara langsung tanpa perantara.

Zikir ini disebut juga zikir makrifah, dan ini tingkatan zikir tertinggi.

Berikut ini kami kemukakan ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai dalil diisyaratkannya zikir.

فَاذْكُرُوْنِ أَذْكُرْكُمْ وَشْكُرُواْ لِى وَلاَتَكْفُرُوْنِ

karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (Q.S. Al-Baqarah : [2]:152)


Demikianlah, semoga bermanfaat.

Malam Sunyi Sang Wali: Kisah, Teknik, dan Adab Khalwat

  _______________ Di balik gunung yang jauh dari hiruk-pikuk manusia, terdapat sebuah gua kecil yang hanya diketahui oleh segelintir pendudu...