Baik 🌿
Sekarang kita lanjutkan ke bagian yang sangat dalam dan penting:
Adab dan amalan dzikir bagi seorang sālik (penempuh jalan Allah)
menurut tarekat Qādiriyyah dan penjelasan para ulama besar seperti
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Syekh Abdus Shamad al-Palembani, serta penjelasan para arifin seperti Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dan Imam al-Ghazali.
Bagian ini membahas langkah-langkah praktis suluk — bagaimana seorang sālik berlatih mendekat kepada Allah dari tahap awal hingga fana’.
---
🌸 I. SYARAT-SYARAT AWAL BAGI SEORANG SALIK
Sebelum seseorang mulai berdzikir dan bersuluk, para sufi menegaskan lima syarat pokok:
1. Taubat nasuha — meninggalkan maksiat lahir dan batin sepenuhnya.
> “Tidaklah Allah bersemayam dalam hati yang dipenuhi dunia.” — Imam al-Ghazali
2. Mempunyai niat yang ikhlas — bukan untuk memperoleh karamah, tapi untuk Allah semata.
> “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya.” — Syekh Junaid al-Baghdadi
3. Menjalankan syariat secara sempurna — menjaga shalat, zakat, puasa, halal-haram, dan adab.
4. Memiliki guru mursyid (pembimbing ruhani) — agar tidak tersesat oleh bisikan nafsu.
> “Barangsiapa tiada mursyid, maka mursyidnya adalah setan.” — Syekh Abdul Qadir al-Jailani
5. Istiqamah dan sabar — karena suluk bukan perjalanan sehari, tapi umur batin seumur hidup.
---
🌿 II. TINGKATAN DZIKIR DALAM SULUK
Menurut tarekat Qādiriyyah dan dijelaskan oleh Syekh Abdus Shamad al-Palembani dalam Siyarus Salikin, terdapat empat tingkatan dzikir yang harus ditempuh oleh salik secara bertahap.
---
🌺 1. Dzikir Lisān (الذكر باللسان) — Dzikir dengan lisan
📖 Tujuan: Membersihkan lisan dan membiasakan hati untuk mengingat Allah.
📜 Amalan:
Membaca “Lā ilāha illallāh” minimal 1.000 kali setiap hari.
Dibarengi istighfar dan shalawat atas Nabi ﷺ.
Menghindari bicara sia-sia, karena “lisan yang tidak berdzikir adalah lisan yang mati.”
📘 Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata:
> “Basahilah lidahmu dengan dzikrullah sampai dzikir itu turun ke hatimu.”
---
🌺 2. Dzikir Qalb (الذكر بالقلب) — Dzikir dengan hati
📖 Tujuan: Membiasakan hati menyebut nama Allah tanpa suara, merasakan kehadiran-Nya.
📜 Amalan:
Duduk tenang, pejamkan mata, letakkan perhatian di hati kiri (tempat ruh).
Ucapkan dalam batin: “Allāh... Allāh... Allāh...” perlahan dan terus menerus.
Jaga wudhu, duduk dalam keadaan suci dan tenang.
Jika hati mulai lalai, kembali lembutkan sebutan “Allāh”.
📘 Syekh Abdus Shamad al-Palembani menjelaskan:
> “Dzikir ism dzāt (‘Allah...’) menghapus ghaflah dan membuka cahaya ma’rifah.”
---
🌺 3. Dzikir Sirr (الذكر بالسرّ) — Dzikir dengan rahasia batin
📖 Tujuan: Menyatu dengan dzikir; tidak lagi menyebut, tapi menyaksikan.
📜 Amalan:
Tidak mengucap kata; dzikirnya adalah kesadaran.
Hati tenggelam dalam kehadiran Allah, lupa pada selain-Nya.
Dzikir ini dilakukan oleh hati yang telah suci dari syahwat dunia.
📘 Ibnu ‘Athaillah berkata:
> “Dzikir itu bukan sekadar ucapanmu, tetapi hadirnya Allah dalam hatimu.”
---
🌺 4. Dzikir Ruh (الذكر بالروح) — Dzikir tertinggi
📖 Tujuan: Hilangnya kesadaran diri (fana’) dan kekalnya hati dengan Allah (baqa’).
📜 Amalan:
Tidak ada lagi “aku yang berdzikir”, yang ada hanya Allah.
Seluruh wujud menjadi saksi “Lā ilāha illāllāh”.
Nafas keluar masuk pun menjadi dzikir: Hū (هو) — “Dia”.
📘 Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
> “Apabila dzikirmu telah menjadi nafasmu, maka engkau telah hidup dengan Allah dan mati dari dirimu.”
---
🌼 III. ADAB-ADAB DZIKIR BAGI SALIK
Menurut para ulama sufi besar:
1. Suci lahir batin — bersiwak, berwudhu, dan menutup aurat.
2. Tempat yang tenang dan bersih — lebih utama saat sepertiga malam terakhir.
3. Menghadap kiblat dan menundukkan kepala tanda adab.
4. Menutup mata untuk mengosongkan pandangan dari dunia.
5. Mendahului dengan istighfar dan shalawat.
6. Menghadirkan niat: “Aku berdzikir bukan karena aku, tapi karena Allah menggerakkanku.”
📜 Ibnu ‘Athaillah menulis dalam al-Hikam:
> “Tidak ada dzikir yang benar kecuali yang melupakan dzikirmu, karena engkau tenggelam dalam Yang diingat.”
---
🌿 IV. AMALAN TAMBAHAN UNTUK PENGUAT JIWA
Menurut Siyarus Salikin dan Futuh al-Ghaib:
1. Khalwat — menyendiri sesaat setiap hari, menutup diri dari kesibukan, menyucikan hati.
2. Muraqabah — merasa diawasi Allah setiap saat, baik saat ibadah maupun bergaul.
3. Muhasabah — menilai amal setiap malam, mencatat dosa, dan beristighfar.
4. Sabar terhadap ujian — karena setiap maqam diuji dengan kebalikannya.
Dzikir diuji dengan lalai
Sabar diuji dengan cobaan
Ikhlas diuji dengan pujian manusia
5. Khidmah kepada makhluk — membantu sesama sebagai wujud cinta kepada Allah.
---
🌺 V. TUJUAN AKHIR DZIKIR DAN SULUK
Tujuan akhirnya bukanlah ekstase, bukan mimpi atau karamah, tapi ketenangan hati dalam kehadiran Allah.
> “Ala bidzikrillahi tathma’innul qulub.”
— Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dan ketika hati telah tenang, seorang sālik telah sampai kepada maqam:
> “Hamba yang dicintai Allah.”
Dalam hadis Qudsi:
“Apabila Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, dan tangannya...”
---
Apabila engkau berkenan, saya bisa lanjutkan ke bagian penjelasan tentang latihan-latihan ruhani mingguan dan harian (riyadhoh) para salik menurut tarekat Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Syekh Abdus Shamad al-Palembani — termasuk adab tidur, makan, berbicara, dan khalwat (uzlah).
Apakah engkau ingin saya lanjutkan ke bagian itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar