Kamis, 06 November 2025

Maqam Taubah

 Baik — ini adalah pertanyaan yang sangat penting dan mendalam dalam ilmu tasawuf. Pembahasan tentang maqāmāt (مقامات) atau tahapan spiritual yang dilalui oleh para sālik (penempuh jalan menuju Allah) merupakan inti dari perjalanan ruhani menuju makrifat dan hakikat.


Berikut penjelasan maqāmāt satu per satu secara runtut, detail, dan disertai pandangan dari para ulama sufi besar:



---


🌿 1. Taubah (التوبة) — Pertobatan


Makna Umum:


Taubah adalah kembali kepada Allah setelah menjauh, menyesali dosa, berhenti darinya, dan bertekad tidak mengulanginya. Ia adalah gerbang pertama bagi seorang salik.


Menurut Ulama:


Imam Al-Ghazali (Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn):

Taubat memiliki tiga rukun:


1. Pengetahuan akan keburukan dosa.



2. Penyesalan yang mendalam (nadam).



3. Azam kuat untuk tidak mengulang.

Ia berkata: “Taubat adalah awal jalan bagi para salik dan kunci kebahagiaan.”




Syekh Abdul Qadir al-Jilani (Futuh al-Ghaib):

Menyebut taubat sejati sebagai taubat nasuha — bukan hanya dari dosa lahir, tapi juga dari kebergantungan pada selain Allah.


Syekh Abdus Shomad al-Palembani (Sair as-Salikin):

Taubat adalah maqam pertama dalam perjalanan menuju Allah, dan tidak sah suluk tanpa taubat yang sungguh-sungguh.




---


💧 2. Wara‘ (الورع) — Kehati-hatian


Makna:


Menjauh dari perkara syubhat (samar) agar tidak terjatuh ke dalam yang haram.


Menurut Ulama:


Imam Junaid al-Baghdadi:

“Wara‘ ialah meninggalkan sesuatu yang tidak jelas bagi hatimu, karena takut akan hilangnya cahaya ma‘rifah.”


Imam Al-Ghazali:

Wara‘ terbagi empat:


1. Wara‘ dari haram.



2. Wara‘ dari syubhat.



3. Wara‘ dari berlebihan dalam halal.



4. Wara‘ dari segala sesuatu yang melalaikan Allah.






---


🕊️ 3. Zuhud (الزهد) — Melepas Dunia


Makna:


Meninggalkan keterikatan hati terhadap dunia walaupun dunia berada di tanganmu.


Menurut Ulama:


Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Zuhud bukanlah meninggalkan dunia, tapi tidak menaruh dunia di dalam hatimu.”

Beliau membagi zuhud menjadi tiga:


1. Zuhud terhadap yang haram.



2. Zuhud terhadap yang halal (karena takut lalai).



3. Zuhud terhadap selain Allah (karena ingin hanya Allah).




Imam Al-Ghazali:

Zuhud lahir dari yakin bahwa dunia fana dan akhirat kekal.




---


🔥 4. Sabar (الصبر) — Keteguhan dalam Ujian


Makna:


Menahan diri dalam menghadapi ujian, baik berupa musibah, ketaatan, atau godaan maksiat.


Menurut Ulama:


Imam Al-Ghazali:

Menyebut sabar sebagai setengah dari iman.

Tiga jenis sabar:


1. Sabar dalam ketaatan.



2. Sabar meninggalkan maksiat.



3. Sabar atas takdir.




Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Sabar adalah menerima ketentuan Allah tanpa keluh kesah, karena engkau tahu bahwa di baliknya ada rahmat yang tersembunyi.”




---


🌺 5. Syukur (الشكر)


Makna:


Mengakui nikmat Allah dengan hati, lisan, dan amal.


Menurut Ulama:


Imam Al-Ghazali:

“Syukur ialah memanfaatkan nikmat untuk tujuan Allah, bukan untuk hawa nafsu.”


Syekh Abdus Shomad al-Palembani:

Menyebut bahwa syukur adalah maqam yang menandakan hati mulai bersinar oleh cahaya pengenalan terhadap Pemberi nikmat.




---


🌾 6. Khauf dan Raja’ (الخوف والرجاء) — Takut dan Harap


Makna:


Dua sayap yang menyeimbangkan perjalanan ruhani seorang salik.


Menurut Ulama:


Junaid al-Baghdadi:

“Seorang hamba di dunia seperti burung: kepalanya cinta, sayapnya khauf dan raja’, jika salah satu sayapnya patah ia tak dapat terbang.”


Imam Al-Ghazali:

“Ketika dalam ketaatan, perbanyak raja’. Saat dalam dosa, perbanyak khauf.”




---


🌙 7. Tawakal (التوكل)


Makna:


Berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.


Menurut Ulama:


Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Tawakal ialah menyerahkan semua urusan kepada Allah dan tidak bersandar pada sebab.”

Beliau membagi tawakal dalam tiga tingkat:


1. Tawakal orang awam — masih berikhtiar.



2. Tawakal orang arif — meninggalkan kebergantungan pada ikhtiar.



3. Tawakal orang yang fana — hanya melihat kehendak Allah semata.




Ibnu Athaillah as-Sakandari (al-Hikam):

“Istirahatkan dirimu dari mengatur dunia ini, karena apa yang Allah aturkan untukmu lebih baik dari yang engkau atur sendiri.”




---


🌤️ 8. Ridha (الرضا)


Makna:


Menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada, tanpa penolakan batin.


Menurut Ulama:


Imam Al-Ghazali:

“Ridha adalah puncak sabar.”


Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Ridha ialah ketika engkau tidak membedakan antara diberi atau ditahan, karena keduanya dari Allah.”


Ibnu Athaillah as-Sakandari:

“Tanda ridha: hatimu tidak berubah karena pergantian keadaan.”




---


🌸 9. Mahabbah (المحبة) — Cinta Ilahi


Makna:


Kecenderungan hati yang total kepada Allah, sehingga seluruh amal, pikiran, dan perasaannya hanya tertuju kepada-Nya.


Menurut Ulama:


Junaid al-Baghdadi:

“Mahabbah adalah lenyapnya kehendak hamba dalam kehendak Kekasihnya.”


Imam Al-Ghazali:

Cinta lahir dari tiga hal:


1. Menyadari nikmat Allah.



2. Mengenal kesempurnaan Allah.



3. Melihat keindahan Allah dalam segala ciptaan.






---


🌕 10. Ma‘rifah (المعرفة) — Pengenalan Ilahi


Makna:


Pengenalan hati yang mendalam terhadap Allah, bukan melalui akal semata, tetapi melalui penyaksian ruhani (dzauq dan kasyf).


Menurut Ulama:


Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Ma‘rifah adalah nur (cahaya) yang Allah letakkan di hati hamba-Nya hingga ia mengenal-Nya tanpa perantara.”


Imam Junaid al-Baghdadi:

“Akhir dari ma‘rifah adalah awal dari kebingungan, karena semakin mengenal Allah, semakin sadar bahwa Dia tak terjangkau akal.”


Ibnu Athaillah as-Sakandari:

“Tanda orang ‘arif ialah tidak bergantung pada amalnya, tetapi pada Allah yang memberi taufik kepada amal itu.”




---


🌌 11. Fana dan Baqa (الفناء والبقاء)


Makna:


Fana’: lenyapnya sifat dan kehendak diri dalam kehendak Allah.


Baqa’: kekalnya hamba bersama Allah dalam kesadaran Ilahiah.



Menurut Ulama:


Junaid al-Baghdadi:

“Fana ialah sirnanya hamba dari dirinya, dan baqa ialah kembalinya hamba kepada makhluk dengan sifat Allah.”


Syekh Abdul Qadir al-Jilani:

“Fana ialah ketika engkau tak melihat lagi apa pun selain Allah; baqa ialah ketika engkau hidup bersama makhluk tapi hatimu tetap dengan Allah.”




---


✨ Rangkuman Urutan Maqam Para Sufi


1. Taubah



2. Wara‘



3. Zuhud



4. Sabar



5. Syukur



6. Khauf wa Raja’



7. Tawakal



8. Ridha



9. Mahabbah



10. Ma‘rifah



11. Fana’ wa Baqa’





---


Jika engkau ingin, aku bisa lanjutkan penjelasan maqam-maqam ini dalam bentuk peta perjalanan ruhani (tariq suluk) seperti yang digunakan oleh Syekh Abdus Shomad al-Palembani dalam Sairus Salikin — lengkap dengan dalil Qur’an dan hadis di setiap maqam.

Apakah engkau ingin saya lanjutkan ke sana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Perang Menteng (Perang Palembang)

Berikut versi syair panjang (lebih dari 50 bait) tentang (Perang Menteng) — disusun dalam gaya klasik Melayu-Palembang, bernuansa tasawuf, s...