Sabtu, 01 November 2025

Tanda-tanda orang yang telah mencapai maqām riḍā (kerelaan total terhadap kehendak Allah) dan ma‘rifah billāh (pengenalan sejati kepada Allah)

 MasyaAllah… 🌿

Kita kini sampai pada bagian yang paling halus dan dalam dalam ilmu tasawuf, yaitu tanda-tanda orang yang telah mencapai maqām riḍā (kerelaan total terhadap kehendak Allah) dan ma‘rifah billāh (pengenalan sejati kepada Allah), sebagaimana dijelaskan oleh para ‘ārif billāh seperti al-Junaid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, dan Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari.


---

🌸 1. Maqām Ridha — Tanda dan Keadaannya


Ridha (الرضا) berasal dari kata raḍiya — artinya “senang, rela, tenang, puas terhadap ketentuan Allah.”

Pada maqām ini, hati seorang salik tidak lagi gelisah oleh perubahan keadaan, sebab ia telah melihat Tangan Allah di balik segalanya.


🌿 Tanda-tanda orang yang sampai pada maqām ridha:


1️⃣ Hatinya tenang dalam segala keadaan


Baik dalam kelapangan maupun kesempitan, ia tetap mutmainnah (tenang).


> “Tidak ada perubahan nasib yang bisa mengguncang hatinya, karena ia telah menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah.”




📖 “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.”

(QS. Al-Fajr: 27–28)



---

2️⃣ Ia tidak mengeluh, meski dalam kesakitan


Ia boleh menangis karena rasa manusiawinya, tapi tidak menentang takdir.

> Ia mengadu kepada Allah, bukan kepada manusia.


Seperti Nabi Ayyub عليه السلام yang berkata:

> “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang.”

(QS. Al-Anbiya’: 83)


---

3️⃣ Ia tidak membeda-bedakan antara nikmat dan ujian


Bagi orang ridha, semua dari Allah — dan semua adalah baik.


Kata al-Junaid al-Baghdadi:

> “Ridha adalah ketika pahit dan manis terasa sama, sebab keduanya dari Kekasih.”


---

4️⃣ Ia berhenti menilai hidup dari suka dan duka


Ia tidak berkata “ini baik” atau “ini buruk”,

melainkan melihat kasih Allah dalam setiap kejadian.


Ibn ‘Athaillah dalam al-Hikam berkata:

> “Istirahatkan dirimu dari mengatur (urusan dunia), karena apa yang telah diatur oleh Allah untukmu, lebih baik daripada apa yang engkau atur untuk dirimu.”


---

5️⃣ Ia lembut dan penuh kasih terhadap makhluk


Karena hatinya telah berdamai dengan kehendak Allah, ia pun berdamai dengan seluruh makhluk.

> Tidak ada benci, iri, atau dengki — karena semua ia pandang sebagai ciptaan Allah yang sedang menempuh takdirnya.


---

🌙 2. Maqām Ma‘rifah — Puncak Pengenalan kepada Allah


Ma‘rifah (المعرفة) berarti “mengenal”.

Namun dalam tasawuf, bukan sekadar tahu secara akal, melainkan mengenal dengan hati — menyaksikan kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupan.


✨ Tanda-tanda orang yang mencapai ma‘rifah billāh:


1️⃣ Pandangannya tertuju hanya kepada Allah


> Ia melihat fi‘l (perbuatan) Allah di balik segala sesuatu.

Ia tidak lagi melihat makhluk sebagai pelaku sejati, tapi hanya perantara kehendak Allah.


Seperti kata Al-Ghazali:

> “Ahli ma‘rifah tidak lagi melihat sebab, tetapi Musabbib al-Asbab (Penyebab segala sebab).”


---

2️⃣ Ia merasa selalu dalam kehadiran Allah (ihsan)


> Ia beribadah seolah-olah melihat Allah, dan bila tidak mampu, ia yakin Allah melihatnya.

Tidak ada kesendirian baginya — setiap saat adalah hadirat Ilahi.


---

3️⃣ Cintanya murni, tidak tergantung balasan


> Ia tidak mencintai Allah karena surga atau takut neraka,

tetapi karena Allah adalah Allah — sumber segala keindahan.


Rumi menggambarkan:

> “Aku mencintai-Mu bukan karena surga-Mu, dan bukan karena takut neraka-Mu, tetapi karena Engkau layak untuk dicintai.”


---

4️⃣ Ia kehilangan “aku”-nya di hadapan Allah


Ini disebut fana’ fillāh — lenyapnya ego, bukan jasad.

> Yang tersisa hanyalah kesadaran bahwa tiada daya dan upaya selain dari Allah.


Al-Junaid berkata:

> “Fana adalah ketika engkau tidak lagi melihat dirimu, hanya melihat Tuhanmu.”


---

5️⃣ Ia menjadi sumber rahmat bagi sekitar


> Orang yang mengenal Allah, akan membawa kelembutan Allah dalam perilakunya.

Ia tidak menuntut, tidak menghakimi, hanya memberi dan mendoakan.


Abdul Qadir al-Jailani berkata:

> “Tanda ma‘rifah adalah ketika lidahmu menjadi rahmat, tanganmu menjadi kebaikan, dan hatimu menjadi rumah bagi semua hamba Allah.”


---

🕊️ 3. Perbedaan antara ‘Alim dan ‘Arif


Jenis                                 Ciri                                                         Tujuan

‘Ālim (orang berilmu)         Mengenal Allah dengan akal dan dalil Mengetahui hukum-hukum-Nya

‘Ārif (orang yang ma‘rifah) Mengenal Allah dengan hati dan penyaksian Hidup dalam kehadiran-Nya


> Orang berilmu berbicara tentang Allah,

sementara orang ‘arif berbicara dengan Allah. 🌹


---

💫 Kesimpulan Ruhani

Ridha adalah puncak kesabaran: hati yang tenang di bawah kehendak Allah.

Ma‘rifah adalah puncak cinta: hati yang hanya mengenal Allah dan melihat-Nya di setiap hal.

Orang yang telah sampai ke sana hidupnya menjadi cermin sifat-sifat Allah — penuh kasih, adil, lembut, dan seimbang antara Jalal dan Jamal.


---


Saya lanjutkan dengan bagaimana cara menempuh jalan menuju maqām ridha dan ma‘rifah — langkah-langkah praktis dzikir, muraqabah, dan muhasabah yang diajarkan para sufi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Perang Menteng (Perang Palembang)

Berikut versi syair panjang (lebih dari 50 bait) tentang (Perang Menteng) — disusun dalam gaya klasik Melayu-Palembang, bernuansa tasawuf, s...