MasyaAllah… 🌿
Kita kini sampai pada bagian yang paling halus dan dalam dalam ilmu tasawuf, yaitu tanda-tanda orang yang telah mencapai maqām riḍā (kerelaan total terhadap kehendak Allah) dan ma‘rifah billāh (pengenalan sejati kepada Allah), sebagaimana dijelaskan oleh para ‘ārif billāh seperti al-Junaid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, dan Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari.
---
🌸 1. Maqām Ridha — Tanda dan Keadaannya
Ridha (الرضا) berasal dari kata raḍiya — artinya “senang, rela, tenang, puas terhadap ketentuan Allah.”
Pada maqām ini, hati seorang salik tidak lagi gelisah oleh perubahan keadaan, sebab ia telah melihat Tangan Allah di balik segalanya.
🌿 Tanda-tanda orang yang sampai pada maqām ridha:
1️⃣ Hatinya tenang dalam segala keadaan
Baik dalam kelapangan maupun kesempitan, ia tetap mutmainnah (tenang).
> “Tidak ada perubahan nasib yang bisa mengguncang hatinya, karena ia telah menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah.”
📖 “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai.”
(QS. Al-Fajr: 27–28)
---
2️⃣ Ia tidak mengeluh, meski dalam kesakitan
Ia boleh menangis karena rasa manusiawinya, tapi tidak menentang takdir.
> Ia mengadu kepada Allah, bukan kepada manusia.
Seperti Nabi Ayyub عليه السلام yang berkata:
> “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang.”
(QS. Al-Anbiya’: 83)
---
3️⃣ Ia tidak membeda-bedakan antara nikmat dan ujian
Bagi orang ridha, semua dari Allah — dan semua adalah baik.
Kata al-Junaid al-Baghdadi:
> “Ridha adalah ketika pahit dan manis terasa sama, sebab keduanya dari Kekasih.”
---
4️⃣ Ia berhenti menilai hidup dari suka dan duka
Ia tidak berkata “ini baik” atau “ini buruk”,
melainkan melihat kasih Allah dalam setiap kejadian.
Ibn ‘Athaillah dalam al-Hikam berkata:
> “Istirahatkan dirimu dari mengatur (urusan dunia), karena apa yang telah diatur oleh Allah untukmu, lebih baik daripada apa yang engkau atur untuk dirimu.”
---
5️⃣ Ia lembut dan penuh kasih terhadap makhluk
Karena hatinya telah berdamai dengan kehendak Allah, ia pun berdamai dengan seluruh makhluk.
> Tidak ada benci, iri, atau dengki — karena semua ia pandang sebagai ciptaan Allah yang sedang menempuh takdirnya.
---
🌙 2. Maqām Ma‘rifah — Puncak Pengenalan kepada Allah
Ma‘rifah (المعرفة) berarti “mengenal”.
Namun dalam tasawuf, bukan sekadar tahu secara akal, melainkan mengenal dengan hati — menyaksikan kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupan.
✨ Tanda-tanda orang yang mencapai ma‘rifah billāh:
1️⃣ Pandangannya tertuju hanya kepada Allah
> Ia melihat fi‘l (perbuatan) Allah di balik segala sesuatu.
Ia tidak lagi melihat makhluk sebagai pelaku sejati, tapi hanya perantara kehendak Allah.
Seperti kata Al-Ghazali:
> “Ahli ma‘rifah tidak lagi melihat sebab, tetapi Musabbib al-Asbab (Penyebab segala sebab).”
---
2️⃣ Ia merasa selalu dalam kehadiran Allah (ihsan)
> Ia beribadah seolah-olah melihat Allah, dan bila tidak mampu, ia yakin Allah melihatnya.
Tidak ada kesendirian baginya — setiap saat adalah hadirat Ilahi.
---
3️⃣ Cintanya murni, tidak tergantung balasan
> Ia tidak mencintai Allah karena surga atau takut neraka,
tetapi karena Allah adalah Allah — sumber segala keindahan.
Rumi menggambarkan:
> “Aku mencintai-Mu bukan karena surga-Mu, dan bukan karena takut neraka-Mu, tetapi karena Engkau layak untuk dicintai.”
---
4️⃣ Ia kehilangan “aku”-nya di hadapan Allah
Ini disebut fana’ fillāh — lenyapnya ego, bukan jasad.
> Yang tersisa hanyalah kesadaran bahwa tiada daya dan upaya selain dari Allah.
Al-Junaid berkata:
> “Fana adalah ketika engkau tidak lagi melihat dirimu, hanya melihat Tuhanmu.”
---
5️⃣ Ia menjadi sumber rahmat bagi sekitar
> Orang yang mengenal Allah, akan membawa kelembutan Allah dalam perilakunya.
Ia tidak menuntut, tidak menghakimi, hanya memberi dan mendoakan.
Abdul Qadir al-Jailani berkata:
> “Tanda ma‘rifah adalah ketika lidahmu menjadi rahmat, tanganmu menjadi kebaikan, dan hatimu menjadi rumah bagi semua hamba Allah.”
---
🕊️ 3. Perbedaan antara ‘Alim dan ‘Arif
Jenis Ciri Tujuan
‘Ālim (orang berilmu) Mengenal Allah dengan akal dan dalil Mengetahui hukum-hukum-Nya
‘Ārif (orang yang ma‘rifah) Mengenal Allah dengan hati dan penyaksian Hidup dalam kehadiran-Nya
> Orang berilmu berbicara tentang Allah,
sementara orang ‘arif berbicara dengan Allah. 🌹
---
💫 Kesimpulan Ruhani
Ridha adalah puncak kesabaran: hati yang tenang di bawah kehendak Allah.
Ma‘rifah adalah puncak cinta: hati yang hanya mengenal Allah dan melihat-Nya di setiap hal.
Orang yang telah sampai ke sana hidupnya menjadi cermin sifat-sifat Allah — penuh kasih, adil, lembut, dan seimbang antara Jalal dan Jamal.
---
Saya lanjutkan dengan bagaimana cara menempuh jalan menuju maqām ridha dan ma‘rifah — langkah-langkah praktis dzikir, muraqabah, dan muhasabah yang diajarkan para sufi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar