Sabtu, 22 November 2025

Ulama Palembang : Datuk Kiagus Muhammad Zen (W.1819)

Masih mengenang hari Pahlawan di bulan November ini, berikut kita ulas salah satu Pahlawan Palembang tempo dulu di zaman sebelum kemerdekaan, di tahun 1819 M, zaman Kesultanan Palembang Darussalam.

Berikut rangkuman dan analisis tentang Datuk Kiagus Muhammad Zen (w. 1819) berdasarkan informasi yang tersedia:

---



DATUK KIAGUS MUHAMMAD ZEN (W.1819)



Profil dan Sejarah


1. Identitas

Nama lengkap: Kiagus (Kgs.) Haji Muhammad Zen, juga dikenal sebagai Syekh Zen atau Datuk Zen.

Nasabnya: menurut sumber, ia adalah cucu Tuan Faqih Jalaludin (ulama besar Keraton Palembang).

Gurunya adalah Syekh Abdus Somad al-Palembani; ia juga menikahi putri gurunya, Rukiah binti Abdus Somad.


2. Tarekat dan Peran Spiritual

Ia memperoleh ijazah dari Tarekat Sammaniyah dari gurunya, Syekh Abdus Somad.

Selain sebagai ulama, ia juga seorang pemimpin sufistik (“pahlawan sufi”) dan figur spiritual di Palembang.


3. Perang dan Kemartiran

Ia terlibat dalam Perang Menteng (Perang Palembang) melawan Belanda pada 1819.

Syekh Zen wafat pada 12 Juli 1819 (18 Sya’ban 1234 H).

Disebut “gugur sebagai syahid” karena pada saat perang dia mengumandangkan #Ratib_Samman dan jihad untuk membela agama dan negara.

Menurut catatan sejarah lokal, sebagai komandan atau pemimpin pasukan ulama saat perang.


4. Penghargaan dan Persepsi

Karena perannya sebagai ulama dan pejuang spiritual serta militer, banyak yang menilai ia pantas disebut pahlawan nasional.

Komunitas Pecinta Ziarah Palembang (KOPZIPS) aktif menziarahi makamnya dan menyerukan agar makam-makam bersejarah seperti makam Syekh Zen dilindungi.


5. Makam

Makam Syekh Zen terletak di Talang Suro, Palembang, sekitar area Langgar Cahaya Islam.

Namun, jejak fisik makam dikabarkan sudah hilang karena pemukiman warga yang berkembang di sekitar area makam.

KOPZIPS menyatakan akan melaporkan ke Dinas Kebudayaan agar makam tersebut bisa dilindungi sebagai situs bersejarah.


6. Syair atau Sastra Sejarah

Ada syair historis yang dikenal sebagai “Syair Perang Menteng” atau “Syair Perang Palembang” yang menggambarkan peperangan tahun 1819 melawan Belanda.

Syair ini bagian dari tradisi sastra sejarah dan dijadikan semangat moral dan religius dalam konflik Perang Menteng.

Dalam jurnal sejarah Islam, disebut bahwa karya sastra seperti Syair Perang Menteng memiliki nilai budaya dan historis penting.

---

Makna dan Signifikansi


Pahlawan Sufi Mujahid Spiritual :
Kombinasi peran spiritual (ulama, sufi) dan peran militer (jihad dalam perang) membuat Datuk Zen menjadi figur unik — bukan hanya pejuang fisik, tetapi juga pejuang kesadaran agama.


Simbol Perlawanan Lokal :
Ia menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Palembang, sekaligus tokoh yang mengikat dimensi religius dan politik.


Warisan Rohani :
Hubungannya dengan tarekat Sammaniyah menunjukkan bahwa perjuangannya tak cuma bersifat duniawi, tetapi juga rohani — banyak yang mengingatnya sebagai seorang waliyullah.


Isu Pelestarian Sejarah :
Hilangnya makam fisik menunjukkan tantangan dalam pelestarian situs bersejarah di Palembang — terutama yang berkaitan dengan tokoh-tokoh ulama dan pejuang lokal.


Sastra dan Narasi Identitas :
Syair Perang Menteng mengabadikan kisah peperangan tersebut dalam bentuk sastra tradisional, yang memperkuat narasi identitas lokal dan religius masyarakat Palembang.

---

#DatukKiagusMuhammadZen #UlamaSufi #PahlawanSufi #MujahidSpiritual #PahlawanPalembang #Martir #SimbolPerlawananLokal #SastraTradisional #NarasiIdentitasLokal


=========================================================================


Tokoh pejuang dalam berjihad melawan penjajah Belanda.
Syekh Haji Zen lahir di Palembang sekitar tahun 1760, beliau mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya sendiri seorang Ulama besar tanah Palembang putra tuan Faqih Jalaludin Trah keturunan Sunan Kramasari As-samarqondy.
Selain berguru kepada ayahnya Beliau juga berguru kepada para ulama besar Palembang waktu itu, diantaranya yang paling berkesan adalah Syekh Abdus Somad al-Palembani.
Kepada gurunya ini Syekh Haji Zen belajar tasawuf, mengambil ijazah Tarekat Sammaniyah dan sekaligus menjadi khalifahnya. Hubungan guru dan murid ini semakin erat manakala beliau dinikahkan dengan putri gurunya yang bernama Hajjah Rukiah binti Syekh Abdus Somad.
Syekh Haji Zen merupakan Khalifah Thoriqoh Sammaniyah sekaligus komandan pasukan jihad fi sabilillah kesultanan Palembang Darussalam.
Beliau Syahid dalam memimpin perlawanan pertempuran perang Menteng dengan gigih serta semangat bela negara dan agama.
Nasab Mulia Beliau:
Syekh Haji Muhammad Zen bin Kiagus Syamsuddin bin Tuan Faqih Jalaludin bin Raden Mas Kamaluddin bin Raden Mas Fadhil bin Pangeran Panembahan Muhammad Mansur bin Kiai Gusti Dewa Agung Krama bin Sunan Kertasari bin Sunan Lembayun bin Sunan Krama Dewa bin Sesembahan Dewa Agung Fadhil bin Sesembahan Dewa Agung Kaharuddin Al Huseini (Sunan Kramasari As-samarqondy) bin Husein Jamaluddin Al Akbar bin Ahmad Syah Jalaludin bin Abdullah azmatkhan bin Al Muhajir Amir Abdul Malik bin Ammil Faqih Muqoddam Alwi bin Muhammad Shohib Marbath bin Ali Kholil qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa arrumi bin Muhammad annaqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra Putri Muhammad Rosulallah Saw.
Wallahu alam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syair Perang Menteng (Perang Palembang)

Berikut versi syair panjang (lebih dari 50 bait) tentang (Perang Menteng) — disusun dalam gaya klasik Melayu-Palembang, bernuansa tasawuf, s...