Kita akan memasuki bab paling tinggi dalam seluruh jalan tasawuf, yaitu MAQĀM MA‘RIFAH (مقام المعرفة) — maqam mengenal Allah Ta‘ala.
Inilah puncak dari seluruh maqamat: setelah seorang salik melewati taubat, sabar, tawakal, ridha, dan mahabbah, maka Allah bukakan baginya pintu ma‘rifah, yaitu penyingkapan hati untuk mengenal Allah secara hakiki, bukan sekadar dengan akal atau kata-kata.
---
🕊️ I. Pengertian Ma‘rifah menurut para Sufi
Secara bahasa, ma‘rifah berarti “pengetahuan” atau “pengenalan”.
Namun dalam ilmu tasawuf, maknanya jauh lebih dalam:
> “Ma‘rifah ialah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati hamba-Nya, sehingga ia mengenal Allah dengan penyaksian hati, bukan hanya penalaran akal.”
Dengan kata lain:
Ma‘rifah adalah ilmu langsung dari Allah, bukan hasil belajar semata, melainkan dzauq (rasa batin) dan syuhud (penyaksian rohani).
---
🌿 II. Dasar dan Dalil Ma‘rifah
💠 Al-Qur’an
> “Maka ketahuilah (fa‘lam) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.”
(QS. Muhammad: 19)
> “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya.”
(QS. Az-Zumar: 67)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa pengenalan kepada Allah adalah perintah langsung dan merupakan dasar dari segala amal.
💠 Hadis Qudsi
> “Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amal-amal sunnah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat...”
(HR. Bukhari)
Hadis ini menggambarkan keadaan arif billah, yaitu hamba yang seluruh keberadaannya dikuasai oleh nur Allah.
---
🌸 III. Ma‘rifah Menurut Para Ulama dan Sufi Besar
---
1️⃣ Imam al-Ghazali (Ihya’ Ulumiddin)
Beliau mendefinisikan ma‘rifah sebagai:
> “Ma‘rifah adalah mengenal Allah dengan sifat-sifat dan perbuatan-Nya hingga hati dipenuhi cahaya keyakinan bahwa tiada yang berkuasa kecuali Dia.”
Menurut beliau, ada tiga tingkatan ma‘rifah:
🔹 a. Ma‘rifah al-‘Ilmiyyah (ilmu)
Mengenal Allah melalui dalil, akal, dan wahyu.
Inilah ma‘rifah orang berilmu dan ulama syariat.
🔹 b. Ma‘rifah al-‘Aqliyyah (renungan)
Mengenal Allah melalui tafakkur, merenungi ciptaan dan hikmah-Nya.
Inilah ma‘rifah orang yang berzikir dan berpikir.
🔹 c. Ma‘rifah al-Qalbiyyah / al-Dhauqiyyah (rasa batin)
Pengenalan yang diperoleh dari cahaya langsung Allah ke dalam hati.
Bukan lagi pengetahuan, tapi penyaksian (syuhud).
Inilah ma‘rifah para wali dan arifin.
Beliau menulis:
> “Barang siapa mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya ia tidak akan berpaling dari-Nya, dan segala sesuatu selain Allah menjadi kecil di matanya.”
---
2️⃣ Syekh Junaid al-Baghdadi
Beliau berkata:
> “Al-‘Arif adalah orang yang hidup tanpa dirinya dan berdiri dengan Allah. Lidahnya berbicara karena Allah, hatinya melihat kepada Allah.”
Menurut Junaid, ma‘rifah bukanlah sekadar mengetahui, tetapi menyaksikan.
Ciri orang arif menurut beliau:
Tidak merasa memiliki apa pun.
Tidak takut kehilangan apa pun.
Tidak berharap selain kepada Allah.
Karena bagi arif, tiada yang ada kecuali Allah (la maujuda illa Allah bi haqiqahihi).
---
3️⃣ Syekh Abdul Qadir al-Jilani (Futuh al-Ghaib & Sirr al-Asrar)
Beliau menjelaskan ma‘rifah sebagai:
> “Ma‘rifah adalah mengetahui Allah dengan hati yang bersih dari syahwat, lalu menyaksikan keindahan-Nya dengan cahaya yang Dia letakkan dalam hati.”
Menurut beliau, ma‘rifah adalah warisan kenabian, karena para nabi adalah ‘arif billah yang pertama.
Beliau membagi jalan ma‘rifah menjadi empat tahap:
1. Ilmu (pengetahuan syariat)
→ mengenal perintah dan larangan Allah.
2. Amal (pelaksanaan syariat)
→ membersihkan jiwa melalui ketaatan.
3. Ikhlas (pemusnahan niat selain Allah)
→ mengosongkan hati dari selain-Nya.
4. Kasyf (penyingkapan batin)
→ Allah membuka tabir rahasia-Nya di hati sang hamba.
Beliau berkata:
> “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mengenal-Nya, maka Dia membersihkan hati dari kegelapan dunia, lalu menyingkap hijab sehingga hamba itu melihat dengan cahaya Allah.”
---
4️⃣ Syekh Abdus Shamad al-Palembani (Siyarus Salikin)
Beliau menjelaskan:
> “Ma‘rifah ialah mengenal Allah dengan hati yang yakin bahwa tiada yang ada, tiada yang berbuat, tiada yang memberi manfaat dan mudarat selain Allah.”
Beliau juga menegaskan bahwa ma‘rifah tidak bisa dicapai tanpa melalui syariat dan zikir yang terus-menerus.
Tingkatan ma‘rifah menurut beliau:
1. Ma‘rifah al-Af‘al (pengenalan terhadap perbuatan Allah)
→ Menyadari bahwa semua gerak di alam ini dari Allah.
2. Ma‘rifah al-Shifat (pengenalan terhadap sifat Allah)
→ Menyaksikan sifat-sifat-Nya dalam segala sesuatu (rahmat, qudrah, hikmah).
3. Ma‘rifah al-Dzat (pengenalan terhadap Dzat Allah)
→ Puncak tertinggi, di mana hamba tenggelam dalam cahaya ketuhanan.
(Inilah fana’ fi Allah, kemudian baqa’ billah).
---
🌼 IV. Ciri-ciri Orang Arif Billah
Para sufi menggambarkan tanda-tanda ‘arif billah sebagai berikut:
1. Hatinya tenang dan tidak terikat dunia.
Karena telah melihat bahwa dunia hanyalah bayangan dari kekuasaan Allah.
2. Selalu ridha dengan qadha dan qadar.
Ia melihat semua ketetapan Allah sebagai kasih sayang.
3. Sedikit bicara, banyak diam, banyak zikir.
Sebab lisannya sibuk berbicara dengan Allah di dalam hati.
4. Melihat Allah dalam segala sesuatu.
Setiap peristiwa baginya adalah cermin tajalli (penampakan) Allah.
5. Tidak membenci makhluk.
Sebab semua makhluk adalah ciptaan dan rahasia Allah.
6. Tidak menganggap dirinya lebih baik dari siapa pun.
Karena hakikat dirinya hanyalah hamba lemah yang diberi cahaya oleh Allah.
7. Selalu merindukan perjumpaan dengan Allah.
---
🌸 V. Jalan Menuju Ma‘rifah (Tariq al-Ma‘rifah)
Para sufi menegaskan bahwa ma‘rifah hanya dapat dicapai melalui tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dan dzikrullah yang istiqamah.
1️⃣ Tazkiyah (Penyucian Hati)
> “Tidaklah hati yang kotor akan memantulkan cahaya ma‘rifah.”
Langkah-langkahnya:
Bertaubat sungguh-sungguh.
Menjauhi dosa lahir dan batin.
Menundukkan hawa nafsu.
Menyucikan niat dalam amal.
2️⃣ Dzikir yang Istiqamah
> “Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‘d: 28)
Dzikir membuka tabir batin.
Hati yang selalu berdzikir akan disinari cahaya Ilahi.
3️⃣ Muraqabah dan Muhasabah
Selalu merasa diawasi Allah (muraqabah) dan mengevaluasi diri (muhasabah).
Inilah latihan kepekaan ruhani.
4️⃣ Fana’ dan Baqa’
Setelah ma‘rifah semakin dalam, seorang salik mencapai:
Fana’ – sirnanya ego, keakuan, dan kehendak diri.
Baqa’ – kekal bersama Allah; hidup dengan sifat-sifat-Nya.
Syekh Junaid berkata:
> “Fana’ itu lenyap dari selain Allah, dan baqa’ itu kekal dengan Allah.”
---
🌾 VI. Buah dari Ma‘rifah
1. Tumbuh rasa malu (hayā’) yang tinggi kepada Allah.
Ia merasa selalu dilihat dan diawasi.
2. Lahir sifat ridha, sabar, dan syukur dalam segala keadaan.
3. Meninggalkan keluh kesah dan kebanggaan diri.
4. Cahaya ketenangan yang dalam (sakinah).
5. Cinta yang sempurna kepada Allah dan Rasulullah.
6. Dibukakan hikmah-hikmah rahasia dalam setiap peristiwa.
7. Menjadi rahmat bagi makhluk.
Sebab orang yang telah mengenal Allah akan memancarkan kasih kepada semua makhluk.
---
🌺 VII. Perbandingan Singkat Maqam Mahabbah dan Ma‘rifah
Aspek Mahabbah Ma‘rifah
Arti Cinta kepada Allah Mengenal Allah secara hakiki
Gerak Hati Hati yang mencintai Hati yang menyaksikan
Dasar Rasa (dzauq) Cahaya (nur)
Buah Rindu, taat, ridha Sakinah, fana’, baqa’
Pelaku Ahlul mahabbah (para pecinta Allah) Ahlul ma‘rifah (para arif billah)
Hasil Akhir Tercinta oleh Allah Menyatu kehendaknya dengan kehendak Allah
---
🌹 VIII. Penutup dan Inti Ma‘rifah
> “Awal agama adalah ma‘rifah Allah, dan akhir agama adalah kembali kepada-Nya.”
(Syekh Abdus Shamad al-Palembani)
> “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
(Hadis — maksudnya: melalui introspeksi diri, ia akan mengenal kelemahan dirinya dan kesempurnaan Allah.)
Kesimpulan:
Ma‘rifah adalah puncak perjalanan ruhani;
Ia tidak bisa diajarkan dengan kata, tetapi dirasakan dengan hati yang disucikan;
Orang yang telah mencapai ma‘rifah akan hidup dalam cahaya ketenangan dan cinta tanpa batas.
---
> 🌺 “Apabila cahaya ma‘rifah telah bersinar di hati seorang hamba, maka seluruh makhluk menjadi seperti bayangan di hadapan Nur Allah.”
— (Syekh Abdul Qadir al-Jilani)
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar